Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Imbas Penerapan Tarif Impor Trump, Cina Balik Kenakan Tarif Impor 34 Persen Barang Impor dari AS

Salah satu langkah utama yang diambil pemerintah Cina adalah penerapan tarif impor 34 persen pada semua barang impor dari Amerika Serikat.

7 April 2025 | 06.35 WIB

Ilustrasi hubungan Cina dan Amerika Serikat. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi hubungan Cina dan Amerika Serikat. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan tarif impor yang baru saja diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump langsung memicu ketegangan dalam hubungan perdagangan global. Salah satu negara yang paling terdampak adalah Cina. \

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Negara ini menghadapi tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS atas barang-barangnya. Atas kebijakan ini, Cina tidak tinggal diam dan memberikan respons keras. Konflik perdagangan ini dapat berpotensi memperburuk hubungan ekonomi antara dua negara terbesar di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Besaran Tarif

Tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat sangat signifikan dan melibatkan hampir semua negara mitra dagangnya. Dikutip dari The Guardian, AS mengenakan tarif 10 persen pada sebagian besar barang impor, termasuk barang-barang dari Cina, Meksiko, dan Kanada.

Namun negara-negara dengan hubungan perdagangan yang lebih lekat dengan AS dikenakan tarif yang lebih tinggi. Salah satunya adalah Cina yang dikenakan tarif 34 persen, sehingga total tarif yang berlaku untuk barang-barang Cina di tahun ini menjadi 54 persen.

Sementara barang-barang yang diimpor dari negara-negara seperti Uni Eropa juga terkena tarif yang lebih tinggi, yakni 20 persen. Kebijakan ini jelas memiliki dampak yang sangat besar bagi perdagangan internasional, dan menjadi salah satu langkah paling drastis dalam kebijakan perdagangan AS di era Trump.

Telah Lama Direncanakan

Kebijakan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak beberapa bulan yang lalu. Pada Februari 2025, Gedung Putih mengumumkan bahwa tarif tambahan tersebut diberlakukan sebagai respons terhadap isu imigrasi ilegal dan penyelundupan narkotika terutama fentanil, yang melibatkan beberapa negara termasuk Cina.

Trump beralasan bahwa dengan mengenakan tarif ini, Amerika Serikat ingin menekan negara-negara terkait agar lebih bertanggung jawab dalam menangani masalah-masalah tersebut, yang dianggap mengancam keamanan nasional AS.

Penerapan tarif dasar 10 persen dimulai pada 6 April 2025, sementara tarif yang lebih tinggi terhadap negara-negara seperti Cina mulai berlaku pada 9 April 2025.

Selain itu, kebijakan ini juga mencakup penghapusan pembebasan tarif untuk paket barang dengan nilai rendah dari Cina, yang sebelumnya dapat masuk ke AS tanpa dikenakan tarif. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi jumlah barang impor dari Cina yang dianggap merugikan perekonomian domestik AS.

Respons Cina

Kebijakan tarif AS ini tidak dibiarkan begitu saja oleh pemerintah Cina. Cina segera mengeluarkan serangkaian langkah pembalasan. Salah satu langkah utama yang diambil adalah penerapan tarif 34 persen pada semua barang impor dari Amerika Serikat.

Dikutip dari CNA Lifestyle, Cina juga memperketat ekspor terhadap beberapa bahan baku langka yang sangat dibutuhkan oleh industri AS, seperti mineral bumi langka yang digunakan dalam teknologi tinggi dan produk elektronik.

Pemerintah Cina menganggap kebijakan tarif ini sebagai tindakan yang tidak adil dan merugikan kedua belah pihak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Guo Jiakun, dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa "pasar telah berbicara". Hal ini menunjukkan bahwa Cina menilainya sebagai langkah yang salah dan merugikan.

Cina mengimbau agar AS membuka dialog dan mencari solusi yang lebih adil dalam penyelesaian masalah perdagangan ini. Beberapa asosiasi perdagangan Cina mengeluarkan pernyataan keras, dengan mengingatkan bahwa tarif ini bisa memperburuk inflasi di AS dan mempengaruhi daya beli konsumen di sana. Mereka juga menekankan bahwa kebijakan ini berpotensi merugikan ekonomi global yang sudah rapuh akibat pandemi.

Konflik ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dunia dan mempersulit penyelesaian masalah perdagangan antara dua negara terbesar di dunia ini. Dalam menghadapi kebijakan tersebut, Cina jelas berusaha melindungi kepentingan ekonominya sembari mencari alternatif pasar lain untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif AS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus