BEBERAPA juragan suratkabar Prancis menganggapnya sebagai orang
berbahaya. Kaum komunis dulu menuduhnya berhaluan kanan.
Golongan kanan justru menolaknya.
Ia ibarat "panah penunjuk angin di atap rumah" yang senantiasa
membidik ke mana angin pergi, kata para pengritiknya. Ada pula
yang mengejeknya sebagai orang "bermuka seribu, tokoh
misterius."
Francois Mitterrand memang diliputi berbagai kontradiksi, sukar
difahami dalam hidupnya. Lahir di Jarnac (Charente, Prancis), 26
Oktober 1916, Mitterrand seorang pejuang dalam gerakan
resistance, tapi ia bukan Gaullis. Dalam Perang Dunia II ia
berhasil minggat dari tahanan Nazi Jerman, tapi sempat bekerja
untuk Pemerintahan Vichy (pro-Jerman). Bahkan ia dapat tanda
jasa atas kesetiaannya pada rezim Petain, sebelum jadi pejuang
resistance.
Sebelas kali ia menjadi menteri dalam pemerintahan Republik IV
(1944-58), tapi ia senantiasa mencela rezim itu. Ia pernah
mempertahankan Aljazair sebagai wilayah Prancis, tapi ia pula
yang mendukung dimerdekakannya negeri itu.
Ia menjadi 'imperialis' ketika dalam kabinet menjabat Urusan
Prancis Seberang Lautan, tapi kemudian ia menjadi salah seorang
'bapak' kemerdekaan Afrika. Inilah gerangan yang membingungkan
orang hingga ia dianggap "panah penunjuk angm . . . "
Dari latar belakang pendidikan, sikap dan gaya hidupnya, ia
seorang bourgeois. Borjuis ini pula yang jadi pemersatu golongan
kiri (aliansi Sosialis-Komunis) tahun 1972 dalam menghadapi
pemilu. Sesudah 14 tahun Gaullis berkuasa waktu itu, tantangan
Mitterrand tak bisa diabaikan lagi, walau persatuan golongan
kiri itu goyah.
Namun Mitterrand hampir saja jadi tokoh kegagalan. Tahun 1965,
ia dikalahkan Charles de Gaulle dalam tahap kedua pemilihan
presiden. Tahun 1974, Valery Giscard d'Estaing pula mengalahkan
Mitterrand dalam pemilihan presiden, juga dalam tahap kedua,
walaupun kandidat Partai Sosialis itu masih didukung golongan
kiri.
"Kalau kalah lagi kali ini, saya akan betul-betul mundur dari
dunia politik," kata Mitterrand sebelum 10 Mei. Ternyata hasil
pemilihan hari Minggu itu menguntungkannya. Mungkin karena
rakyat Prancis sudah jemu melihat Presiden Giscard d'Estaing.
Agen Kereta Api
Mitterrand yang segera akan menghuni Istana Elysees adalah putra
seorang bekas agen perusahaan kereta api Paris. Joseph
Mitterrand, ayahnya, ingin Francois jadi wartawan atau pengacara
saja. Profesi itu pernah ditempuhnya.
Dari perkawinannya dengan Danielle, ia memperoleh dua anak
lelaki: Jean-Christophe dan Gilbert. Selama ini keluarga itu,
sesuai dengan sifat Mitterrand, mengambil jarak. Masih menjadi
pertanyaan apakah Mitterrand akan dikenal simpatik setelah
berada di Istana Elysees.
Sebagai ahli hukum, dia jelas taat pada peraturan. Kaum oposisi
bila turun ke jalan mungkin dihadapinya secara konservatif
sepertl sikapnya, misalnya, terhadap demonstrasi mahasiswa
Prancis dalam Mei 1968. Walau pemerintah waktu itu dianggapnya
tidak bertanggungjawab, aksi mahasiswa itu disebutnya liar.
"Pergantian kekuasaan tak bisa dilakukan di jalan," katanya,
"tapi dalam perdebatan di parlemen."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini