Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Guru di mata calon guru

Mulyono hendrosiswojo, dosen universitas negeri jember, meraih gelar doktor, disertasinya berjudul "sikap siswa spg terhadap jabatan guru". (pdk)

3 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBAGAI hasil penelitian sudah mengungkapkan betapa rendahnya kualitas para tamatan SD sampai SLTA. Kenapa? Sudah banyak jawabannya. Tapi Muljono Hendrosiswojo, seorang dosen dari Universitas Negeri Jember, menjawabnya tentu dengan penelitian -- dari segi kurikulum Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Hasil penelitiannya sudah jadi disertasi berjudul Sikap Siswa SPG terhadap jabatan Guru. Dan ia brhasil mempertahankannya hingga meraih gelar doktor di IKIP Negeri Yogyakarta. Lima hari kemudian, 23 Maret, di IKIP Negeri Bandung, Mohammad Djawal Dahlan berhasil pula meraih doktor lewat disertasi dengan pokok yang hampir serupa. Disertasi dosen IKIP Bandung ini judulnya lumayan panjang: Ciri ciri Kepribadian Siswa SPG Negeri di Jawa Barat, Dikaitkan dengan Sikapnya terhadap Jabatan Guru. Dengan sampel sekitar 1.400 siswa SPG dari 12 SPG negeri maupun swasta di Jawa Timur, Muljono menarik kesimpulan. Yaitu mereka bersikap memandang rendah pada jabatan guru SD. Sumbangan kurikulum SPG dalam membentuk sikap siswa terhadap jabatan guru hanya sekitar 12%, katanya. Itu antara lain ada dalam program pendidikan umum dan program pendidikan keguruan.Dengan kurikulum seperti sekarang, Muljono berpendapat kemampuan mereka kelak sebagai guru akan rendah. Begitu pun Muljono menemukan bahwa untuk guru SD lebih cocok wanita daripada pria. Ternyata wanita sebagai guru lebih tekun, lebih bisa memberikan kasih sayang, lebih memiliki kecendrungan memperhatikan orang lain," katanya. Seorang Kepala SPG di Jawa Timur mengakui kebenaran penelitian dosen Universitas Jember itu. Hanya Pak Kepala ini menambahkan bahwa sikap siswa terhadap jabatan guru tak hanya dibentuk oleh kurikulum, tapi juga oleh pandangan masyarakat. Mohammad Djawad Dahlan yang mengambil sampel 441 siswa SPG Negeri di 22 kota di Jawa Barat memperoleh kesimpulan bagi siswa SPG "pekerjaan guru itu menyenangkan." Tapi dia pun menemukan hal yang cukup mencemaskan, ialah kualitas siswa SPG dilihat dari segi kepribadian guru. Tujuh hal yang menyangkut kepribadian guru dijadikannya pegangan. Antara lain kemampuan berprestasi tinggi, bekerja teratur, mampu bekerja sama dan bersahabat dengan orang lain. Celakanya, responden yang bersikap positif terhadap jabatan guru itu adalah nereka yang nilai kepribadian gurunya rendah. Para siswa SPG yang mempunyai nilai kepribadian guru tinggi ternyata memandang jabatan guru dengan setengah hati. Dengan kata lain, mereka yang benarbenar ingin menjadi guru kemampuan berprestasinya rendah. Dalam hal ini hasil penelitian M.D. Dahlan di Jawa Barat dan Muljono di Jawa Timur pada hakikatnya tak berbeda. Akhirnya SD memperoleh guru yang kualitasnya kurang. Tapi Dahlan tak menunjuk kurikulum sebagai sebab. Justru ia menunjuk masyarakat. Dahlan mengutip hasil penelitian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru, yang menyimpulkan citra guru SD ternyata berada di bawah jabatan sersan, montir mobil, juru tulis kantor, perawat. A. Djuarsa, Wakil Kepala SPGN I Bandung, melihatnya dari segi lain pula. Untuk mengubah sikap siswa SPG, katanya, terlebih dahulu kondisi guru SD harus diperbaiki. "Di zaman Belanda guru SD bisa naik sepeda raleigh, yang tak bisa dimiliki sembarang orang. Maka banyak anak pintar dan datang dari keluarga kaya ingin menjadi guru," tutur Djuarsa, mengenang masa silam. Kini, katanya pula, mereka yang masuk SPG datang dari keluarga kurang mampu, yang berharap lekas mendapat pekerjaan. Bukan berarti orang kecil tak akan bisa berprestasi tinggi. Tapi, menurut Djuarsa, bila yang dituju ialah "cepatnya mendapat pekerjaan," prestasi di bidang keguruan memang rendah. Sejumlah siswa SPG di Bandung yang dihubungi TEMPO memang memperkuat dugaan Pak Djuarsa. "Kalau saya masuk SMA, begitu tamat belum tentu mendapat pekerjaan," kata satu siswa SPG. Yang lain bilang: "Orang tak punya seperti saya ini, bili tamat SMA bisa-bisa menjadi tukang becak." Dan itulah mengapa ia memilih SPG. Ada sekitar 600 SPG Negeri maupun swasta, dengan jumlah siswa sekitar 250 ribu, di seluruh Indnesia. Umumnya penelitian menyangkut guru SD memperoleh kesimpulan yang saling mendukung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus