DAN sekarang bangsa Palestina pun bertanah air. Sekitar 5,5 juta orang Palestina yang tersebar di seluruh dunia kini bisa berkata bahwa mereka adalah warga sebuah negeri yang pertengahan bulan lalu diproklamasikan sebagai negara Palestina. Wilayahnya, itulah Jalur Gaza dan Tepi Barat Sungai Yordan -- dua daerah yang kini masih diduduki Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967. Jalur Gaza dan Tepi Barat adalah bagian dari tanah yang selalu dipersengketakan: Tanah Palestina, yang dulu disebut Kanaan, disebut juga tanah para nabi. Di sinilah, sekitar tahun 2000 sebelum Masehi, Nabi Ibrahim menjejakkan kaki. Sejarah memang panjang dan berliku. Berabad-abad lalu orang Yahudi dan Arab Muslim biasa hidup berdampingan dan tenang di tanah Palestina sebagaimana para nabi dahulu bermukim di situ. Mereka puas menjadi warga bagian provinsi dari pusat kekuasaan Timur Tengah yang berpindah-pindah. Hingga pecah Perang Dunia I di awal abad ini, Palestina (dan negara Arab lain) masuk wilayah Kekhalifahan Usmani dari Turki. Benih sengketa terbetik pada 1896. Orang Yahudi Eropa menyelenggarakan kongres zionis sedunia. Dalam kongres, mereka bersepakat mendirikan negara Yahudi di Tanah Palestina. Ketika mengadakan konperensi di Paris, 1919, Organisasi Zionis Dunia (WZO) merumuskan lebih rinci wilayah itu. Tanah yang diinginkan kaum zionis waktu itu adatah, "Seluruh Palestina, Libanon Selatan termasuk kota Tyre dan Sidon sumber air Sungai Yordan di Gunung Hermon dan bagian selatan Sungai Litani, dataran tinggi Golan di Syria termasuk kota Quneitra, Sungai Yarmuk, mata air panas Al Himmeh, seluruh lembah Yordan, Laut Mati, dan dataran tinggi di sebelah timur sampai berhadapan dengan Amman. Sedang di bagian selatan menurut jalur Hejaz ke Teluk Aqaba, di Mesir dari Al-Arish di pantai Laut Tengah lurus ke selatan menuju Sharm el-Sheikh di Teluk Aqaba." Meskipun Inggris (yang mati-matian mendukung keinginan kaum zionis) berhasil mempengaruhi Liga Bangsa-Bangsa (LBB), tuntutan wilayah itu tak serta merta dipenuhi. Tahun 1920, LBB hanya memberi Inggris mandat pada Tanah Palestina seluas persis yang kini disebut wilayah Israel -- tak termasuk Kota Tyre dan Sidon di Libanon Quneitra di Syria, Al-Arish dan Sharm el-Sheikh di Mesir, dan sebatas Sungai Yordan di timur. Sejak itu kaum Yahudi Eropa dan Yahudi Afrika berdatangan ke Palestina. Lebih-lebih setelah Perang Dunia II. Untuk membantu memudahkan berlangsungnya negara Yahudi di situ (yang kemudian disebut Israel), negara-negara Barat menggunakan tangan PBB, yang pada tahun 1947 menyusun rancang pemilahan wilayah Palestina bagi orang Yahudi dan Arab Muslim. Seluruh daerah yang mayoritas dihuni orang Palestina dinyatakan sebagai daerah Arab. Daerah Arab itu mencakup seluruh distrik Yerusalem hingga kota Beersheba, di utara dari Nazareth hingga perbatasan Libanon, di Selatan dari Kota Gaza hingga separuh perbatasan Sinai, dan daerah kantung Jaffa yang berada di pinggiran Tel Aviv. Selebihnya adalah wilayah Yahudi. Kecuali Kota Yerusalem -- kota suci bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi -- yang dinyatakan sebaga zone internasional. Wilayah Arab rancangan PBB ini sudah lebih sempit dari rencana Inggris sepuluh tahun sebelumnya, 1937. Ketika itu orang Palestina diancarkan Inggris menempati distrik (tidak termasuk kota suci) Yerusalem tanpa perbatasan dengan Libanon, serta pada seluruh padang stepa dan gurun yang berbatasan dengan Mesir dan Arab Saudi. Namun, perang 1948 mengubah peta bumi tersebut. Orang Palestina terusir dari kampungnya sendiri, wilayah mereka makin menyempit. Israel menyerobot hingga belahan barat kota Yerusalem, sebagian Gaza, dan kantung Jaffa. Wilayah yang kini menjadi negara Palestina dikuasai oleh Yordania (Tepi Barat) dan Mesir jalur Gaza). Di situlah sebagian orang Palestina yang dulunya berada di Tanah Palestina -- selain yang hengkang keluar dari Tanah Palestina -- bermukim. Nasib terus bergulir, dan pada 1967 orang Palestina makin teraniaya. Pesawat-pesawat tempur Israel meluluhlantakkan pangkalan udara dan puluhan pesawat Mesir, Syria, dan Yordania dalam serangan mendadak. Perang di Sinai, dikenal sebagai Perang Enam Hari, pertempuran tank terbesar yang pernah ada, menyebabkan Gurun Sinai hingga terusan Suez, Jalur Gaza, seluruh wllayah Tepi Barat, juga dataran tinggi Golan milik Syria diduduki Israel. Praktis orang Palestina tak bertanah sama sekali. Dan kemudian, Golan, di seberang Danau Tiberias, bisa dikuasai Syria lagi lewat perjuangan senjata yang panjang. Mesir pun mengorbankan hubungannya dengan sesama Arab, demi kembalinya Gurun Sinai. Untuk itulah Anwar Sadat menandatangani perjanjian damai "Camp David" dengan Israel pada 1978. Tetapi Israel tak mengembalikan Jalur Gaza kepada Mesir, juga tidak Yerusalem Timur dan Tepi Barat kepada Yordania. Kini, Palestina menuntut haknya. Mereka realistis tak meminta seluruh tanah itu. Mereka cuma menetapkan wilayah negara Palestina sebatas mencakup Tepi Barat (termasuk Kota Yerusalem) dan Jalur Gaza. Dua petak kecil berjauhan dan tanpa jalan penghubung. Wilayah yang sebelum Perang Enam Hari dikendalikan oleh Yordania dan Mesir. Wilayah itu, sejak jatuh ke tangan Israel, memang tak cuma dihuni orang Palestina. Sampai tahun lalu, sekitar 50.000 Yahudi bermukim di Tepi Barat, hidup di antara 800.000 Palestina. Di Jalur Gaza bermukim tak kurang dari 600.000 Palestina. Ditambah dengan 600.000 orang Palestina yang hidup di wilayah Israel, jumlah mereka seluruhnya tak kurang dari 2 juta. Sementara itu, orang Israel sendiri hanya 3,5 juta. Tak heran bila wilayah pendudukan disebut oleh Israel sebagai "pasar bagi barang-barang Israel". Tepi Barat, yang di zaman dulu disebut Samaria dan Yudea, adalah wilayah seluas sekitar 5.600 km2 berbukit-bukit dan tak subur. Untung, di sini terdapat sumber air, Sungai Yordan dan lembahnya, juga danau yang disebut Laut Mati. Sebagian besar orang Palestina di sini mencari nafkah di wilayah Israel. Tak kurang dari 90.000 Palestina tiap hari kerja masuk Israel untuk bekerja. Jalur Gaza adalah tanah pantai sepanjang 40 km, dengan lebar 5 hingga 12 km. Tidak ada yang luar biasa di jalur sekitar separuh wilayah Jakarta itu. Selain Kota Gaza, di situ pula Kota Khan Yunis dan Rafah. Pada masa lalu, inilah tempat singgah setiap penyerbu dari selatan yang hendak menjarah Palestina. Di sini boleh dikata tak ada Yahudi. Maka, wilayah ini oleh Israel dinayatakan sebagai wilayah "berbahaya". Ada petunjuk bagi orang Yahudi yang bepergian ke sini. "Jangan pergi di malam hari, Jangan pergi sendirian. Dan tutuplah selalu jendela mobil bila melewati sekumpulan banyak orang. Waspadalah selalu, tengok kanan-kiri, jangan coba-coba berulah. Bila Anda memasuki kota, sabuk pengaman jangan dikenakan, agar setiap saat bisa melarikan diri," demikian pengumuman di koran Israel Yediot Ahronot tahun lalu. Orang Israel boleh berkata: "Tepi Barat dan Jalur Gaza tak punya apa-apa. Bagaimana mereka bisa menjadikan wilayah itu sebuah negara?" Benar. Tapi sebagaimana Israel sendiri yang disokong oleh imigran Israel di seantero dunia, terutama di Amerika, orang Palestina pun bisa mendatangkan sokongan itu ke negara Palestina. Dan yang pasti, Israel akan kehilangan perbukitan buat uji coba senjata, juga mereka akan lebih sibuk melindungi dataran rendah Tel Aviv-Haifa, tempat bermukimnya 60% penduduk dan berdirinya 80% industri Israel. Zaim Uchrowi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini