Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel dua kali menyerang fasilitas senjata kimia di Suriah selama dua tahun terakhir untuk mencegah pembaruan produksi senjata kimia, demikian dilaporkan Washington Post, Senin, 14 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keakuratan laporan soal senjata kimia ini mengutip pejabat intelijen AS dan Barat saat ini dan tidak disebutkan namanya. Namun hal ini dibenarkan oleh sumber Reuters yang akrab dengan operasi tersebut tapi menolak disebutkan nama atau kebangsaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Militer Israel menolak berkomentar.
Tidak ada komentar langsung dari para pejabat di Suriah. Sebelumnya, Pemerintah Suriah membantah menggunakan senjata kimia. Pada 2013 ia berjanji untuk menyerahkan senjata kimianya, yang dikatakan telah dilakukan.
Israel telah mengakui melakukan sejumlah serangan udara di Suriah yang dikatakan menargetkan pengembangan senjata Iran.
Namun pada 8 Juni 2021, surat kabar itu melaporkan, jet Israel menghantam tiga sasaran militer di dekat kota Damaskus dan Homs, semuanya terkait dengan program senjata kimia Suriah.
Pada Maret 2020, Israel menyerang sebuah vila dan kompleks terkait dengan pengadaan bahan kimia yang dapat digunakan untuk agen saraf, katanya.
Penyelidikan berulang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia menyimpulkan bahwa pasukan pemerintah Suriah menggunakan bom gas sarin dan klorin dalam serangan antara 2015 dan 2018 yang menurut para penyelidik membunuh atau melukai ribuan orang.
Pejabat Israel telah menyuarakan keprihatinan tentang kemungkinan senjata kimia Suriah jatuh ke tangan kelompok militan.