SIKAP ekstrim itu ada di semua agama, tak hanya Islam. Sebabnya
bisa macam-macam, misalnya karena pengetahuan agama yang
terbatas. Pengertian yang setengah-setengah dan interpretasi
yang salah tentang agama bisa juga memunculkan sikap ekstrim.
Unsur di luar agama seperti keadaan sosial, politik dan ekonomi
-- bahkan frustrasi perorangan -- tak terkecuali bisa membuat
seorang pemeluk agama menjadi ekstrim.
Para pembajak DC-9 Garuda, sejauh keterangan yang saya baca di
koran, merupakan orang-orang yang ekstrim karena frustrasi. Ada
yang dipecat dari pekerjaan, ada yang karena bertikai dengan
keluarganya. Adapun Warman, ia konon eks DI yang menyalahgunakan
pembinaan atas dirinya.
Tidak bisa tidak, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama
Islam, setiap ada kejadian buruk atau baik, Islam selalu terbawa
serta. Tapi seharusnya umat Islam tak usah merasa dituduh atau
dipojokkan bila ada kelompok ekstrim yang menyatakan membawa
bendera Islam dan melakukan perbuatan teror. Kejadian seperti
itu bukan alat memancing di air keruh untuk menggebrak Islam.
Buktinya hanya para pelaku dan pengikut yang ekstrim itulah yang
diamankan pemerintah. Tak pernah ada kecurigaan terhadap Islam.
Dan setiap kejadian pun tak pula selalu dikaitkan dengan Islam.
Tindakan preventif untuk mencegah timbulnya kelompok ekstrim
antar lain bisa ditempuh lewat dakwah. Dakwah di masjid atau
mushola semestinya hanya memberikan tentang agama saja dan
jangan tentang politik praktis. Buat berpolitik ada tempatnya
sendiri.
Tentang Komando Jihad, saya bisa mengerti apa yang hidup di
kalangan umat Islam. Dl dulu jelas, kepalanya Kartosuwirjo.
Sekarang Komji siapa? Pokoknya apa Komji itu belum jelas buat
saya. Karena itu suara di DPR yang menghendaki agar masalah
Komando Jihad diungkapkan dan diselesaikan secara tuntas adalah
suatu hal yang wajar. Dengan mengetahui tentang Komji, kita
nanti bisa ikut memberantas.
Perbuatan teror jelas tak sesuai dengan ajaran agama mana pun.
Orang Islam yang berbuat begitu biar ia nanti
mempertanggungjawabkannya pada Allah. Tapi Islam sendiri
bertanggungjawab untuk membersihkan elemenelemen yang masih ada.
Tentang aspirasi mendirikan negara Islam? Jangan dipertanyakan
itu! Kita kan sudah sepakat dan bertekad untuk mempertahankan
negara Pancasila, yang bisa menampung segala aspirasi.
Mengungkit soal itu sama saja dengan mengusik macan tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini