Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Data korban virus corona di Wuhan berubah drastis setelah banyak data baru masuk.
Aktivis perempuan Arab Saudi dipenjara bersama putrinya karena kerap menyuarakan agar Saudi menjadi monarki konstitusional.
Joe Biden resmi maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrat setelah Bernie Sanders dan Elizabeth Warren mundur.
Amerika Serikat
Joe Biden Siapkan Tim Transisi Gedung Putih
REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MANTAN wakil presiden Joe Biden menyatakan sudah mulai menyusun tim transisi Gedung Putih sebagai bagian dari rencananya maju sebagai calon presiden dalam pemilihan umum November mendatang. Hal ini disampaikan Biden dalam acara penggalangan dana secara virtual pada Kamis, 16 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yakinlah itu sudah dimulai,” kata Biden seperti dikutip CNN. “Terdengar sombong.... Saya tidak ingin terdengar seperti itu, tapi memang ini harus dilakukan dan itu sebabnya tim transisi sudah dikumpulkan.”
Biden secara resmi menjadi calon presiden dari Partai Demokrat setelah Elizabeth Warren dan Bernie Sanders, dua pesaing beratnya dalam konvensi partai, mendukung pencalonannya beberapa hari sebelumnya.
Cina
Data Korban Corona Berubah Drastis
JUMLAH korban meninggal di Kota Wuhan, tempat asal virus corona penyebab Covid-19, meningkat 50 persen setelah 1.290 kasus ditambahkan. Pejabat Wuhan mengubah data dengan menambahkan laporan terbaru dan kasus kematian di luar rumah sakit. Perubahan data ini membuat angka kematian di Provinsi Hubei menjadi 3.869 dan menambah jumlah total secara nasional menjadi lebih dari 4.600.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat, 17 April lalu, pejabat di Wuhan mengatakan revisi tersebut didasari data baru yang diterima dari berbagai sumber, termasuk catatan di rumah duka dan penjara. Kematian terkait dengan corona di luar rumah sakit, seperti meninggalnya orang di rumah, tak tercatat sebelumnya.
Cina membantah kabar bahwa mereka telah menutup-nutupi data wabah seperti yang dituduhkan beberapa pemimpin dunia, terutama Presiden Amerika Serikat Donald Trump. “Kami tidak akan pernah membiarkan penyembunyian informasi,” ucap Mi Feng, juru bicara Komisi Kesehatan Nasional Cina, seperti dikutip BBC.
Myanmar
Bentrokan Militer dan Tentara Arakan
Tentara Myanmar di perbatasan Gokr Ki, Rakhine, Myanmar, Januari 2019./REUTERS/Stringer/File Photo
JURU bicara Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rupert Colville, menyatakan pertempuran antara tentara Myanmar dan kelompok pemberontak Tentara Arakan telah menewaskan 32 orang di Negara Bagian Rakhine dan Chin. Kebanyakan korban adalah perempuan dan anak-anak.
“Militer Myanmar melancarkan serangan udara hampir setiap hari dan melakukan penembakan di daerah-daerah berpenduduk yang mengakibatkan setidaknya 32 orang tewas dan 71 lainnya cedera sejak 23 Maret lalu. Mereka juga telah menghancurkan dan membakar sekolah serta rumah,” tutur Colville di Jenewa, Swiss, Jumat, 17 April lalu, seperti dikutip Reuters.
Tentara Arakan, yang menuntut otonomi lebih besar di Rakhine, telah berperang melawan tentara pemerintah selama setahun lebih. Militer Myanmar belum memberikan pernyataan apa pun mengenai serangan terbaru ini.
Arab Saudi
Perempuan Aktivis Dipenjara
PUTRI Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud, perempuan pembela hak-hak asasi manusia terkenal di Arab Saudi, mengklaim sedang ditahan tanpa pengadilan di Riyadh bersama putrinya, Kamis, 16 April lalu. Dia mengaku tak mendapat penjelasan mengapa dibui di penjara Al-Ha’ir.
Putri Raja Saud, pendiri Kerajaan Saudi, itu menuntut kebebasan melalui cuitan di Twitter. Perempuan 52 tahun itu mengaku kesehatannya memburuk. Basmah adalah pejuang hak-hak asasi perempuan dan menyerukan pengubahan Saudi menjadi negara monarki konstitusional. Basmah ditangkap ketika mencoba meninggalkan Saudi menuju Swiss pada Maret tahun lalu untuk berobat. Jet pribadinya tidak diizinkan terbang. Sejak itu, para kerabat sulit menghubunginya.
Rothna Begum, peneliti senior hak-hak perempuan di Human Rights Watch, menilai penahanan ini mirip dengan cara putra mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman, membungkam musuh-musuhnya. Di bawah kekuasaan Pangeran Salman, “Ruang untuk perbedaan pendapat telah menyusut drastis,” ujarnya seperti dikutip The Guardian. “Ini khususnya terjadi pada perempuan, yang banyak dibungkam, dipenjara, atau diasingkan.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo