* Brigjen (pur) H. Sunardi Djoyo Mihardjo, 64, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Berita Yudha, meninggal dunia, Rabu pekan lalu, karena serangan jantung, di RS Harapan Kita. Sebagai tentara pendidikannya macam-macam. Sekolah juru selam di Singapura, 1943. Kemudian, sekolah instruktur intel di Bogor, 1952 Combat Intelligence Course, dan Psywar Course di Okinawa, 1962. Ia terjun ke dunia pers sejak memimpim Berita Yudha, 1971. Lalu terpilih menjadi anggota pengurus PWI Jakarta, PWI Pusat, dan, terakhir, Ketua Umum SPS Pusat. Pernah menjadi Paban Psywar SUAD I, Jakarta Direktur Pusprop Bakin dan sebelumnya dosen Intel dan Psywar Seskoad Bandung. Kata sementara rekannya, Pak Nardi orang yang selalu waspada. Ada contohnya, ketika berkunjung ke Volgagrad, Uni Soviet, 1964. Suatu malam ia melihat-lihat suasana kota yang dulu disebut Stalingrad itu. Rupanya, seseorang membuntuti dia. Di satu kelokan, dengan sedikit akal, ia raib. Dan kemudian ganti dialah yang membuntuti orang itu. Ia memang mengagumi Anoman, yang baginya merupakan tokoh intel dalam cerita Ramayana. Kera putih itu sukses menyusup ke wilayah musuh, mengirimkan cincin Rama kepada Dewi Sita yang ditawan Rahwana. Lebih dari itu, orang kelahiran Solo ini memang mencintai wayang. Karena itulah, ayah lima anak ini melahirkan buku tentang cerita wayang. Antara lain buku yang ditulis oleh anak ke-2 dari 13 bersaudara yang ayahnya pengusaha batik (Almarhum Djoyomartono) ini: Kisah Keluarga Pandawa dan Kurawa, Arjuna Krama, Srikandi Belajar Memanah, Sumbadra Lanung, Ramayana, dan Barata Yudha. Presiden Soeharto, yang datang melayat, menurut Almarhum sendiri, termasuk penggemar buku-bukunya. Menurut Dirjen PPG, Sukarno. S.H., falsafah para sinatria dalam pewayangan -- ingin gugur di medan tugas -- sangat mempengaruhi semangat Almarhum. Dan itu menjadi kenyataan. Sunardi D.M. terkena serangan jantung, yang sudah lama diidapnya, waktu hadir di rapat pemimpin redaksi media massa Golkar di kantor DPP orpol itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini