PERJUANGAN PLO untuk mendapatkan pengakuan dunia tidak hanya terjadi di Jalur Gzaa dan Tepi Barat dengan intifadah, atau di arena PBB dengan diplomasi. Di bumi Amerika pun, suatu "pertempuran" diam-diam untuk merebut simpati masyarakat juga sedang berlangsung. Ujung tombak pertempuran itu tak lain yang disebut lobi Yahudi dan lobi Arab. Dugaan santer mengatakan bahwa keputusan Menlu George Schult tak memberikan visa kepada Arafat sangat didukung oleh sebagian besar masyarakat Yahudi di negara superkuat itu. Di AS memang banyak bertebaran organisasi Yahudi dengan beraneka ragam kepentingan, mulai dari politik, sosial, sampai ke keagamaan. Di antara mereka itu, yang besar dan berpengaruh bisa disebut misalnya The American Jewish Committee, yang mengaku punya 50.000 anggota. Ada lagi The Anti-Defamation League of B'nai Birth, yang konon memiliki setengah juta pengikut tersebar di seluruh dunia. Ada lagi gabungan 34 organisasi yang menamakan dirinya American Israel Public Affairs Committee, atau AIPAC. Kelompok dengan 55.000 anggota yang berdiri pada 1954 ini sukses besar dalam melobi Kongres demi terus terjaminnya bantuan ekonomi dan militer ke Israel. Di samping itu, konon AIPAC pun sukses mengadakan beberapa proyek kerja sama militer Amerika-Israel. Malahan ada yang mengatakan, AIPAC menentukan sangat berpengaruh dalam kebijaksanaan bantuan ekonomi dan militer AS secara umum. AIPAC menempuh garis keras, sedangkan organisasi yang lain lebih lunak. Ketiga organisasi itu, misalnya, tak begitu menyetujui pelarangan kedatangan Arafat. Dalam hal keuangan, organisasi-organisasi itu bukan main kuatnya. American Jewish Congress yang berdiri pada 1918 itu aktif dengan biaya operasi sekitar US$ 0,8 juta setiap tahun, sedangkan B'nai Birth menghabiskan tak kurang dari US$ 6,6 juta per tahun. Jumlah penduduk Yahudi Amerika sebenarnya tak banyak -- hanya sekitar 6 juta atau 2,4% dari jumlah penduduk yang 250 juta. Mereka sebagian besar, sekitar 2 juta, bertempat tinggal di Negara Bagian New York. Tapi organisasi mereka berjumlah ribuan, aktif dalam berbagai bidang: kebudayaan, agama dan pendidikan, keprofesionalan, kepemudaan, dan politik. Gerakan lobi Yahudi memang konon sangat efektif. Contohnya, mereka bisa menekan John Sununu, Kepala Staf Gedung Putih yang sebelumnya menjadi wakil ketua kampanye George Bush, mengubah sikapnya. Sununu, seperti diketahui, tak turut bersuara dalam resolusi PBB yang mengecam Zionisme sebagai ideologi rasial. Tekanan lobi Yahudi membuat Sununu akhirnya terpaksa mengatakan ia berdiri di pihak Yahudi. Ini tak berarti seluruh kaum Yahudi Amerika mendukung Israel tanpa reserve. Ada sebagian, terutama kalangan intelektual dan aktivis kampus, yang berpendapat bahwa hidup Israel bukanlah karena dukungan Yahudi Amerika. Golongan terakhir ini menginginkan agar hubungan istimewa Israel-Amerika diputuskan. Mereka menuntut agar bantuan ekonomi dan militer AS kepada Israel (US$ 4 milyar per tahun) dikurangi atau disetop. Sebenarnya, celah ini dapat dimanfaatkan oleh lobi Arab. Di pihak berlawanan berdiri lobi Arab. Yang paling dikenal di Washington adalah National Association of Arab-Americans, atau yang dikenal dengan singkatannya, "N Tripple A". Keanggotaannya mencakup orang-orang yang punya hubungan emosional dengan negeri asal nenek moyang mereka. NAAA -- yang dibentuk mengikuti keberhasilan AIPAC di Capitol Hill, tempat Kongres bersidang -- memang tak seampuh lobi Yahudi: hanya punya anggota dan bujet seperempat AIPAC. Para pemimpin NAAA sering bercanda, dalam menjalankan aktivitasnya mereka memilih cara "main pintu belakang" -- mereka melakukan lobi secara diam-diam. Untunglah, cara bergerak yang low profile itu efeknya cukup baik. Misalnya saja mereka berhasil melobi soal bantuan militer kepada negara-negara Arab moderat. Mereka pun berhasil menarik simpati sejumlah diplomat yang pernah bertugas di Timur Tengah. Lobi Arab yang lagi naik daun adalah American Arab Anti-Discrimination Committee, yang didirikan oleh bekas Senator James Abourezk, seorang pemimpin Arab terkemuka. Sekarang pimpinan dipegang oleh James Zogby, seorang muda yang aktif. Foundation for Middle East Peace yang diketuai oleh Merle Thorpe Jr., seorang pengacara terkemuka, bisa juga disebut lobi Arab. Selain itu, ada Center for US-European Middle East Cooperation, yang dipimpin oleh John Richardson, juga seorang pengacara. Organisasi ini banyak bergerak sebagai pelobi untuk kepentingan negara Arab dan orang Arab di Amerika. Salah satu hal yang membuat Lobi Arab kurang berhasil adalah jumlah keturunan Arab di Amerika yang relatif kecil -- kurang dari dua juta orang. Di samping itu, mereka terpencar-pencar di seluruh Amerika, sehingga kekuatannya kurang terlihat. Sementara itu, dalam masyarakat Arab sendiri ada semacam sikap mendua terhadap negara Arab. Kehidupan mereka -- terutama generasi mudanya -- sangat dipengaruhi oleh demokrasi model Amerika. Mereka sering tak setuju dengan beberapa rezim Arab yang cenderung otokratis, feodalistis, dan bahkan fasistis. Inilah, menurut Prof. Fouad Moughrabi, ahli Arab dari Universitas Tennessee, yang menyebabkan erosi dukungan umat Yahudi terhadap Israel belum tentu menguntungkan Arab. A. Dahana (Jakarta), Yusril Djalinus & P. Nasution (AS)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini