NICHOLAS Daniloff, 52, akhirnya dibebaskan Sabtu malam pekan lalu sesudah dua minggu mendekam di penjara militer Lefortovo, Moskow. "Hura! Hebat, hebat," itulah kata-kata pertama yang tercetus dari mulut wartawan AS ini, padahal ia belum bebas dari tuduhan dan pengusutan. Memang, untuk sementara ia dibolehkan menetap di Kedutaan AS di Moskow, tapi paspor dan visanya ditahan pihak Soviet. "Saya masih diusut. Saya diwajibkan melapor tiap hari," kata sang wartawan yang dituduh terlibat tindak mata-mata oleh KGB. Penangkapan Daniloff tidak saja menimbulkan ketegangan Washington-Moskow tapi dikhawatirkan juga bisa menggagalkan pertemuan puncak Reagan -- Gorbachev. Daniloff dijaring 8 agen KGB (Dinas Rahasia Soviet) 30 Agustus silam, hanya beberapa menit sesudah ia menerima paket informasi di satu tempat yang disebut bukit Lenin, di Moskow. Wartawan majalah US News and World Report itu langsung diangkut ke Lefortovo bersama paket yang ternyata isinya peta Afghanistan berikut instalasi militer di sana, sket yang menggambarkan lokasi penempatan pasukan Rusia dan setumpuk foto tentara dan peralatan militer Soviet. Paket celaka itu berasal dari seorang teman yang menyebut dirinya "Misha dari Frunze". Untuk mengatur penyerahannya, Daniloff ditelepon tiga hari berturut-turut dan ini terjadi tidak lama setelah penahanan Gennady Zakharov. "Ini menunjukkan bahwa segalanya sudah diatur rapi," kata Zuckerman, pemilik US News and World Report atau seperti kata Menlu George Shultz, "menyingkapkan sisi gelap ma.yarakat Soviet." Shultz menyatakan Danikoff sengaja diperalat Moskow untuk "ditukarkan" dengan Zakharov, ahli fisika Rusia yang bekerja di kantor PBB New York dan ditangkap FBI 23 Agustus silam karena tcrlibat spionase. Pers Barat gempar, Presiden Ronald Reagan menegaskan bahwa "tidak akan ada tukar-menukar," sedangkan Daniloff sendiri berpendapat bahwa "tidak pantas kalau ia bertukar tempat dengan Zakharov." Tapi itulah yang terjadi akhir pekan lalu. Daniloff dan Zakharov ditempatkan di bawah perlindungan duta AS dan Soviet masing-masing di Moskow dan Washington. Kremlin tidak tinggal diam, tiba-tiba menyatakan justru Zakharov yang dijebak oleh Washington. Ahli fisika Soviet yang bekerja pada kantor PBB di New York ini tertangkap basah ketika menerima dokumen rahasia dari seorang informan FBI yang dikenal sebagai "Brig". Dokumen itu dibeli Zakharov US$ 1.000, berisi informasi tentang nlesin jet militer AS yang baru. Menurut FBI, ia sudah diawasi sejak Desember 1982 dan selama tiga tahun ini Zakharov sudah berhasil "membeli" rahasia mikrocip dan berbagai komponen pesawat terbang militer. Pengadilan New York menuduh Zakharov terlibat komplotan spionase, berusaha mengalihkan rahasia pertahanan AS ke Uni Soviet dan menggarap rahasia militer Amerika. Tuduhan balasan terhadap Daniloff tidak kurang seramnya, termasuk ikut ambil bagian dalam kegiatan CIA membina hubungan di Moskow. Tampaknya tuduh-menuduh seperti ini belum akan segera berakhir, padahal kedua negara adidaya AS dan Uni Soviet sebetulnya mulai serius menggarap masalah pembatasan persenjataan. Terakhir Reagan mengusulkan penundaan 7 1/2 tahun program Perang Bintang asalkan jumlah persenjataan nuklir dibatasi, sementara Gorbachev menawar penundaan itu sampai 15 tahun. Isma Sawitri, Laporan Robin Sirens (Moskow)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini