Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kare Bluitgen: JyllandsPosten Tak Pernah Mengontak Saya

20 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika Aminah mengandung Muhammad, dia merasa ada di dunia lain. Dia bisa melihat istanaistana di Busra, Suriah, yang berjarak beberapa hari perjalanan dengan sangat jelas. Dan semua unta di Mekah berbisik satu sama lain, mengatakan pemimpin masa depan segera datang.

Selama mengandung, sebuah suara berkata kepada Aminah: "Kamu mengandung junjungan umatmu. Namakan dia Muhammad."

Dindingdinding istana Kekaisaran Persia bergetar di saat Muhammad lahir dan api suci yang telah menyala ratusan tahun tibatiba padam. Pastor agung bangsa Persia melihat di alam maya, untaunta berlarian disusul kudakuda Arab. Di Madinah, seorang Yahudi berteriak di atas benteng tinggi, "Malam ini bintang terbit tepat di atas tempat Muhammad lahir!" (petikan dari buku Koranen og profeten Muhammeds liv).

Koranen og profeten Muhammeds liv atau AlQuran dan Kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah buku anakanak yang laris. Sampulnya bergambar lakilaki berjenggot memakai sorban biru dan jubah hijau pupus, mengendarai kuda bersayap berwarna kuning. Maksudnya, Nabi Muhammad-wajahnya menengok ke bawah, tidak tampak begitu jelas-menunggang Buraq.

Gambar pada sampul dan di dalamnya dibuat secara anonim. Menurut Bluitgen, sulit mendapati orang yang berani membuat ilustrasi bukunya. Tapi dari titik itulah JyllandsPosten berinisiatif mengundang 12 kartunis, para artis yang melahirkan karya yang buntut reaksinya berkepanjangan hingga sekarang. "Ini ajaib. Saya menulis buku untuk membangun pengertian tentang Islam, tapi gedung kedutaan di Timur Tengah malah dibakar," kata bekas wartawan dan guru ini.

Penulis asli Denmark yang sudah menghasilkan 31 buku, sebagian besar buku anakanak, memang berniat menulis Koranen, agar anakanak memahami Islam. Dua anaknya-lakilaki 17 tahun dan perempuan 13 tahun-hidup dan sekolah bersama anakanak muslim, karena mereka tinggal di Norrebo, distrik di Kopenhagen yang mayoritas penduduknya muslim. "Jika anakanak tidak diajarkan saling pengertian di sekolah dasar, kapan lagi?" katanya. "Kerusuhan di Prancis menunjukkan, pengertian harus ditanamkan sedini mungkin."

Menurut Thomas Hoffman, doktor spesialis AlQuran dari Institut Carsten Niebuhr, Universitas Kopenhagen, Koranen sangat dekat dengan sumber asli Islam. Sedangkan Ahmad Abu Laban, pemimpin WAKF, Komunitas Muslim Denmark, berpendapat, ada beberapa interpretasi yang tidak tepat. "Ke depan, kami berusaha memperbaiki kesalahan konsepsinya," tulis Abu Laban kepada Tempo.

Buku 272 halaman, diterbitkan Host and Sons pada 24 Januari 2006, mulanya hanya dicetak 2.000 eksemplar. Hanya dalam dua minggu, buku yang harganya 250 kroner (sekitar Rp 366 ribu) itu sudah dicetak dua kali dan telah terjual 6.000 eksemplar. Berbagai penerbit negara lain melamar untuk mencetak Koranen.

Kontroversi memang tidak asing bagi Bluitgen. Pada 1998, dia menerbitkan buku pelajaran New Danes, sebutan kaum imigran di Denmark. Buku satiris itu berisi 14 lelucon tentang berbagai kelompok masyarakat, termasuk tentang homoseksual. New Danes diterima murid, guru, dan masyarakat, tapi beberapa imam memprotesnya.

Selain bukubuku tentang agama, seperti Kristen dan Buddha untuk anakanak sekolah, tulisannya juga menentang rasialisme. Til Gavn for de Sorte (2002) atau mencari untung dari kelompok hitam, menuduh kelompok sayap kiri "mengubur kepala di pasir" dalam melihat perbedaan ras dan warna kulit.

Itulah Bluitgen, yang berpegang pada keyakinan liberal khas Skandinavia. Berikut adalah petikan wawancara Bluitgen dengan Bina Bektiati dari Tempo melalui telepon, Kamis pekan silam:

Mengapa Anda menulis buku anak-anak AlQuran dan Kehidupan Nabi Muhammad?

Saya ingin membangun pengertian terhadap agama-agama di Denmark, terutama bagi anakanak sekolah. Terjadi reaksi keras di manamana, tapi tidak di Denmark. Di sini, buku saya diterima baik.

Idenya dari mana?

Anakanak saya hidup dan sekolah di kawasan banyak penduduk muslim. Mereka sering bertanya tentang Islam. Jadi, saya pikir, mereka harus tahu. Banyak sekali orang Denmark tidak mengetahui sejarah Nabi Muhammad.

Bagaimana perasaan Anda setelah semua kekacauan ini terjadi?

Sangat sedih, terutama apa yang terjadi di Timur Tengah dan beberapa negara Islam lainnya. Tapi, menurut saya, semua reaksi keras itu sudah tidak sematamata tentang kartun lagi, tapi lebih disebabkan oleh pemerintah mereka yang tidak mampu menyediakan kebutuhan standar rakyat mereka, termasuk pekerjaan.

Lalu, apa saran Anda menyelesaikan kekisruhan ini?

Ini sangat sulit, karena sudah politis. Butuh bertahuntahun menyelesaikan masalah ini, karena penyebab persoalannya bukan hal baru, tapi sesuatu yang mendasar.

Ada beberapa kelompok Islam radikal mengatakan kasus ini lebih serius ketimbang The Satanic Versesnya Salman Rushdi. Apakah Anda mendapat ancaman pembunuhan?

Tidak. Saya hidup di bagian Kopenhagen yang dikelilingi komunitas muslim. Tidak pernah ada masalah dengan mereka. Tidak ada satu pun dari tokohtokoh Islam di Denmark yang menyatakan di depan publik bahwa buku saya menentang Islam atau menghina Nabi Muhammad. Apa yang terjadi di berbagai negara (protes dan kekerasan) sama sekali tidak terjadi di sini.

Apakah Anda pernah mendiskusikan ini dengan tokohtokoh muslim setempat?

Ya, setelah masalah ini muncul dan disiarkan, saya sempat berbicara dengan imam di sini.

Apakah Anda juga membicarakan dengan ahlinya?

Ya, saya berbicara dengan banyak orang. Saya juga banyak mendengarkan pendapat mereka. Sebagian besar menganggap semua ini adalah bagian dari demokrasi, sehingga kita harus lebih memperbanyak dialog.

Bagaimana, menurut Anda, cara pemerintah Denmark menangani masalah ini?

Mereka telah melakukan banyak hal, yang orang biasa seperti saya tidak memperoleh informasi cukup tentang tindakan pemerintah. Yang pasti pemerintah sudah berbicara panjang dengan pihak Uni Eropa.

Apakah Anda bercerita tentang kesulitan Anda mendapatkan ilustrasi buku kepada pihak JyllandsPosten?

Tidak. Saya bahkan belum pernah bertemu dengan editor JyllandsPosten (Flemming Rose). Dia membaca wawancara dengan saya, yang menyebutkan kesulitan saya mencari illustrator untuk buku saya itu. Kemudian, dia mengundang orang menggambar kartun Muhammad.

Yang saya butuhkan adalah ilustrasi buku anak-anak. Mereka membuat karikatur. Itu dua hal berbeda. Saya hanya dapat menggunakan ilustrasi yang sopan dan hormat, karena buku saya digunakan di sekolahsekolah.

Pihak JyllandsPosten tidak pernah mengontak Anda?

Tidak pernah.

Tapi, apakah Anda menduga soal karikatur ini akan memicu masalah besar?

Ketika kartun itu dipublikasikan, saya tidak menduga dampaknya akan sebesar ini. Saya juga tidak menduga semuanya berdampak pada buku saya, karena sebenarnya kartun tersebut tidak benarbenar berhubungan dengan buku saya.

Di Denmark, kami terbiasa membuat lelucon tentang banyak hal, termasuk Tuhan, Yesus, dan Ratu. Saya tidak menduga mereka akan menginterpretasikannya seperti ini.

Menurut Anda, semua ini adalah masalah kebebasan menyatakan pendapat atau yang lain?

Dalam beberapa hal, ya. Karena, bagi kami, kebebasan berpendapat itu termasuk hak membuat lelucon orangorang dari berbagai ideologi dan agama. Ada sebagian kelompok Islam yang tidak keberatan dengan hal itu. Maksud saya, di Denmark, setahu saya cukup banyak orang Islam yang tidak menganggap hal ini persoalan.

Di Denmark, apakah Islam menjadi hal asing?

Banyak berlangsung perdebatan tentang Islam beberapa tahun belakangan ini, dan terkadang ada kesulitan mencapai pengertian antara pihakpihak yang memperdebatkan Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus