Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Kebenaran dalam Video Polisi

Butuh setahun agar video rekaman penembakan remaja kulit hitam dirilis ke publik. Chicago masih menanti reformasi kepolisian.

30 November 2015 | 00.00 WIB

Kebenaran dalam Video Polisi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SELASA pekan lalu, suhu di Chicago, Illinois, tujuh derajat Celsius. Namun udara dingin tak menghalangi langkah Brandon Smith, jurnalis lepas, ke Markas Kepolisian Chicago. Ia memiliki sejumlah pertanyaan sulit yang akan diajukan kepada Wali Kota Chicago Rahm Emanuel dan Kepala Kepolisian Chicago Garry F. McCarthy.

Kedua petinggi kota itu menggelar jumpa pers menyusul publikasi video rekaman mobil polisi. Rekaman itu berisi penembakan remaja kulit hitam, Laquan McDonald, 17 tahun, oleh polisi kulit putih, Jason van Dyke, 37 tahun. Setiba di pintu depan markas, langkah Smith terhenti. Petugas melarangnya masuk karena ia tak membawa tanda pengenal. "Saya mungkin bisa masuk jika tidak mengajukan gugatan terhadap video itu," kata Smith. Ia dan 26 pemohon lain telah mengajukan gugatan agar video rekaman itu dirilis ke publik.

Video yang merekam insiden 20 Oktober 2014 itu memang baru dapat disaksikan setahun kemudian. Dua pekan lalu, hakim Franklin Valderrama mengabulkan gugatan tersebut, meski pemerintah kota, kepolisian, dan keluarga McDonald tidak mendukung. Rekaman pun akhirnya dirilis beberapa jam setelah Van Dyke didakwa atas pembunuhan pada Selasa itu. Ia menjadi polisi Chicago pertama yang didakwa karena kekerasan berlebihan selama 35 tahun terakhir.

"Saya tahu keluarga korban tak mendukung karena khawatir akan memicu kerusuhan. Tapi, setelah semua statistik dan kisah pilu, reformasi tak kunjung tiba di dalam organisasi kepolisian Chicago. Maka video ini harus dipublikasikan demi memenuhi hak mendiang McDonald," ujar Smith.

Insiden brutal yang terekam video mobil polisi itu rupanya menggugah nurani seseorang di dalam kantor kepolisian Chicago. Apa yang ia saksikan tak sama dengan pengakuan Van Dyke, polisi yang dikenal kerap melakukan kekerasan berlebihan. Orang yang tidak pernah diidentifikasi ini kemudian menghubungi wartawan lepas Jamie Kalven dan Craig Futterman, profesor hukum di University of Chicago, dua pekan setelah kejadian itu.

"Penembakan itu sangat mengejutkan bahkan bagi sumber saya. Ia menghubungi kami agar insiden ini tidak didiamkan," ujar Futterman kepada radio NPR. Keduanya kemudian mulai mendesak pemerintah dan kepolisian Chicago pada Desember 2014 untuk membuka video penembakan itu.

Salinan otopsi yang diperoleh Kalven pada Februari lalu membuat publik Chicago dan Amerika Serikat mulai menyadari gentingnya drama penembakan itu. Berdasarkan otopsi, Van Dyke melepaskan 16 kali tembakan terhadap McDonald. Dua di antaranya ditembakkan dari arah belakang tubuh sang remaja. Kampanye agar video rekaman penembakan itu diungkap ke publik pun bergulir. Ada 27 permohonan yang ditolak pemerintah kota dan kepolisian dengan alasan dapat mempengaruhi penyelidikan kasus ini. Hingga akhirnya hakim Valderrama memutuskan sebaliknya.

Maka publik di negeri itu pun dapat menyaksikan detik demi detik ketika McDonald berjalan menghindari polisi yang akan menangkapnya. Dalam salah satu rekaman tanpa suara selama 40 detik tersebut, terlihat tubuh remaja itu terjatuh ke tanah. Van Dyke sempat mengisi ulang pistol 9 milimeternya dan kemudian kembali menembaki Garry McDonald yang sudah terkapar. Asap mesiu terlihat berembus ke udara dari jasad sang remaja.

Apa yang terekam dalam video itu membantah kesaksian Van Dyke. Pria yang terancam hukuman 20 tahun penjara hingga seumur hidup ini mengaku dirinya terancam karena McDonald mendekati aparat dengan mengacungkan pisau. Kepada wartawan dalam jumpa pers, McCarthy menegaskan bahwa Van Dyke tidak mewakili seluruh aparat di Chicago.

Brandon Smith berharap publikasi video McDonald menjadi awal dari reformasi yang sangat dibutuhkan kepolisian Chicago. Berdasarkan data kelompok pemantau Asosiasi untuk Pemerintahan Lebih Baik yang dilansir The Chicago Sun-Times pada Juli lalu, polisi Chicago menembak mati 70 orang pada 2010-2014. Ini merupakan angka tertinggi dibanding 10 kota besar lain di Amerika Serikat selama periode yang sama.

"Mereka adalah polisi kami. Kami sebagai warga yang memberi mereka kekuasaan. Maka menjadi tanggung jawab bersama pula untuk memastikan mereka bekerja dengan benar," tutur Smith kepada Vox.

Sita Planasari Aquadini (The New York Times, Vox, Huffington Post, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus