Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan helikopter yang menewaskan mendiang Presiden Iran Ebrahim Raisi terutama disebabkan oleh kondisi cuaca yang meliputi kabut tebal, TV pemerintah Iran mengatakan pada Minggu, 1 September 2024, mengutip laporan akhir investigasi atas insiden tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendiang Ebrahim Raisi, seorang tokoh garis keras yang dipandang sebagai calon pengganti Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, tewas ketika helikopternya jatuh pada bulan Mei di sebuah wilayah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penyebab utama kecelakaan helikopter tersebut adalah kondisi cuaca yang rumit di wilayah tersebut," demikian kesimpulan laporan akhir, menurut TV pemerintah Iran.
Kabut tebal menyebabkan helikopter yang membawa Raisi dan teman-temannya menabrak gunung, demikian laporan yang dikeluarkan oleh komite tinggi yang ditugaskan oleh militer Iran untuk menyelidiki insiden tersebut.
Kecelakaan helikopter Raisi terjadi pada 19 Mei 2024 di Provinsi Azerbaijan Timur. Kecelakaan itu terjadi setelah Presiden Raisi dan rombongannya menghadiri peresmian bendungan di perbatasan bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Beberapa laporan media saat itu menyebutkan akibat kabut tebal, helikopter yang membawa Raisi terpaksa melakukan pendaratan darurat, dan Raisi melakukan perjalanan ke Tabriz melalui jalan darat.
Televisi pemerintah Iran juga melaporkan helikopter yang membawa Raisi melakukan pendaratan darurat, dan sejumlah tim pertolongan pertama telah menuju lokasi kecelakaan.
Laporan media Iran menyebutkan ada tiga helikopter dalam konvoi kunjungan Presiden Raisi. Dua helikopter lainnya tiba dengan selamat di Teheran.
Imam Salat Jumat Tabriz Seyyed Mohammad-Ali Al-Hashem, dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian juga dilaporkan berada di helikopter yang sama dengan Presiden Raisi.
Ada banyak spekulasi tentang penyebab kecelakaan tersebut. Namun, sebuah laporan awal dari militer Iran pada Mei lalu mengatakan bahwa tidak ada bukti pelanggaran atau serangan yang ditemukan selama penyelidikan.
REUTERS | ANADOLU