Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Hari Ini di 1991, Boris Yeltsin Presiden Pertama Rusia Bertugas: Pernah Menjadi Mentor Putin

Mendiang Boris Yeltsin membawa warna demokrasi ke dalam Rusia yang sebelumnya belum pernah ada.

10 Juli 2022 | 19.34 WIB

Eks Presiden Rusia, Boris Yeltsin (kiri) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin 24 April 2007 (RFE / RL)
Perbesar
Eks Presiden Rusia, Boris Yeltsin (kiri) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin 24 April 2007 (RFE / RL)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Tepat pada hari ini 10 Juli di 1991, Boris Yeltsin memulai jabatannya sebagai pemimpin Rusia pertama pasca Uni Soviet. Ie memegang jabatan tersebut semenjak 10 Juli 1991 sampai 31 Desember 1999.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Yeltsin merupakan politikus kelahiran 1 Februari 1931 di Butka, Sverdlovsk, Rusia SFSR. Namun ia meninggal dunia pada tanggal 23 April 2007 karena gagal jantung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip laman History, Yeltsin melanjutkan pendidikan tinggi dan mengambil jurusan teknik sipil di Institut Politeknik Ural, Sverdlovsk (sekarang Yekaterinburg). Barulah ia memasuki ranah politik ketika lulus kuliah berusia 30 tahun dengan menjadi anggota Partai Komunis pada 1961.

Namun pada 1987 dan 1988 diminta mundur dari jabatannya karena sifatnya yang terlalu kritis. Saat itu, ia berani memtuskan hubungan ratusan pejabat tingkat bawah dan mencerca korupsi.

Yeltsin membawa warna demokrasi ke dalam Rusia yang sebelumnya belum pernah ada. Di awal karirnya pun ia pernah melawan pendirian komunis dalam pemilihan parlemen pada 1989 dan 1990.

Lalu Pada 12 Juni 1991, Yeltsin tercatat sebagai presiden Republik Sosialis Soviet Rusia yang terbentuk menjadi federasi dengan 57 persen suara. Lawannya saat itu adalah Michael Gorbachev, pemimpin Uni Soviet kedelapan dan terakhir pemimpin Uni Soviet.

Ia sempat mendapaat percobaan kudeta dari Gorbachev dan pejabat Partai Komunis lainnya, namun gagal setelah tiga hari. Setelah itu ia langsung membubarkan partai Komunis dan 15 Republik Uni Soviet.

Melansir Politico, Yeltsin ia mencoba untuk merombak perekonomian Rusia setelah mendapatkan kekuasaannya. Saat itu, ia langsung menemui para ekonom Rusia yang belum dikenal seperti Yegor Gaidar, Anatoly Chubais dan Boris Fedorov.

Alhasil, ia merefrormasi ekonomi secara radikal yang membawa Rusia untuk diprivatisasi secara permanen dan menjadi ekonomi pasar yang dinamis. Sebaliknya, ia bahkan meyakini prinsip pasar bebas dalam kepemerintahannya. Hal itu membuat terbentuknya bursa saham dan bursa komoditas di Rusia.

Perubahan lainnya pun dirasakan ketika ia mendukung kebebasan pers. Ia pun mulai mengizinkan kritik bagi publik dan membuka pintu bagi budaya barat ke dalam Rusia. Selain itu juga ia mengurangi senjata nuklir dan memulangkan tentara bekas Republik Soviet dari Eropa Timur.

Semasa karir politiknya, ia mendapat suatu masalah dalam membangun kepemerintahan demokrasi. Tepatnya pada bulan Desember 1994, Yeltsin melancarkan perang berdarah dan tidak berhasil di Chechnya, yang menelan puluhan ribu nyawa. Hal terbaik yang dapat dikatakan tentang tindakan itu adalah bahwa Yeltsin tampaknya terlalu sakit dan mabuk untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.

Disebutkan juga dalam Politico bahwa kelemahan Yeltsin adalah pengangkatannya sebagai letnan kolonel dari KGB sebagai ahli warisnya. Dari hal tersebut, secara tidak langsung menghilangkan demokrasi di Rusia. Sementara Vladimir Putin mendapatkan keuntungan dari basis ekonomi yang telah disusun oleh Yeltsin.

Mengutip journalofdemocracy.org, sebelumnya Putin melalui bantuan menantu Yeltsin, Yumashev dipercaya untuk menjadi Calon Presiden selanjutnya. Namun ia mengatakan kepada Yeltsin bahwa dirinya tak suka untuk melakukan kampanye dan tidak mencalonkan diri.

Namun Yeltsin mempercayai Putin agar bisa mengeluarkan Rusia dari negeri komunis. Bahkan setahun sebelum Yeltsin habis masa jabatan, ia telah mempercaya Putin sebagai Presiden Rusia yang baru. Yeltsin sendiri baru mengundurkan diri pada tanggal 31 Desember 1999 setelah merekam video pidato terakhirnya.

Boris Yeltsin pun mendapat pensiun dan hidup damai dengan keluarganya. Ia menghirupkan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 23 April 2007.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus