Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Habis Manis, Chalabi Disepah

16 Agustus 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALANG benar nasib Ahmad Chalabi. Selepas dituding membocorkan rahasia intelijen Amerika ke Iran, pekan lalu dia divonis masuk bui dengan tuduhan pemalsuan uang. Surat penangkapan juga dirilis untuk Salem Chalabi, keponakan Ahmad, dengan tuduhan terlibat pembunuhan. Ironisnya, Salem kini masih menjabat Hakim Ketua Pengadilan Tribunal Saddam Hussein yang berkedudukan di Bagdad.

Surat penangkapan yang diteken Hakim Zuhair al-Maliky ini dikeluarkan saat Ahmad dan Salem Chalabi sedang berada di Teheran dan Inggris. Ahmad, bekas Ketua Dewan Pemerintahan Transisi Irak, buru-buru menuding perintah penangkapan itu sebagai langkah yang amat bodoh. Dia juga mencibir Zuhair sebagai "hakim kemarin sore yang dikatrol Bremer (Paul Bremer, bekas pemimpin Pemerintahan Transisi Irak) menjadi hakim papan atas." Bahkan si Hakim dia tuding sebagai orang yang "mendapat perintah khusus menghabisi saya dan seluruh keluarga Chalabi."

Lain lagi komentar Salem Chalabi. Diwawancarai BBC di London, dengan gusar dia menuding Zuhair punya agenda terselubung dengan kelompok pro-Saddam. "Ia dikenal menentang pengadilan Saddam," kata Salem. Menurut dia, perintah penangkapan atas dirinya adalah upaya serius menggagalkan pengadilan Saddam.

Soal surat penangkapan dua Chalabi itu memang masih sumir. Bukti-bukti di tangan hakim pun belum jelas benar. Zuhair mengaku, indikasi awal tindak pidana Ahmad ditemukan saat pasukan AS menggeledah rumah politisi ini pada 21 Mei silam. Sejumlah besar uang dinar palsu—yang sudah ditarik dari peredaran sejak Januari—ditemukan di rumah itu.

Adapun Salem lebih gawat lagi. Dia didakwa terlibat pembunuhan Haithem Fadhil, Direktur Jenderal Kementerian Keuangan Irak, yang tewas April silam. Istri korban mengadu, suaminya pernah diancam Salem agar membatalkan penyelidikan pajak atas sejumlah properti keluarga Chalabi. "Penyelidikan selama dua pekan menemukan bukti awal keterlibatannya," kata Zuhair.

Kondisi Chalabi bersaudara ini mirip pepatah: habis manis, Chalabi dibuang. Ketika invasi ke Irak dicanangkan, Maret 2003, Ahmad Chalabi, alumni Universitas Chicago dan Massachusetts Institute of Technology, dipasang sebagai garda depan Irak pasca-Saddam. Bahkan, jauh sebelum invasi, dia mengadakan konferensi para tokoh Irak anti-Saddam di London.

Saat Bagdad jatuh, anak bankir kaya raya ini ikut duduk dalam Dewan Pemerintahan Sementara Irak. Hubungannya dengan AS pun mulus. Spekulasi beredar, cepat atau lambat Chalabi bakal menjadi si nomor satu Irak. Untuk mengukuhkan posisinya, ia membentuk Partai Kongres Nasional Irak (INC). Tapi, Selasa pekan lalu, pasukan koalisi menduduki kantor pusat INC dan mengusir para anggota partai itu.

Juru bicara INC, Haidar Musawi, menuduh, "Tindakan itu dilakukan pemerintahan transisi untuk mendiskreditkan kami dan pejuang kebebasan Irak." Setelah penyerbuan ke rumahnya, pihak AS menuduh Ahmad Chalabi memberikan informasi intelijen kepada Iran. Akibatnya, sudah karier politiknya terantuk di jalan buntu, akses terhadapnya pun nyaris tumpat.

TEMPO mengalaminya saat meliput pelantikan Perdana Menteri dan Presiden Irak di Bagdad pada akhir Juni lalu. Seorang perempuan, yang mengaku sebagai anggota Dewan Pemerintahan, menegur wartawan majalah ini ketika TEMPO tengah mendekati Ahmad Chalabi untuk berbincang. "Semua dilarang berbicara langsung kepada Ahmad Chalabi kecuali lewat saya," ujarnya. Anehnya, ketika dituruti, ia malah menunjuk orang lain, "Silakan hubungi lelaki itu." Tapi pria yang ditunjuk justru termangu-mangu. "Lho, saya tidak tahu apa-apa," katanya.

Kini Chalabi bersaudara itu tampaknya tinggal menunggu nasib.

Rommy Fibri (BBC, Al-Jazeera)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus