JALAN pulang ke Moskow dirintis VitaIy Yurchenko dari restoran Au Pied de Cochon, yang terletak tidak jauh dari gedung Kedutaan Besar Uni Soviet di Washington. Seorang petugas dinas rahasia AS (CIA) telah membiarkan pembelot ini pergi. Tapi, sebelumnya ia sempat bertanya, "Kalau saya keluar, akan ditembakkah saya?" Orang CIA itu menjawab, "Tidak, tidak demikian cara kami memperlakukan orang yang minta suaka." Peristiwa itu terjadi Sabtu dua pekan lalu. Senin berikutnya, Yurchenko tampil dalam sebuah konperensi pers di Kedutaan Soviet, yang diliput jaringan televisi AS. Washington gempar. Jika pembelotan Yurchenko ke AS tiga bulan lampau kurang menarik perhatian, maka sikapnya yang berbalik ke Soviet justru menghebohkan. Mengapa Yurchenko dilepas begitu saja. Bukankah ia bertanggung jawab untuk operasi KGB di Amerika Utara dan pembelotannya telah mengakibatkan terbongkarnya serangkaian pengkhianatan besar di Jerman Barat, mulai dari Hans-Joachim Tiedge sampai Herta-Astrid Willmer? Berbaliknya Yurchenko, yang minta suaka pada Kedutaan Besar AS di Roma, telah mencetuskan polemik tak langsung antara Gedung Putih dan CIA. Gedung Putih berpendapat, tokoh Yurchenko tidak penting, tapi, menurut CIA, ia membocorkan banyak rahasia berharga. Selama di AS, menurut Yurchenko, ia disekap di sebuah rumah di Virginia, tempat orang-orang yang berpikiran sehat menladi gila. Lalu Yurchenko bicara tentang para pengawal yang tak henti-hentinya memata-matai dan adanya sistem alarem serta kawat berduri yang malang melintang di mana-mana. Juga disebut-sebut sejumlah pil dan suntikan yang terus-menerus dipompakan kepada Yurchenko dalam upaya CIA mengorek informasi daripadanya. "Semua itu merupakan pelanggaran terhadap norma-norma kemanusiaan yang paling mendasar," begitu kesimpulan Pravda. Di pihak lain Tass menuduh CIA bertindak tak ubahnya teroris karena telah menculik dan menyiksa Yurchenko, seorang diplomat Rusia. Tapi tak sedikit pula yang menuding Yurchenko sebagai agen ganda. Senator William S. Cohen benar-benar mencurigai maksud-maksud tersembunyi di balik pembelotan Yurchenko. Dimitri Simes, seorang asal Rusia yang kini bermukim di AS, menegaskan tidak mungkin Kedutaan Soviet menampilkan seorang pembelot hanya beberapa hari sesudah ia kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Simes yakin, Yurchenko memang sedang menjalankan tugas dari KGB di Amerika. Dalam kata lain, ia dicangkokkan tiga bulan di sana dan segera berbalik ketika tugasnya sudah dianggap selesai. Tapi bagaimana dengan Valentina Yereskovsky, wanita yang terlibat hubungan cinta dengan Yurchenko selama tujuh tahun? Kisah ini termasuk bagian paling gelap dalam teka-teki agen KGB itu. Yang pasti, hubungan mereka berakhir dalam sebuah pertemuan di Kanada, konon karena Valentina tidak mau membelot ke AS. Yurchenko kabarnya terpukul sekali dan semakin merasa tidak betah apalagi, karena sulit menemukan agen CIA yang bisa berbahasa Rusia. Memang, menurut pengakuannya, ia ditawari sebuah flat gratis dan gaji US$ 180.000 setahun asalkan bersedia menjadi informan CIA. Tapi Yurchenko menolak tanpa menyebut alasannya. Yurchenko bukanlah orang Soviet pertama yang berkhianat, lalu "insaf". Adalah Oleg Bitov, 53, yang lebih dulu mempraktekkan metode itu. Wartawan Rusia ini mengaku diculik dan dibius lalu minta suaka dan bermukim satu tahun di Inggris. Sesudah itu, tanpa sebab yang jelas, ia minggat dari London dan kembali ke Moskow. Sampai kini ia masih bekerja pada mingguan Literaturnaya Gazeta. Vladimir Ivanov juga diculik - tapi di Manila - dan tiba-tiba muncul di Kedutaan Soviet di Jerman Barat. Contoh paling terkenal tentu saja Svetlana Alliluyeva, putri tunggal Josef Stalin, yang balik ke Rusia, sesudah belasan tahun memperoleh suaka politik di AS. Mengapa Yurchenko kembali? Diduga karena toska, perasaan tersiksa yang diderita setiap orang Rusia bila mereka berada jauh dari tanah airnya. Toska ini dimanfaatkan oleh pemerintahan Tsar dulu dan pemerintahan komunis kini untuk menarik pulang mereka yang murtad. Tapi apakah Yurchenko juga terkena toska? I.S. Laporan Robin Sirens (Moskow) & Reuter (Washington)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini