Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Helmut kohl pindah

Pemerintah kanselir helmut kohl memindahkan pusat pemerintahan dari bonn ke berlin, sebagai ibu kota jerman bersatu. sejarah berdirinya kota berlin.

29 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berlin, kota berusia lebih dari tujuh abad, dianggap bisa memperkuat Jerman bersatu. BERAPA waktu untuk pindah dari Bonn ke Berlin yang jaraknya 500 km itu? Jawabnya, 10 tahun sampai 12 tahun. Memindahkan sebuah pemerintahan memang tak seperti pidah rumah. Selain soal karyawan pemerintah pusat, di belakang mereka mengikut sejumlah peralatan canggih: komputer, data-data, dokumen, dan sebagainya. Tapi pindah itulah yang diputuskan parlemen Jerman bersatu pekan lalu. Tapi mengapa Berlin? "Tak ada kota mana pun di Jerman yang melambangkan kerja sama Barat-Timur selain Berlin," kata Cornelia von Teichman, anggota parlemen wanita dari Partai Kristen Demokrat. Kanselir Helmut Kohl, tokoh yang berperanan besar dalam rencana perpindahan ibu kota itu, mengharapkan Berlin tak lagi jadi bahan pertentangan di masa mendatang. Yang jelas, sebagian besar warga Berlin menyambut keputusan itu dengan hura-hura- mirip ketika Tembok Berlin dibobol dua tahun lalu. Mobil-mobil dikebut sepanjang jalan utama Kurfuerstendamm dan klakson pun ditekan keras-keras. Sekelompok besar orang berkumpul di sebuah perempatan dan menyaksikan kemenangan di parlemen itu lewat layar televisi raksasa. Bisa diduga, suasana lain terjadi di ibu kota lama, Bonn. Di bekas ibu kota Jerman Barat itu, yang tak sampai setahun jadi ibu kota Jerman bersatu ini, 300.000 warga Bonn tampaknya tak ingin membuat pesta apa pun. Setelah hampir 40 tahun kota ini jadi pusat politik Jerman (Barat), Bonn tampaknya akan kembali menjadi sebuah kota biasa, meski majelis tinggi tetap akan berada di sini. Mereka yang keberatan ibu kota pindah, umumnya, karena soal biaya pindah yang besar. Dan kemudian sedikit memberi alasan sejarah: Berlin adalah wajah paling buruk sejarah Jerman. Kota ini mengingatkan pada Hitler dan Naziisme. Di antara warga Berlin sendiri ada yang kurang setuju. Sopir taksi Emer Mori, misalnya, melihat para politisi dan birokrat yang pindah ke Berlin hanya akan menyebabkan sewa rumah dan harga-harga kebutuhan hidup naik. Berlin, kota seluas 650 km2 (hampir seluas DKI Jakarta), didirikan pada pertengahan abad ke-13. Letak geografisnya, di tepi Sungai Spree, membuat kota ini cepat tumbuh menjadi pusat perdagangan. Letak Berlin makin penting lagi ketika Raja Willem Agung memperluas jaringan sarana hubungan melalui sungai-sungai pada 1669. Sejak itu pula penduduknya meningkat dari hanya 12.000 pada 1670 menjadi 61.000 pada 1712. Frederik II yang Agung memperluas Berlin pada pertengahan abad ke-18 dan pada 1791, setelah kematiannya, didirikanlah Gerbang Brandenburg yang begitu terkenal itu. Kota ini juga sempat ditinggali dua orang pemikir besar: Filsuf Friedrich Hegel dan Bapak Komunisme Karl Marx. Pada 1810, didirikanlah Universitas Humboldt, yang kemudian menjadi salah satu pusat intelektual dan kesenian Eropa. Kemudian, di abad ke-20, kota ini menyaksikan naik dan runtuhnya pemerintah Nazi. Selama Perang Dunia II, kota itu kehilangan 52.000 penduduknya, dan 100.000 yang lain mati dalam pertempuran ketika tentara Sekutu merebutnya. Ketika perang berakhir, Berlin dibagi dua. Bagian timur dikuasai Soviet, sedangkan bagian barat di bawah penguasaan Amerika, Inggris, dan Prancis. Pembagian itu sesuai dengan terbaginya Jerman menjadi dua: timur yang komunis, dan barat yang jadi bagian dari "dunia bebas". Pada 1948, Berlin hampir menjadi medan pertempuran lagi, ketika pihak Barat mengubah Berlin Barat sebagai satu kesatuan ekonomi. Soviet tak setuju, lalu menyerahkan Berlin Timur kepada Jerman Timur yang komunis dan bahkan melakukan blokade atas Berlin Barat. Terjadilah suatu jembatan udara ketika Sekutu menumpuk bahan-bahan keperluan sehari-hari untuk penduduk Berlin Barat. Soalnya, Berlin Barat memang bak sebuah pulau di tengah Jerman Timur. Blokade baru berakhir pada pertengahan 1949. Dua belas tahun kemudian, 1961, Berlin dicatat kembali dalam sejarah. Karena makin banyak orang lari ke Barat lewat Berlin Barat, pada tahun itu, pihak Jerman Timur mendirikan Tembok Berlin yang kemudian tak cuma memisahkan kota yang dulunya satu itu, tapi juga jadi lambang perang dingin. Tembok itu mencatat banyak tragedi, terutama bagi warga Timur. Orang-orang yang ditembak karena mencoba menyeberang dari Timur ke Barat, anak- anak yang dipisahkan dari orangtuanya yang harus masuk penjara karena tertangkap ketika hendak lari ke Barat. Baru, hampir 30 tahun kemudian, perubahan politik dunia meruntuhkan Tembok itu. Itulah awal Jerman bersatu, dan kemudian Berlin kembali menjadi sebuah ibu kota. ADN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus