Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Kuala Lumpur -- Putri bekas Deputi Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yaitu Nurul Izzah, menceritakan pandangannya mengenai keberhasilan ibunya, Wan Azizah Wan Ismail, yang berhasil mencapai posisi sebagai wakil Perdana Menteri Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nurul, 37 tahun, yang juga wakil Presiden Partai Keadilan, mengatakan Wan Azizah, 65 tahun, pernah berkorban dengan berhenti bekerja sebagai dokter ahli mata ophthalmologist. Ini terjadi ketika ayahnya, Anwar Ibrahim, terpilih sebagai wakil Perdana Menteri pada 1993.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Hari ini, dia (Wan Azizah) telah meraih peran itu dengan upayanya sendiri dan akan merintis masa depan baru bagi perempuan di dunia politik nasional,” kata Nurul kepada Tempo lewat WhatsApp, Ahad, 12 Mei 2018.
Saat ini, Wan Azizah juga menjabat sebagai Presiden PKR sedangkan Anwar Ibrahim, 70 tahun, sebagai ketua umum PKR, yang sedang dalam proses keluar dari tahanan penjara karena mendapat pengampunan penuh dari raja Malaysia.
Wan Azizah memenangkan kursi parlemen dari daerah pemilihan Kota Pandan dengan melawan empat kandidat lainnya.
Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat, Nurul Izzah (kiri) dan Presiden PKR, Wan Azizah Wan Ismail (kanan). Keduanya adalah putri dan istri dari Anwar Ibrahim, bekas wakil PM Malaysia. Amir Haziq
“Saya benar-benar merasa terhormat menjadi putri dari pejuang rakyat sejati, selalu berkomitmen mengangkat suara dan kepentingan publik,” kata Nurul.
Nurul juga mengatakan dia merasa bahagia melihat kedua orang tuanya mendapat posisi yang tinggi dalam pemerintahan Malaysia.
“Namun, tujuan utama tidak pernah terkait dengan jabatan atau gelar. Tujuannya adalah perjuangan yang konsisten, menjalani penderitaan dan rasa sakit di bawah kekuasaan rezim kleptokrat. Akhirnya, kami berada pada posisi untuk mengangkat status dan suara rakyat,” kata dia.
Seperti diberitakan sejumlah media massa Malaysia dan global, rezim pemerintahan bekas Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, diduga terlibat dalam berbagai praktek korupsi uang rakyat termasuk lewat skandal 1 Malaysia Development Berhad. Skandal dugaan korupsi ini melibatkan banyak negara karena ada transfer ke rekening pribadi Najib Razak.
Nurul juga bercerita soal detik-detik pengumuman hasil pemilu Malaysia 9 Mei 2018, yang ternyata tertunda beberapa jam hingga keesokan harinya pada 10 Mei 2018. Penundaan sempat menimbulkan keresahan di kalangan koalisi partai oposisi Pakatan Harapan.
Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad saat masih muda. abc.net.au
“Menyadari kekangan pemerintahan sebelumnya pada KPU Malaysia, penundaan itu dan semua taktik lainnya sudah kami ketahui,” kata dia. “Saya juga mengapresiasi rakyat Malaysia dan para pegawai negeri sipil untuk memastikan terjadinya transisi politik yang lancar.”
Koalisi Pakatan Harapan mendapat 113 kursi parlemen pada pemilu Malaysia 2018. Koalisi ini mengusung Mahathir Mohamad sebagai kandidat Perdana Menteri.
Sedangkan koalisi partai pendukung pemerintah, Barisan Nasional, hanya mendapat 79 kursi di parlemen. Koalisi ini kembali mengusung Najib Razak sebagai PM.
Menurut pengamat hubungan internasional, Teuku Rezasyah dari Universitas Padjajaran, koalisi pimpinan Mahathir memenangkan pemilu Malaysia karena,”Masyarakat Malaysia melihat Mahathir sebagai mantan pemimpin yang sangat berpengalaman dengan rekam jejak lebih baik dari pada Najib.”
Teuku Rezasyah juga mengatakan Mahathir berhasil membangun koalisi moral lintas entis yaitu membangun Malaysia masa depan yang bebas korupsi dan unggul.
Koalisi pimpinan Mahathir juga berhasil membangun isu kampanye yang kuat yaitu soal korupsi. “Mahathir juga berkampanye dengan mimik wajah yang jujur tapi tegas serta bahasa yang dimengerti masyarakat umum,” kata dia.
Menurut Nurul Izzah, koalisi Pakatan Harapan akan menepati janji-janji politik selama masa kampanye. Ini termasuk dengan mencabut UU Anti Fake News buatan pemerintahan bekas PM Najib Razak.