Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gangguan armenia dan dendamnya

Gerakan bawah tanah armenia (asala), melakukan aksi di esenboga dengan nama sandi 'operasi erzurum'. untuk melawan pemerintahan turki. asala dilatih plo di libanon. (ln)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU Sabtu petang, gerilyawan berani mati Armenia, jumlahnya empat orang, menteror bandar udara Esenboga, 30 km di utara Ankara. Waktu itu penumpang sedang penuh di ruang tunggu. Korban yang jatuh tercatat 74 orang -- 34 di antaranya mati. "Peringatan bagi pemerintah fasis Turki yang menduduki tanah kami, " kata juru bicara gerilyawan itu di basis Beirut kemudian. Aksi 7 Agustus di Esenboga memakai nama sandi Operasi Erzurum -- diambil dari nama provinsi di bagian timur Turki. Bagi Armenia nama Erzurum punya arti penting. Di sinilah, waktu Perang Dunia I, tentara Turki membantai 1.500.000 sanak famili mereka. Pemerintahan militer Jenderal Kenan Evren menyebut Sabtu Berdarah di Esenboga sebagai perbuatan biadab. "Hukuman setimpal untuk pelakunya adalah hukuman mati," katanya. Telah ditangkapnya 10 orang yang diduga terlibat dalam pemasangan bom, juga tembak-menembak, di bandar udara itu. Seorang di antaranya Levon Ekmekciyan, 25 tahun, pemegang paspor Prancis, yang terluka waktu polisi melakukan serangan balasan. Bagi Turki, gerakan bawah tanah Armenia, yang menamakan diri Tentara Rahasia Untuk Pembebasan Armenia (ASALA), sudah sejak lama mengganggu. Selama dekade terakhir sudah puluhan diplomat Turki di luar negeri jadi korban pembunuhan ASALA. Armenia, yang terletak di timur dan berbatasan dengan Uni Soviet, sebelum abad ke-16 dikenal sebagai kerajaan. Mereka kemudian ditaklukkan oleh Turki. Waktu Perang Dunia meletus di awal abad ke-20, Armenia mencoba untuk membebaskan diri dari Dinasti Ottoman yang berkuasa. Tapi gagal. Akibatnya: sebagian besar warga Armenia terpaksa melarikan diri ke luar negeri -- mereka inilah yang kemudian menjadi motor ASALA. Warga Armenia di perantauan tersebar di Timur Tengah, Eropa dan Amerika Serikat, diperkirakan antara tiga sampai lima juta jiwa -- sebagian besar beragama Kristen. Yang masih mengimpikan Armenia Merdeka sekitar separuh dari jumlah itu. Tapi mereka tetap optimistis, suatu hari kelak, akan kembali ke Armenia. Gerilyawan mereka jarang sekali tertangkap oleh polisi -- di dalam maupun di luar Turki. Konon ASALA dilatih oleh gerilyawan Pembebasan Palestina (PLO) di Libanon. Harapan gerilyawan Armenia untuk kembali ke tanah asal, dan lepas dari Turki, terasa agak berlebihan. Militer di sana sangat kuat dan menentukan dalam kehidupan politik. Di samping itu Turki juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bisa diduga bahwa tak mungkin AS dan sekutunya akan membiarkan Turki terpecah-belah. Selama pemerintahan Evren, dan ini selalu digembar-gemborkan ASALA, ekonomi Turki merosot. Laju inlasi hampir 509 setahun. Angka pengangguran 16%. Tapi angka yang lebih mencemaskan adalah jumlah tahanan. Sejak militer mengambil alih kekuasaan, September 1980, hampir 30.000 orang ditahan penguasa baru. Di Ankara, ibukota Turki, kemerosotan ekonomi tak begitu tampak. Kebutuhan sehari-hari, bahkan barang-barang mewah, tersedia di toko-toko. Tapi sebaliknya di desa. Tak heran bila gerilyawan ASALA berusaha mempengaruhi rakyat di pedalaman (terutama di Provinsi Erzurum) untuk bangkit menentang pemerintahan militer Evren.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus