Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Fakta-fakta Menarik Garis DMZ, Panmunjom: Pemisah Dua Korea

Garis DMZ, Panmunjom yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara sempat ramai kala diadakan KTT kedua negara di sana.

16 Agustus 2022 | 08.00 WIB

Fakta-fakta Menarik Garis DMZ, Panmunjom: Pemisah Dua Korea
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -Sejak pertikaian kedua negara Korea yang terjadi sejak akhir era 1940-an, baik wilayah Korea Selatan dan Korea Utara terpisahkan oleh sebuah garis yang disebut Demilitarized Zone alias DMZ, Panmunjom.

Disebut juga sebagai garis paralel 38 sebab wilayah teritori kedua negara itu terbagi pada 38° Lintang Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pemisahan wilayah kedua negara tersebut juga menjadi simbol permusuhan kedua negara. Meskipun telah ditandatangani perjanjian gencatan senjata pada 27 juli 1953, tidak pernah ada perjanjian damai yang disetujui oleh dua negara yang berseteru tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berikut fakta garis DMZ yang membentang diantara korsel dan korut tersebut:

  1. Memiliki panjang fantastis, 249 kilometer

Dilansir dari Korea Tourism Organization pada 2015 lalu, DMZ merupakan garis gencatan senjata atau truce line yang membentang sepanjang 249 kilometer dari kota Goseong yang merupakan ujung Timur semenanjung sampai sungai Imjingang yang merupakan ujung Barat semenanjung. 

Jangkauan wilayah yang membentang 2 (dua) kilometer di kedua bagian ini membuat lebar total garis itu menjadi sebesar 4 (empat) kilometer

  1. Wilayah Steril

Di antara fakta menarik tentang DMZ ialah wilayah ini merupakan wilayah yang steril dari gangguan manusia atau human disturbance. Satu-satunya kalangan yang memiliki akses ke DMZ, baik dari pihak Korea Selatan maupun Utara, merupakan personil militer dan pengamat 

  1. Marak terjadi pertikaian

Dari seluruh momentum ketegangan yang pernah terjadi antara dua korea di DMZ, kedua belah pihak selalu menuding satu sama lain. Contohnya adalah peristiwa yang terjadi pada 4 agustus 2015. saat itu, dua buah ranjau darat meledak di DMZ yang merupakan wilayah penyangga dua Korea, tepatnya di sebelah selatan wilayah tersebut dekat kota Paju, Seoul Utara. 

Dalam perwira ini, 2 perwira Korea Selatan menjadi korban...

Dalam peristiwa ini, dua perwira militer Korea Selatan menjadi korban. Korea Selatan sendiri menuduh Korea Utara sebagai dalang penyebab dibalik peristiwa tersebut. Akibatnya, 6 hari berselang pemerintah Korea Selatan ialah mengaktifkan kembali siaran propaganda anti-Pyongyang melalui alat pengeras suara yang dipasang di sepanjang DMZ bagian Selatan. 

  1. Warisan Perang Dunia II

Berawal dari usainya Perang Dunia II, Semenanjung Korea dibagi menjadi 2 (dua) bagian, Utara dan Selatan. Pembagian ini dilakukan oleh para pemenang Perang Dunia II yang dipimpin oleh AS dan Uni Soviet (US). 

Wali Utara ialah Soviet, sedangkan wali Selatan adalah AS. Sebagai pemenang Perang, AS dan US berhak atas perwalian atau trusteeship negara-negara kalah perang beserta wilayah jajahannya. Salah satu negara yang kalah perang ialah Jepang, di mana salah satu wilayah jajahannya meliputi Semenanjung Korea. 

Proses pembagian wilayah ini sendiri dilakukan melalui beberapa perjanjian. Perjanjian-perjanjian ini dilakukan di antara para wali atau yang dikenal sebagai trustees.

Berbagai perjanjian tersebut di antaranya ialah perjanjian yang ditandatangani di Kairo pada Desember 1943, lalu di Yalta pada April 1945, lalu di Moskow pada September 1945, lalu di New York pada November 1947, kemudian di New York lagi pada Juni 1950, serta di Panmujom pada Juli 1953. Sejak itu, kedua Korea selalu berada dalam posisi yang berseberangan, baik secara politik, sosial maupun ekonomi 

Singkat cerita, pada 25 Juni 1950 tereskalasi menjadi perang terbuka ketika pasukan Korea Utara menyeberang garis parallel 38° dan menyerang Korea Selatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di bawah instruksi AS, membantu Korea Selatan dalam melakukan resistensi terhadap invasi Korea Utara dan mendesak Korea Utara hingga ke Sungai Yali yang letaknya melebihi garis parallel. Melihat kondisi ini, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) meluncurkan pasukannya untuk membantu Korea Utara dengan bantuan persenjataan Uni Soviet. 

Perang ini merupakan proxy war dengan adanya keterlibatan 2 superpower, yakni AS dan Soviet yang tengah bertikai dalam Perang Dingin. Hingga akhirnya pertikaian diakhiri dengan penandatanganan gencatan senjata pada 1953 dan DMZ, Panmunjom menjadi salah satu simbolnya. 

DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca juga : Kim Jong Un Terkejut Ajakan Twitter Donald Trump Bertemu di DMZ

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus