"HAI, Gary, bagaimana kabar Donna Rice?" sapa seorang sopir truk kepada Gary Hart. Calon presiden dari Partai Demokrat itu pun tersenyum. Sepanjang tur kampanye di New Hampshire dan Maine, dia sudah biasa dengan sapa menggoda seperti itu. Dan Lee, istrinya, tetap setia mendampingi dan tetap memasang senyum bahagia. Sesudah mengundurkan diri dari pencalonan presiden 7 bulan lalu gara-gara skandal Donna Rice tampilnya kembali Gary Hart ke panggung pencalonan presiden AS mengundang kontroversi di sana-sini. Ulah bekas senator dari Colorado itu masih melekat di benak orang Amerika. Skandal cintanya bukan saja merusakkan citra senator itu, tapi menimbulkan antipati masyarakat. Adalah koran The Miami Herald yang membongkar skandal Gary, bulan Mei silam. Calon presiden yang tampan itu suka berkencan dengan Donna Rice, seorang foto model. Entah kebetulan atau tidak, wanita cantik ini dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja, persis pada hari Gary Hart mengumumkan pencalonannya kembali (lihat Pokok & Tokoh). Muncullah berbagai spekulasi. Semua berkisar pada: Bagaimana sikap para pendukungnya? Dan apa yang membuat dia tampil kembali? Jawaban yang keluar tak lepas dari standar moral bangsa Amerika. Ada yang bilang, Gary harus mundur, karena moral seorang presiden adalah yang terpenting dari bobot kepemimpinannya. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa tak perlu mundur, toh rakyat tak ambil pusing pada sisi kehidupan yang sangat pribadi. Sementara ini, jawaban pertama agaknya akan berpengaruh besar pada perjuangan Gary. Menurut hasil pol majalah Newsweek pekan lalu, 70 persen respondennya menyatakan, hubungan Gary dengan Donna akan mempengaruhi pilihan mereka. Sedangkan 59 persen berpendapat, tindakan Gary adalah sebuah keberanian. Selebihnya menganggap tindakan itu tak bijaksana. Tidak kurang penting ialah bahwa pol Gallup Organization juga menunjukkan bagaimana popularitas Gary berada jauh di bawah Wakil Presiden George Bush, calon kuat dari Partai Republik. Gary hanya mendapat 37 persen suara, sementara Bush mengumpulkan 52 persen. Sebaliknya, di kalangan partainya sendiri, Demokrat, Gary masih berdiri di garis terdepan. Saingan terberat adalah Jesse Jackson, seorang pendeta kulit hitam bekas pemimpin perjuangan hak-hak sipil yang dalam pemilu lalu masuk kotak. Sedangkan 5 calon Demokrat lainnya masih tertinggal di bawah. "Ini menunjukkan bahwa rakyat tahu apa yang penting, sedangkan politikus dan pers tidak," ujar Gary, dalam wawancara dengan majalah Time, Ahad lalu. Toh sinisme dan suara sumbang masih terdengar. Misalnya Don Reeder, seorang veteran analis politik Amerika berpendapat bahwa Gary sengaja diberi kesempatan oleh partainya, karena calon lain tak ada yang mampu menggerakkan masyarakat. Richard Gephardt, misalnya -- anak didik bekas Ketua DPR AS Thomas O'Neill -- adalah tokoh membosankan, karena hanya mau ngomong soal proteksionisme perdagangan. Sedangkan Jesse Jackson, kehebatan pidatonya tak menarik, tapi malah menakutkan. Semua itu tak jadi soal bagi Gary. Kini dia tengah berjuang untuk mendapatkan dana kampane sebesar satu juta dolar dari Panitia Pemilihan Nasional (FEC). Padahal, FEC memutuskan, Gary tak berhak lagi menerima dana itu sejak pengunduran dirinya. "Satu-satunya jalan dia harus mengulang pendaftaran dirinya dari awal," ujar Fred Eiland, juru bicara FEC. Ini tentu sangat merepotkan Gary. Bayangkan, dia harus mengumpulkan sumbangan US$ 5.000 dari negara bagian. Di samping itu, ia harus meyakinkan panitia pemilihan dari 15 negara bagian utama bahwa dirinya dikenal secara nasional. Kalau gagal, ia harus mengumpulkan ribuan tanda tangan, supaya namanya tercantum di kartu pemilihan. Masalah lain yang juga merepotkan ialah kondisi keuangan panitia kampanyenya, friend of Gary Hart -- 1988 Incorporated. Panitia itu hanya memiliki US$ 101.569 uang kontan, dan US$ 53.625 utang. Sementara itu, dari pemilu tahun 1984, masih tersisa U$ 1,1 juta utang yang belum terbayar. Kini para kreditornya konon sedang mengajukan tuntutan ke pengadilan Denver. "Tapi itu tak benar," kata Gary, dalam sebuah wawancara TV pekan lalu. Praginanto, kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini