Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ibarat anak panah penunjuk angin

Profil francois mitterrand, yang diliputi berbagai kontradiksi, sukar dipahami dalam hidupnya. seorang pejuang dalam gerakan resistance, tapi ia bukan baullis. (ln)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA juragan suratkabar Prancis menganggapnya sebagai orang berbahaya. Kaum komunis dulu menuduhnya berhaluan kanan. Golongan kanan justru menolaknya. Ia ibarat "panah penunjuk angin di atap rumah" yang senantiasa membidik ke mana angin pergi, kata para pengritiknya. Ada pula yang mengejeknya sebagai orang "bermuka seribu, tokoh misterius." Francois Mitterrand memang diliputi berbagai kontradiksi, sukar difahami dalam hidupnya. Lahir di Jarnac (Charente, Prancis), 26 Oktober 1916, Mitterrand seorang pejuang dalam gerakan resistance, tapi ia bukan Gaullis. Dalam Perang Dunia II ia berhasil minggat dari tahanan Nazi Jerman, tapi sempat bekerja untuk Pemerintahan Vichy (pro-Jerman). Bahkan ia dapat tanda jasa atas kesetiaannya pada rezim Petain, sebelum jadi pejuang resistance. Sebelas kali ia menjadi menteri dalam pemerintahan Republik IV (1944-58), tapi ia senantiasa mencela rezim itu. Ia pernah mempertahankan Aljazair sebagai wilayah Prancis, tapi ia pula yang mendukung dimerdekakannya negeri itu. Ia menjadi 'imperialis' ketika dalam kabinet menjabat Urusan Prancis Seberang Lautan, tapi kemudian ia menjadi salah seorang 'bapak' kemerdekaan Afrika. Inilah gerangan yang membingungkan orang hingga ia dianggap "panah penunjuk angm . . . " Dari latar belakang pendidikan, sikap dan gaya hidupnya, ia seorang bourgeois. Borjuis ini pula yang jadi pemersatu golongan kiri (aliansi Sosialis-Komunis) tahun 1972 dalam menghadapi pemilu. Sesudah 14 tahun Gaullis berkuasa waktu itu, tantangan Mitterrand tak bisa diabaikan lagi, walau persatuan golongan kiri itu goyah. Namun Mitterrand hampir saja jadi tokoh kegagalan. Tahun 1965, ia dikalahkan Charles de Gaulle dalam tahap kedua pemilihan presiden. Tahun 1974, Valery Giscard d'Estaing pula mengalahkan Mitterrand dalam pemilihan presiden, juga dalam tahap kedua, walaupun kandidat Partai Sosialis itu masih didukung golongan kiri. "Kalau kalah lagi kali ini, saya akan betul-betul mundur dari dunia politik," kata Mitterrand sebelum 10 Mei. Ternyata hasil pemilihan hari Minggu itu menguntungkannya. Mungkin karena rakyat Prancis sudah jemu melihat Presiden Giscard d'Estaing. Agen Kereta Api Mitterrand yang segera akan menghuni Istana Elysees adalah putra seorang bekas agen perusahaan kereta api Paris. Joseph Mitterrand, ayahnya, ingin Francois jadi wartawan atau pengacara saja. Profesi itu pernah ditempuhnya. Dari perkawinannya dengan Danielle, ia memperoleh dua anak lelaki: Jean-Christophe dan Gilbert. Selama ini keluarga itu, sesuai dengan sifat Mitterrand, mengambil jarak. Masih menjadi pertanyaan apakah Mitterrand akan dikenal simpatik setelah berada di Istana Elysees. Sebagai ahli hukum, dia jelas taat pada peraturan. Kaum oposisi bila turun ke jalan mungkin dihadapinya secara konservatif sepertl sikapnya, misalnya, terhadap demonstrasi mahasiswa Prancis dalam Mei 1968. Walau pemerintah waktu itu dianggapnya tidak bertanggungjawab, aksi mahasiswa itu disebutnya liar. "Pergantian kekuasaan tak bisa dilakukan di jalan," katanya, "tapi dalam perdebatan di parlemen."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus