BERBAGAI hasil penelitian sudah mengungkapkan betapa rendahnya
kualitas para tamatan SD sampai SLTA. Kenapa? Sudah banyak
jawabannya. Tapi Muljono Hendrosiswojo, seorang dosen dari
Universitas Negeri Jember, menjawabnya tentu dengan penelitian
-- dari segi kurikulum Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Hasil
penelitiannya sudah jadi disertasi berjudul Sikap Siswa SPG
terhadap jabatan Guru. Dan ia brhasil mempertahankannya
hingga meraih gelar doktor di IKIP Negeri Yogyakarta.
Lima hari kemudian, 23 Maret, di IKIP Negeri Bandung, Mohammad
Djawal Dahlan berhasil pula meraih doktor lewat disertasi
dengan pokok yang hampir serupa. Disertasi dosen IKIP Bandung
ini judulnya lumayan panjang: Ciri ciri Kepribadian Siswa SPG
Negeri di Jawa Barat, Dikaitkan dengan Sikapnya terhadap Jabatan
Guru.
Dengan sampel sekitar 1.400 siswa SPG dari 12 SPG negeri maupun
swasta di Jawa Timur, Muljono menarik kesimpulan. Yaitu mereka
bersikap memandang rendah pada jabatan guru SD.
Sumbangan kurikulum SPG dalam membentuk sikap siswa terhadap
jabatan guru hanya sekitar 12%, katanya. Itu antara lain ada
dalam program pendidikan umum dan program pendidikan
keguruan.Dengan kurikulum seperti sekarang, Muljono berpendapat
kemampuan mereka kelak sebagai guru akan rendah.
Begitu pun Muljono menemukan bahwa untuk guru SD lebih cocok
wanita daripada pria. Ternyata wanita sebagai guru lebih
tekun, lebih bisa memberikan kasih sayang, lebih memiliki
kecendrungan memperhatikan orang lain," katanya.
Seorang Kepala SPG di Jawa Timur mengakui kebenaran penelitian
dosen Universitas Jember itu. Hanya Pak Kepala ini menambahkan
bahwa sikap siswa terhadap jabatan guru tak hanya dibentuk oleh
kurikulum, tapi juga oleh pandangan masyarakat.
Mohammad Djawad Dahlan yang mengambil sampel 441 siswa SPG
Negeri di 22 kota di Jawa Barat memperoleh kesimpulan bagi siswa
SPG "pekerjaan guru itu menyenangkan." Tapi dia pun menemukan
hal yang cukup mencemaskan, ialah kualitas siswa SPG dilihat
dari segi kepribadian guru.
Tujuh hal yang menyangkut kepribadian guru dijadikannya
pegangan. Antara lain kemampuan berprestasi tinggi, bekerja
teratur, mampu bekerja sama dan bersahabat dengan orang lain.
Celakanya, responden yang bersikap positif terhadap jabatan guru
itu adalah nereka yang nilai kepribadian gurunya rendah. Para
siswa SPG yang mempunyai nilai kepribadian guru tinggi ternyata
memandang jabatan guru dengan setengah hati.
Dengan kata lain, mereka yang benarbenar ingin menjadi guru
kemampuan berprestasinya rendah. Dalam hal ini hasil penelitian
M.D. Dahlan di Jawa Barat dan Muljono di Jawa Timur pada
hakikatnya tak berbeda. Akhirnya SD memperoleh guru yang
kualitasnya kurang.
Tapi Dahlan tak menunjuk kurikulum sebagai sebab. Justru ia
menunjuk masyarakat. Dahlan mengutip hasil penelitian Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru, yang menyimpulkan citra guru SD
ternyata berada di bawah jabatan sersan, montir mobil, juru
tulis kantor, perawat.
A. Djuarsa, Wakil Kepala SPGN I Bandung, melihatnya dari segi
lain pula. Untuk mengubah sikap siswa SPG, katanya, terlebih
dahulu kondisi guru SD harus diperbaiki. "Di zaman Belanda guru
SD bisa naik sepeda raleigh, yang tak bisa dimiliki sembarang
orang. Maka banyak anak pintar dan datang dari keluarga kaya
ingin menjadi guru," tutur Djuarsa, mengenang masa silam. Kini,
katanya pula, mereka yang masuk SPG datang dari keluarga kurang
mampu, yang berharap lekas mendapat pekerjaan.
Bukan berarti orang kecil tak akan bisa berprestasi tinggi.
Tapi, menurut Djuarsa, bila yang dituju ialah "cepatnya mendapat
pekerjaan," prestasi di bidang keguruan memang rendah.
Sejumlah siswa SPG di Bandung yang dihubungi TEMPO memang
memperkuat dugaan Pak Djuarsa. "Kalau saya masuk SMA, begitu
tamat belum tentu mendapat pekerjaan," kata satu siswa SPG. Yang
lain bilang: "Orang tak punya seperti saya ini, bili tamat SMA
bisa-bisa menjadi tukang becak." Dan itulah mengapa ia memilih
SPG.
Ada sekitar 600 SPG Negeri maupun swasta, dengan jumlah siswa
sekitar 250 ribu, di seluruh Indnesia. Umumnya penelitian
menyangkut guru SD memperoleh kesimpulan yang saling mendukung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini