Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelelawar vampir telah membunuh ratusan hewan ternak terutama sapi setiap tahunnya di Peru. Para peternak dalam beberapa tahun terakhir, dikejutkan dengan kematian misterius lebih dari 500 sapi milik mereka.
Sebuah studi mengungkapkan penyebab kematian sapi dan hewan lainnya oleh kelelawar vampir. Berdasarkan studi University of Glasgow, kematian sapi disebabkan oleh gigitan kelelawar yang telah terinfeksi virus rabies atau VBR. Kelelawar menyebarkan virus mematikan tersebut melalui eksploitasi mengisap darah sapi. Di Peru, jumlah kelelawar melimpah.
Baca: Populasi Kelelawar Berkurang, 80 Peneliti Gelar Konferensi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Temuan lainnya, infeksi rabies pada ternak empat kali lebih besar dari yang dilaporkan secara resmi. Meskipun begitu, beberapa orang mungkin bahkan tidak tahu bahwa kelelawar rabies tersebut yang bertanggung jawab atas kematian hewan mereka.
Baca: Hasil Riset: Kelelawar Bawa 60 Virus Penyakit
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Petani yang percaya bahwa VBR tidak mewabah di komunitas mereka, kemungkinan melaporkan kematian ternak akibat penyakit, selain itu minimnya pelaporan karena jarak yang jauh dari kantor pelaporan," demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases, seperti yang dilansir Russia Today.
Menganalisis kasus rabies selama 11 tahun dan kuesioner dari penduduk setempat di daerah Apurimac, Ayacucho, dan Cusco, para peneliti menyimpulkan bahwa antara 505 dan 724 menjadi korban kelelawar vampir setiap tahunnya.
Baca: Kelelawar Kembar Siam Ditemukan di Brasil
Temuan ini didasarkan pada model yang dikoreksi spasial dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari 40 komunitas. Kematian dan vaksin untuk membantu memerangi masalah ini bernilai US$ 300.000 untuk pendapatan yang hilang.
Dalam proses penyebarannya, biasanya kelelawar vampir menggunakan air liur untuk membius korbannya. Setelah itu baru dengan bebas mengisap darah hewan, terutama burung dan sapi. Namun awal tahun ini, ilmuwan Brasil menemukan bukti darah manusia dalam kotoran kelelawar vampir.