BARU tiga bulan ia duduk sebagai menteri pertahanan India, sepucuk surat "mohon pamit" dilayangkannya ke kantor Perdana Menteri Rajiv Gandhi. Ini berarti, Minggu 12 April lalu, V.P. Singh resmi berhenti. Isi surat Singh mengesankan, ia tak sampai hati membongkar jaringan korupsi pembelian tiga kapal selam dari Jerman Barat. Korupsi di kementerian pertahanan, kata Singh pada wartawan, sudah berlangsung sejak Perdana Menteri Indira Gandhi berkuasa. Bukan baru kali ini Singh menghadapi masalah korupsi. Bahwa ia dimutasikan dari pos menteri keuangan ke menteri pertahanan tak dapat tidak erat kaitannya dengan manipulasi pengusaha kelas kakap yang agaknya bersangkut paut pula dengan korupsi kelas atas. Kendati manipulasi itu terjadi bagaikan dalam cerita fiksi yang rumit -- melibatkan wartawan terpandang, kode-kode rahasia, jaringan detektif yang beroperasi secara internasional, sejumlah tukang pukul dan tidak ketinggalan beberapa kacung dari kantor PM -- akhirnya toh "meledak" di berbagai media massa baik dalam maupun luar negeri. Letupan itu berpangkal dari kolom dalam harian Indian Express yang ditulis S. Gurumurthy sejak Maret 1986. Di situ ia menganjurkan kampanye pembongkaran praktek gelap pat-gulipat yang dilakukan oleh banyak perusahaan kakap. Praktek itu misalnya berupa kerja sama bisnis antara pengusaha pribumi India dan pihak asing yang didasarkan pada kepercayaan. Soalnya, proyek patungan semacam ini tak mungkin terlaksana karena UU melarang warganya menyimpan uang di luar negeri. Akibatnya, para pengusaha bertindak diam-diam di belakang layar. Semua ini akhirnya berbuntut pada penggelapan pajak. Gurumurthy dengan kolomnya itu tidak menunjuk hidung tokoh tertentu, tapi banyak pengusaha merasa terusik. Dhirubai Ambani misalnya, dari Reliance Inc. Mungkin juga grup Tata yang terkenal itu, jaringan industri tekstil yang menggunakan bahan baku luar negeri, dan sejumlah lainnya lagi. Gurumurthy tidak sendirian. Dalam perjuangan menegakkan hukum ini ia disokong Bhure Lal, kepala tim penertiban dan penyelewengan pajak kementerian keuangan. Dikenal sebagai pejabat yang tangguh dan bersih, Lal kemudian menjalin kerja sama dengan Gurumurthy. Mereka bagaikan dua jagoan pembela kebenaran yang melancarkan perang suci sampai-sampai ke negeri orang. Dikatakan demikian karena dalam upaya membongkar praktek-praktek penggelapan, mereka diisukan bekerja sama dengan grup detektif swasta terkemuka, Fairfax Group dari Amerika. V.P. Singh, yang waktu itu menjabat sebagai menteri keuangan, merestui kerja sama itu, tapi dengan catatan terbatas pada "membeli informasi dari Fairfax", tidak lebih. Adalah R.N. Goenka pemilik jaringan Indian Express yang mengatur kontak dengan Fairfax. Dalam rangka itu Gurumurthy dan Bhure Lal berangkat ke AS, Oktober '86. Mereka membawa daftar nama pengusaha yang dicurigai mempunyai kekayaan di luar negeri. Selain nama Dhirubai Ambani, terdapat nama bintang film terkenal maha jutawan Amitabh Bachchan. Ia kawan dekat keluarga Gandhi, khususnya Rajiv Gandhi, dan pada saat yang sama dicurigai mempunyai industri bahan kimia di Swiss yang dijalankan kakaknya, Ajitabh Bachchan. November '86, kepala Fairfax, Michael Hershman, muncul di New Delhi. Tak jelas siapa yang membiayainya. Tapi ada dugaan kuat pemilik Dyeing Company, Nusli Wadia, saingan Reliance, yang mendatangkannya. Ia memesankan kamar bagi Hershman di hotel, Oberoi, New Delhi. Ternyata, tak ada pedagang yang bersih di India. Bukan cuma Goenka, rupanya, tapi Nusli Wadia, Tata, malah Bachchan mungkin mengenal Fairfax. Besar kemungkinan mereka semua pernah mengontrak Fairfax untuk menyelidiki mitra dagang di luar negeri. Karena itu, kredibilitas Fairfax untuk misi yang idealistis sebenarnya memang sulit dipegang. Namun, tim Gurumurthy tak menyadari ini, sedang Fairfax cukup lihai dalam mempromosikan diri. Grup ini mengaku punya pengalaman dalam melacak berbagai manipulasi yang punya sangkut paut dengan peraturan pemerintah. Bulan Januari tiba-tiba Rajiv Gandhi seperti bergerak. V.P. Singh dialihkan dari menteri keuangan menjadi menteri pertahanan. Sebulan kemudian Rajiv memanggilnya dan minta pertanggungjawaban soal kontrak dengan Fairfax. Gebrakan jatuh atas diri Gurumurthy, Maret '87. Dinas Rahasia India bergerak dan melakukan penyelidikan. Gurumurthy dituduh menjual dokumen negara kepada pihak asing. Padanya ditunjukkan sebuah surat Fairfax yang dialamatkan padanya dan ditandatangani seorang agennya, Gordon McKay. Isi surat: Gurumurthy meminta Fairfax khusus menyelidiki harta Bachchan di Swiss. Di surat itu, Fairfax mengaku pula membicarakan hal itu dengan Goenka dan Nusli Wadia di New Delhi. Pada saat hampir bersamaan, Bhure Lal diturunkan jabatannya. Perwira tim penertiban yang dulunya sangat disegani itu harus menjalani interogasi dinas rahasia. Singh yang ketika itu sudah menjadi menteri pertahanan protes keras. Ia menjamin integritas bekas anak buah yang sangat dikenalnya itu. Provokasi berlanjut. Dua hari kemudian, 13 Maret '87 Indian Express kebetulan menurunkan copy surat pribadi Presiden Zail Singh yang isinya mencerca PM Rajiv Gandhi. Tak ayal lagi, Gurumurthy ditahan dan wisma Indian Express digeledah. Tuduhan bahwa Gurumurthy menjual dokumen negara jadi lengkap karena dinas rahasia konon menemukan blanko-blanko tim penertiban dari kementerian keuangan. Sepuluh hari kemudian Gurumurthy dibebaskan dengan uang jaminan. Pengacaranya dapat menunjukkan telegram dari Fairfax yang menerangkan surat yang ditemukan dinas rahasia itu palsu. "Kami tidak akan membuat surat setolol itu, surat itu sama saja dengan menempelkan pistol di jidat," ujar Michael Hershman. Ketua Fairfax ini juga menyesalkan namanya telah digunakan untuk memberangus kebebasan pers. Siapa yang sebenarnya membuat surat palsu Fairfax itu? Bagaimana pula surat itu sampai ke tangan dinas rahasia? Timbul spekulasi Bachchan bersaudara dan Dhirubhai Ambani berada di balik tipu muslihat ini. Ada selentingan Bachchan dan Ambani datang menemui PM Rajiv Gandhi. Ada lagi ini: ketika wisma Indian Express diobrak-abrik, Ambani menelepon Goenka dan menawarkan jasa, "apa ada yang bisa saya bantu?" Goenka, yang merasa dihina, membanting telepon. Industriawan pemilik harian itu tahu, ia kalah. Jim Supangkat, Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini