DERAP langkah 25.000 serdadu Pakta Warsawa, setelah lebih dua
minggu pamer kekuatan di Polandia, tak terdengar lagi. Latihan
perang yang diberi nama sandi Soyuz 81 telah berakhir, 7 April.
Tapi rakyat Polandia masih tetap dicekam kecemasan.
Apa pasal? Uni Soviet ternyata terus berjaga-jaga, sembari
menakut-nakuti, di sekitar sana. Menurut informasi di
Washington, sekitar 100 helikopter pengangkut, 50 sampai 100
pesawat angkut berat, dan 500 sampai 1.000 pilot serta teknisi
Soviet diterbangkan pekan lalu ke Legnice -- markas militer
Soviet di barat-daya Polandia. Semua pesawat diterbangkan malam
hari, diduga agar Pemerintah Polandia tidak mengetahuinya, dan
bukan dalam rangka latihan.
Diperkirakan Uni Soviet cuma ingin melakukan tekanan psikologis
terhadap kepemimpinan Partai Komunis Polandia untuk menindas
gerakan buruh Solidaritas. Bila akan melakukan intervensi, Uni
Soviet mungkin memerlukan sedikitnya 400.000 tentara -- 10 kali
jumlah pasukannya kini di Polandia. "Sejauh ini memang belum
terlihat tanda-tanda Soviet akan melakukan intervensi di
Polandia," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS William J.
Dyess.
Tapi langkah Soviet selalu sukar ditebak. Sebelum intervensinya
di Cekoslowakia, 20 Agustus 1968, tentara Soviet mengadakan
latihan perang di perbatasan negeri itu. Bedanya dengan situasi
di perbatasan Polandia sekarang adalah tentara Soviet yang ikut
perang-perangan berama negara Eropa Timur lainnya tak
ditinggalkan di sana. Tahun 1968 sekitar 25 batalyon tentaranya
sehabis perang-perangan tetap tinggal di Cekoslowakia.
Situasi di Polandia sekarang memang tidak seperti kondisi
Cekoslowakia 1968. Tapi jika akhirnya berlangsung intervensinya
ke Polandia, Uni Soviet harus bertanggungjawab terhadap beban
utang negeri itu kepada blok Barat sebesar US$ 27 milyar. Diduga
Uni Soviet, jika terjadi intervensinya, akan menghadapi
perlawanan rakyat Polandia yang kelihatan bersimpati pada
gerakan buruh Solidaritas ketimbang pada Partai Komunis
Polandia.
Media massa Soviet minggu lalu, mempertajam kecaman terhadap
Solidaritas yang antara lain dituduh melakukan serangan jahat
terhadap Partai Komunis Polandia. Kampanye buruk terhadap
Solidaritas itu diikuti pula oleh Trud, media resmi serikat
buruh Polandia, yang menyebut Solidaritas suatu gerakan "sayap
kanan" dan kontra revolusioner. Solidaritas tak terdengar
membalas.
Perdana Menteri Wojciech Jaruzelski cemas memperhatikan
Solidaritas yang gemar memakai hak mogok. Ia telah meminta
parlemen untuk menunda dulu, selama dua bulan, pengesahan hak
tersebut. Solidaritas memperoleh hak mogok ini setelah
perjanjian di galangan kapal Gdanks diundatanganinya bersama
pemerintah musim panas lalu. Namun hak itu masih harus
dikodifikasikan dalam bentuk hukum yang disahkan parlemen.
Penundaan pengesahan hak mogok bagi Solidaritas itu diminta PM
Jaruzelski sehubungan situasi di Polandia yang makin memburuk.
Gerakan Solidaritas ternyata bergema besar pada golongan
masyarakat lain -- petani maupun mahasiswa. Para petani bahkan
menuntut hak mogok dan mendirikan organisasi bebas seperti yang
diberikan pada Solidaritas.
"Pemerintah memperhitungkan penundaan itu akan mendatangkan
ketenangan umum," kata Jaruzelski. Bila permintaannya tidak
dikabulkan parlemen, katanya, ia akan meletakkan jabatan. Tidak
diketahui kapan parlemen akan membahas masalah hak mogok bagi
Solidaritas ini.
Uni Soviet juga cemas terhadap Solidaritas. Kaum pekerja di
Georgia satu daerah bagian Soviet -- dikabarkan mulai menunjuk
gejala mencontoh gerakan Solidaritas. Moskow juga berusaha agar
gerakan serupa tidak menjalar ke negara Eropa Timur lainnya.
Kehadiran Brezhnev di Kongres Partai Komunis Cekoslowakia di
Praha pekan lalu juga suatu usaha mencegah perembesan gerakan
Solidaritas.
Pidato Brezhnev dalam kongres di Praha itu banyak menyinggung
perkembangan Polandia. Tapi ia sama sekali tidak menyebut nama
Stanislaw Kania, pemimpin Partai Komunis Polandia. Juga pidato
ketua delegasi Polandia Stefan Olszowski di situ tidak mengutip
nama Kania. Hal ini tidak lazim dalam organ partai komunis.
Mengontrol Keadaan
Diduga peran Kania, baru sekitar lima bulan menduduki jabatan
tertinggi itu, akan segera berakhir. Moskow menilai Kania gagal
mengatasi soal Solidaritas. Mungkin Jaruzelski akan diganti
pula. Disebut-sebut nama Olszowski dan Tadeusz Grabski, keduanya
adalah anggota politbiro Partai Komunis Polandia yang dikenal
pro-Soviet, sebagai calon pengganti sang ketua dan PM. Olszowski
hadir di Praha.
Solidaritas dikabarkan sudah siap pula mengambil alih
kepemimpinan di Polandia. Jika Jaruzelski gagal, dan "sekutu
kami tidak campur tangan, maka Solidaritas akan mengambil alih
tanggungjawab pemerintahan," kata Lech Walesa, pemimpin
Solidaritas. Keterangannya dikutip wartawan Italia terkenal
Oriana Fallaci dan dimuat Sunday Times (22 Maret), koran London.
"Yang kami inginkan adalah mengontrol keadaan. Bukan menjalankan
politik," lanjut Walesa. Tujuan Solidaritas ialah memperbaiki
kehidupan kaum pekerja, petani dan golongan miskin. Polandia
yang berpenduduk 35 juta termasuk negara Eropa Timur yang
keadaan ekonominya agak payah.
Akankah Uni Soviet membiarkan Polandia menempuh garis lain?
Jawabannya masih sulit diduga. Tapi, "Polandia tidak akan
kembali lagi kepada keadaan sebelum Agustus 1980," kata Walesa.
Agustus adalah awal kebangkitan Solidaritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini