Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ahli nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh.
Iran menuding Israel terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Suhu politik di Timur Tengah memanas setelah Israel mengirim kapal selam ke Teluk.
SUHU politik di kawasan Timur Tengah memanas setelah terbunuhnya ahli nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh Mahabadi. Pemerintah Iran menuduh pembunuhan itu dilakukan oleh Israel, musuh bebuyutannya. Israel menanggapi tudingan tersebut dengan mengirim kapal selamnya. Pada hari yang sama, USS Georgia, kapal perang Amerika Serikat dengan misil kapal selam berpemandu, tampak melintasi Teluk Persia—pertama kali kapal itu muncul dalam delapan tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stasiun televisi Israel, KAN, melaporkan bahwa pada pekan keempat Desember, kapal selam Israel itu telah melintasi Terusan Suez menuju Iran. Bahkan kapal itu sempat muncul di permukaan laut. Yoel Guzansky, peneliti senior di Institute for National Security Studies di Tel Aviv, Israel, kepada Washington Post mengatakan pengiriman kapal selam itu merupakan “semacam perang psikologis untuk menggertak Iran”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iran langsung bereaksi. Abolfazl Amouei, juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Publik Parlemen Iran, menyatakan bahwa bila kapal selam itu tiba di Teluk Persia, Iran akan menganggapnya sebagai tindakan agresi. “Dalam hal ini, kami punya hak membalas,” katanya kepada Al Jazeera pada Sabtu, 26 Desember lalu. Amouei menyatakan dia mengirim pesan yang jelas kepada Israel bahwa mereka harus berhati-hati. Jika kapal itu tiba di Teluk, “Ia akan menjadi sasaran luar biasa bagi kami.”
Kapal selam, dan kapal perang dari Angkatan Laut Israel berpatroli di Laut Mediterania, pantai Haifa, Israel utara 1 Desember 2020. REUTERS/Ronen Zvulun
Para pejabat Israel memperkirakan Iran akan membalas dendam atas kematian Fakhrizadeh pada peringatan tahun pertama kematian Qasim Soleimani, yang tewas ditembak drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020 di dekat Bandar Udara Internasional Bagdad, Irak. Menurut media Israel, Ynet, pemerintah Israel telah mengirim peringatan kepada kantor-kantor kedutaannya agar waspada menjelang hari peringatan tersebut.
Pejabat keamanan Israel juga telah memperingatkan sejumlah mantan ilmuwan nuklir agar waspada. Para ilmuwan itu umumnya bekerja di reaktor nuklir di Dimona, situs rahasia bawah tanah di gurun pasir Negev, 176 kilometer dari Tel Aviv.
Brigadir Jenderal Hidai Zilberman, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, mengaku tak dapat memastikan kemungkinan Iran menyerang Israel dari Irak atau Yaman. Dia hanya mengatakan Teheran kini sedang mengembangkan pesawat tanpa awak dan misil cerdas di dua negara tersebut.
Mohsen Fakhrizadeh dibunuh pada 27 November 2020. Serangan terjadi di sebuah jalan tol di kota kecil Absard, Damavand, sekitar 40 kilometer sebelah timur Ibu Kota Teheran. Saat itu dia naik Nissan Teana hitam bersama istrinya. Mobil antipeluru itu didampingi tiga mobil bersenjata dan sebelas pengawal. Pada hari itu juga, Kementerian Pertahanan menyatakan terjadi kontak senjata antara pengawal Fakhrizadeh dan penyerang. Saksi mengatakan tiga-empat penyerang terbunuh dalam insiden itu. Sebuah mobil bak Nissan juga meledak di lokasi kejadian.
Dua pekan kemudian, Hossein Amir Abdollahian, penasihat parlemen Iran, menyatakan polisi telah menahan sejumlah orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. Dia tak merincinya lebih jauh dengan alasan keamanan, tapi mengklaim punya bukti keterlibatan Israel dalam insiden itu.
Brigadir Jenderal Ali Fadavi, komandan angkatan bersenjata Garda Revolusi Iran, memberikan keterangan berbeda. Dia mengklaim pembunuhan itu menggunakan senapan mesin yang dikendalikan satelit. Alat yang dipasang di sebuah truk pikap itu mampu membidik Fakhrizadeh tanpa melukai istrinya yang duduk di sebelahnya. “(Senapan mesin itu) berfokus hanya pada wajah martir Fakhrizadeh sedemikian rupa sehingga istrinya, yang cuma berada 25 sentimeter darinya, tak tertembak,” tutur Fadavi.
Dia menegaskan, tak ada manusia penyerang yang berada di lokasi kejadian. Sebanyak 13 peluru ditembakkan dan semuanya berasal dari senjata di Nissan tersebut. Empat peluru mengenai kepala keamanan Fakhrizadeh yang melempar badannya untuk melindungi sang ilmuwan.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga menuding Israel, tapi menegaskan bahwa kasus ini tak mungkin terungkap. “Semua peneliti dan semua musuh Iran harus tahu benar bahwa bangsa Iran dan otoritas negeri ini lebih berani dan bersemangat daripada membiarkan tindakan kejahatan ini berlalu tak terjawab. Otoritas yang relevan akan merespons kejahatan ini pada waktu yang tepat,” ujarnya.
Mohsen Fakhrizadeh Mahabadi adalah jenderal Garda Revolusi Iran kelahiran 1958. Dia mempelajari fisika di Shahid Beheshti University dan University of Isfahan. Sejak 1991, dia menjadi guru besar fisika di Imam Hossein University. Namun laporan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) pada masa Presiden George W. Bush menyatakan bahwa pekerjaan itu cuma “samaran”.
Bersama keluarganya, Fakhrizadeh tinggal di sebuah rumah dengan penjagaan ketat. Dia sering menerima ancaman pembunuhan dan beberapa kali dikabarkan lolos dari upaya pembunuhan. Dia juga jarang muncul di muka umum. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut Fakhrizadeh sebagai ilmuwan senior di Kementerian Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata Iran serta Kepala Pusat Riset Fisika (PHRC).
Pada 2018, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan Fakhrizadeh memimpin Proyek Amad, program pengembangan senjata nuklir rahasia Iran yang diduga berlangsung sejak 1989. Berdasarkan dokumen Iran yang dicuri Mossad—intelijen Israel—Netanyahu mengklaim Iran telah mengembangkan senjata nuklir yang jauh lebih maju daripada perkiraan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
IAEA pernah meminta izin mewawancarai Fakhrizadeh, tapi ditolak pemerintah Iran. IAEA menyatakan informasi yang disediakan Teheran tentang Fakhrizadeh tak sesuai dengan temuan mereka. Resolusi Dewan Keamanan PBB pada 2007 kemudian memasukkan Fakhrizadeh ke daftar orang dan entitas yang aset serta izin perjalanannya dibekukan. Setahun kemudian, Amerika membekukan aset Fakhrizadeh dan sejumlah pejabat Iran lain.
Setelah Proyek Amad berhenti, Fakhrizadeh mendirikan dan memimpin Organisasi Inovasi dan Riset Pertahanan Iran (SPND). Amerika menduga SPND adalah lembaga yang didanai pemerintah Iran untuk melakukan penelitian yang berguna bagi program senjata nuklir. SPND berdiri pada 2011 dan berada di bawah Kementerian Pertahanan. Lembaga itu berafiliasi dengan Malek-Ashtar University of Technology.
Tekanan terhadap pengembangan nuklir Iran bukan cuma kematian Fakhrizadeh. Pada 2 Juli 2020, sebuah ledakan misterius terjadi di fasilitas pengembangan nuklir Iran di Natanz. Akibatnya, tiga perempat ruang mesin sentrifugal utama, yang berfungsi dalam pengayaan uranium sebelum dikembangkan menjadi bahan bakar reaktor atau senjata nuklir, rusak sehingga memaksa pengembangan nuklir Iran mundur selama satu atau dua tahun. Kepala Badan Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi menyatakan ledakan itu terjadi akibat sabotase tanpa menyebut siapa pelakunya.
Natanz adalah salah satu fasilitas nuklir yang dipantau IAEA sebagai bagian dari kesepakatan nuklir Iran. Pemimpin baru IAEA, Rafael Grossi, menyatakan akan mengunjungi Iran untuk mengecek dua tempat yang diduga bekas fasilitas nuklir. Badan itu menduga tempat tersebut telah digunakan untuk memproduksi senjata sejak awal 2000-an. Iran membantah tudingan bahwa program nuklir mereka ditujukan untuk kepentingan militer.
IWAN KURNIAWAN (TEHRAN TIMES, YNET, TIMES OF ISRAEL, WASHINGTON POST, BBC)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo