Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Intelijen Amerika Serikat Beberkan Bukti Rudal Houthi Selundupan Iran

Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA) membandingkan pecahan rudal yang dipakai Houthi dengan rudal Iran.

12 Juli 2024 | 19.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Komponen yang disita pasukan Amerika Serikat pada 11 Januari 2024 yang digunakan dalam sistem rudal balistik dan jelajah serta sistem pertahanan udara milik Houthi. US Centcom Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA) meluncurkan laporan hasil investigasinya mengenai senjata-senjata yang digunakan milisi Houthi di Yaman. DIA menyimpulkan bahwa senjata itu diselundupkan dari Iran. Misi Tetap Iran untuk PBB membantah tuduhan itu pada Kamis, 11 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan bertajuk Seized At Sea: Iran Weapons Smuggled to the Houthi, DIA menyodorkan perbandingan visual atas senjata dan komponen senjata Iran yang mereka sita dalam perjalanan ke Houthi di Yaman. “Komponen penting dari berbagai rudal yang disita dan, setelah dianalisis lebih lanjut, ditemukan memiliki fitur yang hampir identik dengan sistem rudal Iran,” kata badan intelijen Amerika Serikat itu dalam rilisnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senjata-senjata selundupan itu mereka sita dalam dua operasi. Pada 11 Januari 2024, Angkatan Laut Amerika melakukan penyergapan pada malam hari terhadap sebuah daw, kapal layar tradisional, milik Iran yang berlayar di dekat pantai Somalia. Amerika menyita berbagai komponen untuk membuat rudal balistik dan rudal jelajah di kapal itu.

Pada 28 Januari 2024, sebuah kapal penjaga pantai Amerika mencegat sebuah daw Iran yang beroperasi di Laut Arab. Sekali lagi mereka menyita komponen untuk membuat peluru kendali balistik dan antitank asal Iran.

Pada 11 Desember 2023, Houthi menyerang kapal M/T Strinda berbendera Norwegia dengan rudal penjelajah. Kapal Strinda datang dari Malaysia dan menuju Terusan Suez dan kemudian ke Italia dengan membawa muatan minyak sawit ketika dihantam oleh rudal Houthi. DIA menemukan bahwa mesin turbo rudal itu, yang diambil dari puing-puing setelah serangan, sesuai dengan Toloue-4, mesin turbo untuk Nur, rudal jelajah antikapal Iran.

Material lain yang ditemukan disebut DIA juga memiliki fitur utama yang dapat diidentifikasi sesuai dengan rudal jelajah antikapal Iran, termasuk sirip stabilizer, penguat roket, kabin pemasukan udara, dan kerucut hidung.

“DIA menilai Houthi telah menggunakan senjata yang dipasok Iran untuk melakukan lebih dari 100 serangan darat dan laut di Timur Tengah, Laut Merah, dan Teluk Aden,” kata lembaga intelijen Amerika itu.

Antara tahun 2015 dan 2024, Amerika Serikat dan sekutunya telah mencegat setidaknya 20 kapal penyelundup Iran dan menyita komponen rudal balistik, jelajah, dan rudal permukaan-ke-udara, rudal anti-tank, kendaraan udara tak berawak (drone udara), dan senjata terlarang lainnya yang ditujukan untuk Houthi.

Misi Tetap Iran untuk PBB di New York, Amerika membantah tuduhan bahwa negaranya telah mempersenjatai gerakan Houthi dalam operasi militernya melawan kapal-kapal terkait Israel di laut lepas. “Kami sadar bahwa (Houthi) telah mengembangkan kemampuan militer mereka secara signifikan dengan mengandalkan sumber daya mereka sendiri. Perang berkepanjangan melawan mereka adalah faktor utama di balik perluasan kekuatan militer mereka,” katanya, seperti dikutip kantor berita Iran IRNA.

Sejak Oktober 2023, Houthi telah menyerang lebih dari 150 kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel yang melintasi Laut Merah dan sekitarnya. Hal ini mereka lakukan sebagai repons terhadap serangan Israel ke Gaza.

Houthi telah menyerang kapal itu dengan drone dan rudal canggih bikinan mereka sendiri, tapi peneliti Israel menilai senjata-senjata itu adalah variasi dari senjata Iran. Amerika Serikat menuding Iran telah memasok senjata canggih ke Houthi dan mengecam tindakan itu. Namun, Iran berkali-kali membantah tuduhan bahwa negaranya telah memberikan bantuan finansial dan senjata kepada Houthi.

Dalam laporan sebelumnya, DIA menyatakan bahwa 65 negara telah terkena dampak dari serangan Houthi tersebut. Baru-baru ini perusahaan raksasa peti kemas dunia A. P. Moller-Maersk Group mengakui bahwa Maersk Sentosa, kapal kargonya yang berbendera Amerika Serikat, telah diserang Houthi di Teluk Aden.

Serangan-serangan ini telah mengganggu bisnis Maersk, pelayaran kapal-kapal mereka, dan menaikkan tarif pengiriman kargo. Perusahaan Amerika itu terpaksa membelokkan pelayaran kapal-kapalnya ke sekitar Afrika melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. CEO A. P. Moller-Maersk Group, Vincent Clerc, khawatir bila serangan Houthi terus berlanjut, maka ongkos yang harus ditanggung akan semakin besar.

 

Mengapa Amerika Menyerang Houthi di Yaman? Baca selengkapnya: Militer Amerika Serikat Serang Houthi

 

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus