Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Hilang Nyawa di Kota Geng Narkoba

Pemerintah Meksiko menemukan kuburan massal berisi puluhan mayat dalam kondisi hangus terbakar. Diduga korban pembantaian geng kartel narkoba.

20 Oktober 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mario Cesar Gonzalez merasa anaknya berada dalam bahaya ketika menerima panggilan telepon dari salah satu teman kelas sang anak. Dalam pembicaraan, si penelepon mengatakan mereka telah diserang di Negara Bagian Guerrero, sebelah barat daya Meksiko. Tak menunggu lama, Gonzalez segera menempuh 11 jam perjalanan menuju Iguala, tempat insiden itu terjadi.

"Saya tiba pagi hari. Itu adalah situasi yang benar-benar buruk dan saya merasa hancur. Tiga mahasiswa tewas dan beberapa lainnya terluka. Beberapa dari mereka dalam kondisi kritis," kata Gonzales kepada The Independent, Ahad dua pekan lalu.

Peristiwa berdarah itu bermula dari bentrokan antara puluhan mahasiswa Universitas Tixtla di Ayotzinapa dan polisi. Pada 26 September itu, para mahasiswa sedang menuju Iguala untuk berunjuk rasa memprotes peraturan baru pendidikan yang dinilai mendiskriminasi perekrutan guru di daerah pinggiran Meksiko. Mereka juga hendak menggalang dana untuk menghadiri peringatan hari pembantaian Tlatelolco di Kota Meksiko.

Seorang mahasiswa yang selamat, Eusebio, 19 tahun, mengaku berada di salah satu dari tiga bus yang ditumpangi sekitar 120 mahasiswa. Ia menceritakan kepada Global Post, sekitar pukul 21 waktu setempat, bus mereka dicegat mobil polisi di pintu keluar utara Iguala. Orang-orang berseragam polisi langsung menembaki mereka. Satu dari tiga bus yang ditembaki membawa anggota klub sepak bola Chilpancingo Hornets. Dalam serangan, seorang anggota klub berusia 15 tahun tewas.

"Penembakan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Saya berbaring di belakang bus. Mahasiswa ada yang balik melawan dengan melempar batu," ujar Eusebio, yang meminta nama aslinya tak dipublikasikan karena alasan keselamatan.

Setelah itu, orang-orang berseragam polisi menggelandang puluhan mahasiswa ke dalam mobil patroli mereka. Total 6 orang tewas, 25 terluka, dan 43 mahasiswa dilaporkan hilang dalam peristiwa itu. Eusebio selamat lantaran bersembunyi di rumah warga hingga pagi.

l l l

Hilangnya para mahasiswa itu menimbulkan kegemparan di Meksiko. Puluhan ribu orang berunjuk rasa di kota-kota di seluruh penjuru Meksiko pada Rabu dua pekan lalu. Mereka memprotes hilangnya 43 mahasiswa sekaligus menuntut aparat mengusut tuntas kasusnya. Protes juga menyuarakan kekhawatiran bahwa para mahasiswa itu diduga diculik lalu dieksekusi geng kartel narkoba yang dibekingi polisi.

Di Kota Meksiko, anggota keluarga korban berjalan paling depan dalam iring-iringan unjuk rasa sambil membawa foto mahasiswa yang hilang. Unjuk rasa dilangsungkan di berbagai kota lain, seperti di Oaxaca, Veracruz, dan Morelia. "Kami menuntut pemerintah federal dan negara menemukan anak-anak kami dalam keadaan hidup," kata juru bicara keluarga korban, Manuel Martinez.

Kasus hilangnya mahasiswa itu segera mengundang kecaman dari Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kepada Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, mereka meminta dilakukan penyelidikan untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya, termasuk menyelidiki polisi yang diduga terkait dengan geng penyerang mahasiswa.

Menanggapi hal tersebut, Pena Nieto berjanji "menemukan kebenaran dan memastikan hukum diberlakukan bagi para pelaku biadab itu". Dalam pidato yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi, Senin dua pekan lalu, dia menegaskan tak akan segan menyeret para pelaku ke meja hijau meskipun mereka melibatkan aparat kepolisian.

Pena Nieto tak membuang-buang waktu. Dia mengerahkan ratusan prajurit untuk mengambil alih keamanan di Iguala dan melucuti polisi setempat. Sekitar 30 investigator dari kantor Kejaksaan Agung juga diterjunkan ke Iguala untuk mengumpulkan bukti.

Pada Sabtu tiga pekan lalu, polisi federal Meksiko menemukan kuburan massal berisi sisa tubuh dari sedikitnya 28 mayat yang hangus terbakar. Kuburan itu berada di sebuah bukit di Iguala, tempat 43 mahasiswa dilaporkan hilang. Iguala selama ini dikenal sebagai salah satu tempat berkembangnya geng narkoba. Geng ini sering menyembunyikan mayat korban kekerasan di kuburan massal.

Atas temuan itu, keluarga dari 37 mahasiswa sudah memberikan sampel DNA untuk menentukan apakah jasad tersebut merupakan bagian dari 43 mahasiswa yang hilang. "Kami belum bisa berbicara mengenai jumlah tepatnya jenazah. Butuh waktu dua minggu hingga dua bulan untuk mengidentifikasi tubuh korban," kata Inaky Blanco Cabrera, Jaksa Agung Negara Bagian Guerrero, seperti dikutip CNN.

Beberapa hari kemudian, investigator kembali menemukan empat kuburan massal, yang lokasinya tak jauh dari lokasi penemuan pertama. Namun mereka belum bisa mengidentifikasi mayat di dalam kuburan yang terletak 200 kilometer ke arah selatan dari Kota Meksiko ini.

l l l

Kritik tajam langsung dialamatkan kepada pemerintah, yang dianggap lambat menggelar penyelidikan. Tapi, dalam sebuah pernyataan, pemerintah membantah kritik itu seraya merinci upaya investigasinya yang sudah menahan 34 orang, termasuk 26 polisi setempat.

Blanco mengungkapkan, sejumlah saksi mata dan polisi yang ditahan mengatakan anggota pembunuh yang dikenal sebagai Guerreros Unidos atau Laskar Amerika ikut membantu penyergapan terhadap para mahasiswa. Mereka bekerja untuk kartel narkoba Beltran Leyva. Pemimpin kartel, Hector Beltran Leyva, telah ditangkap pada 2 Oktober lalu karena insiden ini.

Menurut Blanco, kepala otoritas keamanan publik wilayah Iguala, Francisco Salgado Valladares, adalah orang yang memerintahkan geng kriminal setempat mendatangi lokasi yang dilalui bus yang ditumpangi mahasiswa. Dua pembunuh bayaran kemudian menerima instruksi dari pemimpin geng yang dijuluki El Chucky untuk menculik dan membunuh para mahasiswa.

Pada saat kejadian, anggota geng memaksa para mahasiswa keluar dari bus dengan kekerasan. "Mereka menarik 17 orang, membawanya ke atas bukit di Pueblo Viejo, tempat mereka secara diam-diam menyiapkan kuburan, dan di sana mereka mengaku membunuh para mahasiswa," ujar Blanco. Tersangka disebutkan telah bersaksi bahwa 30 anggota kepolisian setempat merupakan anggota geng narkoba Guerreros Unidos.

Wali Kota Iguala Jose Luis Abarca dan istrinya, Maria de Los Angeles Pineda Villa, diduga kuat terlibat dan memiliki kaitan dengan hilangnya para mahasiswa itu. Keduanya kini menghilang dan menjadi buron.

Menurut laporan BBC, beberapa kilometer dari tempat para mahasiswa hendak menggalang dana, istri Wali Kota Iguala sedang berpidato sebagai kepala kantor pelayanan keluarga di wilayah itu. Salah satu dugaan yang muncul, Wali Kota Abarca curiga para mahasiswa akan mengganggu pidato sang istri, sehingga ia mengirim polisi untuk menghadangnya. Polisi diduga kemudian membawa puluhan mahasiswa dan menyerahkannya kepada geng kartel narkoba.

Maria Pineda, istri Wali Kota, memiliki ikatan keluarga dengan kartel Beltran Leyva. Jaksa telah mengidentifikasi adik bungsunya, Alberto Pineda, sebagai tokoh utama dalam kartel itu. Alberto dan saudaranya, Marco Pineda, menjadi orang yang paling dicari di masa Presiden Felipe Calderon, yang tewas pada 2009 oleh rivalnya. Saudaranya yang lain, Salomon Pineda, bebas dari penjara tahun lalu. Media setempat meyakini Salomon akan menjalankan bisnis kartel Guerreros Unidos di Iguala.

"Semua orang tahu tentang hubungan mereka yang telah melakukan kejahatan terorganisasi," kata Alejandro Encinas, senator dari Partai Demokrat Revolusi, kepada Associated Press.

Rosalina (The Independent, Associated Press, Global Post, BBC, CNN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus