Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ia naik turun

Zulfikar ali bhutto, 49, menggantikan jenderal yahya khan. memperkenalkan ideologi sosialisme islam. penegak pemerintahan sipil. damai dengan india. ada bantuan keuangan dari pihak arab.

16 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESEMBER 1971. Pakistan berada dalam kekacauan. Hari depan tidak berketenluan. Dengan keyakinan penuh, Ali Bhutto yang menggantikan Jenderal Yahya Khan meletakkan suatu rencana bagi Pakistan yang baru saja kehilangan wilayah timurnya yang kaya - dan menjadi Bangla Desh. Di wilayah barat, yang kini jadi satu-satunya daerah yang kini diperintah dari Islamabad, hidup 65 juta warga Pakistan. Sebagian besar terdiri dari petani miskin yang buta huruf. "Zulfikar Ali Bhutto, 49 tahun, sarjana hukum lulusan Oxford yang pernah mencicipi pendidikan hukum di Berkeley, California, telah membangkitkan kembali Pakistan yang telah tersungkur akibat pemisahan diri Pakistan Timur yang menjldi Bangladesh," begitu komentar seorang diplomat Inggeris di Islamabad tahun silam. Menjadi presiden dari tahun 1971 hingga 1973, Bhutto kemudian jadi perdana menteri hingga saat ia digulingkan Selasa pekan silam. Berasal dari keluarga aristokrat, Bhutto yang tergolong politikus kawakan - menjadi Menteri untuk pertama kalinya pada usia 30 tahun -- memperkenalkan suatu ideologi baru yang disebutnya "sosialisme Islam". Lawan-lawan politiknya - kebanyakan terdiri dari orang-orang Islam ortodoks -- mencurigai ideologi Bhutto itu sebagai sekedar tipuan dari "seorang yang sesungguhnya hanya memperalat Islam". Bhutto sendiri memang hidup dengan gaya yang pantas mencurigakan para ortodoks. Ia dituduh suka minum alkohol, dan Bhutto tidak menyangkal. Katanya: "Tidak ada salahnya jika saya minum sedikit sebelum menaiki tempat tidur." Bhuttolah yang menegakkan kembali pemerintahan sipil setelah Pakistan selama 13 tahun dikuasai oleh pemerintahan militer. Dengan meninggalkan kursi kepresidenan, untuk jadiperdana menteri di tahun i973, Bhutto sebenarnya memperkenalkan sistim parlementer di Pakistan. Kendati demikian, Bhutto adalah seorang otokrat. Ia memandang rendah lawan politiknya, memperlakukan mereka dengan kasar, bahkan memenjarakan mereka yang suka melawannya secara terang-terangan. Tingkah lakunya yang begini inilah yang kemudian membawa Pakistan ke dalam kancah pertumpahan darah setelah pemilu Maret 1977 yang lalu. Diperhitungkan 300 orang mati akibat huru-hara yang timbul lantaran partai oposisi menuduh Partai Rakyat Pakistan pimpinan Bhutto menang lewat kelicikan. Arah Baru Setelah mengambil alih kekuasaan dari Yahya Khan pada tanggal 20 Desember 1971 Bhutto memheri arah baru bagi politik luar Pakistan. Ia berusaha menghindarkan Pakistan dari konfrontasi dengan India - hal yang terjadi dua kali selama masa pemerintahan militer - serta mendekatkan negerinya ke kalangan negara-negara Islam yang kaya. Mengakui keunggulan militer India, lewat pertemuan tingkat tinggi di Simla, ia mencoba memperbaiki hubungan kedua negara. Setelah melepaskan Mujibur Rahman dari tahanan militer Pakistan -- hingga Mujib bisa jadi presiden pertama Bangladesh -- Bhutto kemudian berusaha menciptakan hubungan diplomatik antara dua negara yang tadinya satu. Ketangkasan politik Bhutto juga terlihat pada hubungan luar negeri Pakistan yang baik dengan Uni Soviet, Cina tapi juga dengan Amerika Serikat. Bagi ekonomi Pakistan yang kacau balau akibat perang dan hilangnya Pakistan Timur, Bhutto mendatkan jalan keluar dengan berbaik-baik kepada negara-negara Arab. Dari Timur Tenah ia mendapat banyak uang dan simpati. Ketika suhu politik makin memanas di Pakistan dua pekan silam, Bhutto, untuk kesekian calinya, melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Bhutto juga yang mencetuskan ide perlunya didirikan suatu pakta militer bersama antara negara-negara Islam. Di Pakistan, gagasan Bhutto itu dinilai cuma sekedar usaha untuk mengalihkan perhatian dari kekalutan politik dalam negeri yang sulit diatasinya. Dan ketika dari berbagai negara Arab belum juga terdengar tanggapan terhadap gagasan baru tersebut, Bhutto sudah keburu diamankan oleh Jenderal Ziaul Haq, Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan yang dilantiknya sendiri Maret tahun silam. Zulfikar Ali Shahnawaz Khan Bhutto, lahir di Larkana pada tanggal 5 Januari 1928, suami dan ayah dari dua putera, kini sedang berada dalam tahanan. Ini bukan masa tahanan pertama baginya. Ketika mendirikan Partai Rakyat Pakistan di tahun 1967, rezim militer telah pula memenjarakan Bhutto selama tiga bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus