Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Kebijakan Ekonomi Trump Bakal Lebih Protektif jika Menang, Ekonom Indef Beberkan Dampaknya ke Indonesia

Jika memenangkan pemilu AS, Donald Trump diprediksi akan mengambil kebijakan ekonomi yang makin protektif dan berbeda dengan presiden sebelumnya.

29 Juli 2024 | 17.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan umum Amerika Serikat akan berlangsung kurang dari empat bulan lagi. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus memprediksi kebijakan ekonomi AS akan lebih ketat jika Donald Trump menang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penantangnya, yakni Kamala Harris diprediksi masih akan melanjutkan kebijakan presiden saat ini, Joe Biden. Arsitektur kebijakan diperkirakan akan berubah jika Trump yang terpilih. Salah satu yang paling mungkin diubah adalah forum yang diluncurkan Biden, yakni The Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“IPEF saat ini jadi blok kerja sama rantai pasok terbesar dunia dan berpotensi ada perubahan, bahkan tidak jadi, karena Trump akan menimbang lagi,” kata Heri dalam diskusi daring Indef, Senin, 29 Juli 2024.

Calon presiden dari Partai Republikan itu akan mereview kembali menguntungkan atau tidaknya posisi AS meski forum telah berjalan. IPEF merupakan keja sama 13 negara alumni The Trans-Pacific Partnership (TPP), ditambah indonesia sebagai anggota baru.

Ke depan, diproyeksi makin banyak hambatan perdagangan diluncurkan. Saat ini saja, menurut Heri, AS sudah memodifikasi Technical Barriers to Trade (TBT) Agreement, atau seleksi produk yang masuk ke negara tertentu. “Akan makin banyak produk diseleksi, ini juga akan jadi tantangan negara berkembang untuk ekspor ke Amerika,” ujarnya.

Selain itu, neraca perdagangan AS masih terus mengalami defisit, terutama dengan negara mitra seperti Cina. Berdasarkan analisisnya, pada jangka pendek memang dampak akan terlibat secara langsung bagi perlambatan ekspor. Tapi akan ada impak negatif ikutannya pula pada negara yang memiliki hubungan ekonomi langsung dengan Cina, seperti Indonesia.

Perdagangan RI dengan Cina porsinya mencapai 23 persen. “Artinya kalau ada perlambatan ekspor Cina ke Amerika, tentu akan mengurangi permintaan impor Cina dari Indonesia,” kata dia.

Meski demikian, ada dampak positif jika pemerintah Indonesia merespons dengan kebijakan memperlebar kerja sama. Ia mencontohkan Vietnambisa diuntungkan akibat kebijakan pembatasan perdagangan AS-Cina. Vietnam menjadi salah satu pemasok komoditas ke AS, sehingga meningkatkan ekspor dari negara tersebut.

Indonesia perlu mengambil peluang untuk memperdalam kerja sama, meningkatkan investasi. “Ini harus bisa jd kesempatan meningkatkan peran indonesia di rantai pasok global ataupun regional. Ketika bolok ekonomi yang kuat ini mengalami guncangan, masih banyak peluang kerja sama perdagangan yang bisa mendorong ekspor indonesia,” ujar Heri.

Mengutip Reuters, program ekonomi Trump pada dasarnya bersifat inflasioner. Ketua AS di Forum Moneter dan Lembaga Keuangan Resmi AS Mark Sobel, mengatakan Trump akan mengambil kebijakan yang berbeda. “Tarif yang jauh lebih tinggi, kebijakan fiskal yang ekspansif, dan deportasi massal imigran. Semua faktor ini akan bergabung bersama untuk meningkatkan inflasi dan suku bunga lebih tinggi dari yang seharusnya,” ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus