Penganggur Albania, termasuk 500 tentaranya yang dituduh desersi, tergoda lari ke negeri tetangganya. TERIK matahari memanggang tubuh mereka yang kucal. Kerongkongan mereka kering dan perut mereka melilit. Tapi sekitar 2.000 pengungsi Albania itu tak mau beranjak dari stadion tua Victory di Bari, Italia selatan, Kamis pekan lalu. Orang-orang itu tetap bersikeras tak mau kembali ke negeri mereka yang termelarat se-Eropa. Mereka adalah sebagian dari 12.000 warga Albania yang menyeberang ke Italia melalui pelabuhan militer Albania dua pekan lalu. Konon, mulanya pemerintah Albania yang ingin para pembangkang hengkang, sengaja meniupkan kabar tentang adanya kapal penumpang Vlora yang akan berlayar ke Bari, Italia. Kontan, Vlora dibanjiri penumpang, yang sebagian besar pemuda Albania pengangguran. Italia, tetangga terdekat Albania, rupanya kewalahan menghadapi gelombang pengungsi ini. Pada Maret lalu saja Italia sudah disibukkan oleh 25.000 pengungsi Albania. Sebagian besar bisa dipulangkan, sisanya tercecer di beberapa kota peiabuhan. Pekan lalu Presiden Italia Fransesco Cossiga dan menteri luar negerinya, Gianni De Michelis, terbang ke Tirana, ibu kota Albania. Mereka menemui Presiden Ramiz Alia, membicarakan masalah pengungsi. Sebenarnya, Presiden Ramiz Alia, yang mengakhiri sosialisme Albania akhir tahun lalu, berhasil menumbuhkan demokrasi politik. Tapi ia tak berhasil mengatrol ekonomi yang anjlok. Lebih celaka lagi, pinjaman luar negeri diharamkan konstitusi. Maka, kebutuhan pokok menghilang dari pasar, inflasi pun melaju sampai lebih dari 200%. Kesulitan ekonomi mendorong orang Albania mengungsi ke Italia. Habis, televisi di Albania, negeri yang komposisi penduduknya sebagian besar berusia 20-an tahun, begitu mudah menangkap siaran dari Italia. Jarak kedua pantai negeri itu memang cuma 200 km. Maka, di layar kaca di rumah-rumah di Albania, hampir tiap saat dipamerkan pakaian mentereng dan makanan segar. Padahal, "Tidak ada apa-apa lagi di Albania, tidak juga buah-buahan," kata seorang anak mengungsi. "Adanya hanya roti tawar dan air." Pemerintah Italia memberikan bantuan makanan senilai US$ 85 juta. Selain itu, US$ 57 juta disediakan oleh Roma, untuk memacu industri Albania. Masyarakat Eropa, sudah menyetujui hibah darurat US$ 2,3 juta, sebagai tambahan bantuan tahun ini yang hampir US$ 5 juta. Kepada mereka yang telanjur terdampar di Italia, pemerintah Roma mengiming-imingi uang saku sekitar US$ 35 dolar, celana jins, sepatu, kaus, celana pendek, sigaret, serta alat cukur, jika bersedia pulang ke Albania. Tapi tak sedikit yang rupaya sudah tak punya harapan di Albania, negeri seluas hampir 28.500 km2. Mereka nekat bertahan di stadion bobrok di Bari, walaupun pemerintah Italia sudah sengaja membuat mereka tak kerasan: tidak diberikan tenda dan kakus. "Ekonomi kami hancur. Rakyat telah kehilangan apa pun, termasuk kehormatannya," tutur Sabri Gogo, Ketua Partai Republik. Ardian Taufik Gesuri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini