Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah memo bertarikh setahun silam tiba-tiba muncul dan mengejutkan publik Amerika Serikat (AS). Dalam memo tersebut seorang Jenderal Angkatan Udara AS mengatakan mempunyai firasat bahwa Negeri Pam Sam akan berperang dengan China pada 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Komando Mobilitas Udara, Jenderal Mike Minihan menulis memo kepada pimpinan dari sekitar 110 ribu anggotanya. "Saya harap saya salah. Namun, naluri saya mengatakan kita akan bertarung (dengan China) pada 2025," tulis Minihan seperti dilansir Reuters Sabtu.
Surat itu bertanggal 1 Februari 2022, tetapi baru beredar pada Jumat. Pandangan Minihan memang tidak mewakili Departemen Pertahanan AS (Pentagon), tetapi menunjukkan kepedulian di tingkat tertinggi militer AS terkait kemungkinan upaya China untuk melakukan kontrol atas Taiwan.
Dalam suratnya, Minihan mengatakan, Amerika Serikat dan Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden pada 2024. Hal ini berpotensi menciptakan peluang bagi China untuk mengambil tindakan militer.
Pernyataan Minihan ini mendapatkan pertentangan dari Pentagon."Komentar-komentar ini tidak mewakili pandangan departemen (pertahanan) tentang China," kata seorang pejabat pertahanan.
Menanggapi surat Minihan, Brigadir Jenderal Angkatan Udara Patrick Ryder mengatakan, persaingan militer dengan China merupakan tantangan utama.“Fokus kami tetap bekerja bersama sekutu dan mitra untuk menjaga Indo-Pasifik yang damai, bebas, dan terbuka,” kata Ryder.
Jenderal Angkatan Udara AS Mike Minihan. Foto: Air Force
China telah meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonominya dalam beberapa tahun terakhir Taiwan untuk menerima pemerintahan Beijing. Pemerintah Taiwan mengatakan, mereka menginginkan perdamaian tetapi akan mempertahankan diri jika China menyerang.
Sekitar awal Januari, Menteri Pertahanan Lloyd Austin ragu bahwa peningkatan aktivitas militer China di dekat Selat Taiwan merupakan tanda invasi oleh Beijing.
REUTERS