Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Teheran -Iran telah mematikan internet di beberapa bagian kawasan Ibu Kota Teheran dan wilayah Kurdistan.
Teheran juga telah memblokir akses ke platform Instagram dan WhatsApp di tengah meluasnya aksi demonstrasi atas kematian Mahsa Amini. Kebijakan ini disinyalir sebagai upaya mengekang gerakan protes yang berkembang, sekaligus membungkam para demonstran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pengguna juga telah melaporkan pemutusan atau perlambatan parah layanan internet di beberapa kota sejak gangguan pertama terdaftar pada Jumat 16 September 2022," tulis NetBlocks yang berbasis di London.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, para warga Iran mengatakan bahwa akses internet dan beberapa jaringan telepon seluler dibatasi hingga ditutup. Disebutkan, server WhatsApp telah terganggu di beberapa penyedia internet, yakni beberapa jam setelah layanan Instagram diblokir. “Iran sekarang mengalami pembatasan internet paling parah sejak pembantaian November 2019,” kata NetBlocks.
Peneliti pengawasan siber di University of Twente, Belanda, Azadeh Akbari menyatakan tindakan pemblokiran akses internet dan sejumlah platform media sosial ini dipahami sebagai penindasan di ruang fisik. Menurutnya, media sosial berperan krusial dalam memobilisasi pengunjuk rasa. Tidak hanya untuk mengkoordinasikan pertemuan tetapi juga memperkuat aksi perlawanan.
“Pemutusan internet harus dipahami sebagai perpanjangan dari kekerasan dan penindasan yang terjadi di ruang fisik. Mengingat, media sosial sangat penting untuk memobilisasi para demonstran sehingga memungkinkan dilakukan pemblokiran,” kata Akbari dikutip dari The Guardian, Kamis, 22 September 2022.
Dalam sebuah konferensi pers bersama, sejumlah pihak termasuk Access Now, Pen America, dan Reporters Without Borders menyerukan kepada International telecommunication Union (ITU) agar menuntut Iran mengembalikan akses internet kepada warganya. “Kami juga meminta pemerintah Iran untuk memberlakukan kebijakan yang sejalan dengan hukum hak asasi manusia internasional,” tulis mereka.
Sebelumnya, gelombang aksi protes terkait kematian seorang perempuan berusia 22 tahun, Mahsa Amini, telah menyebar luas setidaknya di 50 kota besar dan kecil di seluruh Iran.
Aksi tersebut sekaligus sebagai gerakan protes akan aturan wajib hijab yang diberlakukan di Iran sejak Revolusi Islam 1979. Tercatat sedikitnya 17 orang tewas dalam demonstrasi yang berlangsung selama enam malam berturut-turut pasca kematian Mahsa Amini itu.
HARIS SETYAWAN
Baca juga : Mahsa Amini, Simbol Perlawanan dan Demonstrasi Besar di Iran
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.