Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa-peristiwa yang berakibat besar kadang berlangsung sekejap, dan berakhir dalam hitungan detik. Di Distrik Maiwand, Kandahar, sebuah sepeda motor triba-tiba diparkir tidak jauh dari sebuah minibus milik tentara Amerika Serikat. Selintas, terdengarlah ledakan besar yang mengguncang. Dua tentara Afganistan tewas seketika, enam tentara Amerika luka-luka.
Itulah Kandahar, tanah kelahiran Taliban, pekan lalu. Tapi Taliban tidak cuma unjuk gigi di provinsi itu. Di Distrik Musa Qala di Provinsi Helmand, warga menyaksikan: Taliban berjalan-jalan secara bebas di pusat kota. Toko-toko segera tutup, penduduk ketakutan, melarikan diri dari kota itu.
Pendudukan Taliban atas Musa Qala dan distrik di dekatnya bukan kali yang pertama. Tahun lalu, pasukan puritan itu juga menguasai daerah tersebut. Tapi keadaan kemudian membaik. Sejak empat bulan lalu, bekas Gubernur Provinsi Helmand ikut campur mengatasi masalah itu. Mantan gubernur itu membuat perjanjian dengan para sesepuh suku lokal, tak akan membiarkan Taliban masuk kota. Mereka menyerahkan kota itu kepada pasukan Inggris dan Belanda.
Namun, Kamis malam itu, Ratusan taliban menyerang kantor kepala distrik, merusak tempat sekitarnya, serta mengibar-ngibarkan bendera mereka di gedung-gedung kantor administratif distrik.
Serentetan ledakan bom, pengambilalihan wilayah, merupakan bagian operasi kelompok Taliban yang membuat geram AS. Kamis pekan lalu, dalam pertemuan menteri pertahanan negara-negara anggota NATO di Seville, Spanyol, AS mengajukan keinginannya memimpin pasukan koalisi di Afganistan. “Kami mengeluarkan banyak uang, dan pasukan, begitu juga komitmen memberantas terorisme. Harus jelas arahnya,” ujar Duta Besar Amerika untuk NATO, Victoria Nuland, kepada Bloomberg di Brussel pekan lalu.
Selama ini pasukan yang tergabung dalam ISAF sejak 2003 memang dipimpin NATO. Ada partisipasi 37 negara dengan 33 ribu tentara di dalamnya—12 ribu dari AS. Negara Abang Sam juga meminta negara-negara NATO mengirim lebih banyak pasukan dan uang ke Afganistan. “Kami harap para sekutu melakukan yang lebih banyak bisa dilakukan secara seimbang antara kepentingan keamanan dan pembangunan,” kata Nuland. AS berharap bisa mengikis habis Taliban tahun ini, dan membebaskan masyarakat Afganistan dari kemiskinan.
Di Afganistan NATO menjalankan strategi ganda. Di satu pihak, mereka mencoba menekan Taliban di medan selatan dan timur; di lain pihak mereka mendatangkan bantuan internasional buat memperbaiki pedalaman dan ekonomi di kawasan tak berhukum (tribal area), di sepanjang perbatasan Afganistan-Pakistan.
Taliban menggunakan kawasan tak berhukum seluas 35 kilometer yang terletak di sepanjang perbatasan Pakistan sebagai markasnya. Presiden Pakistan Pervez Musharraf mengakui para tentara Pakistan mengizinkan Taliban menyeberangi perbatasan dengan leluasa. Para serdadu itu juga tak berniat memeranginya. Namun, Musharraf membantah bahwa pemerintah Pakistan mendukung aktvitas Taliban kembali berkuasa di Afganistan. Karena itu, Presiden Musharraf berencana akan memagari perbatasan yang bergunung-gunung dan liar itu sekitar 300 kilometer.
Alam Afganistan tak mudah ditaklukkan oleh pasukan asing mana pun. Karena itu, provinsi yang berada di sepanjang perbatasan Afganistan-Pakistan mulai dari Kandahar, kota besar pusat Taliban yang berbatasan dengan Quetta di Pakistan, kawasan pegunungan Balukhistan, sampai Towrkham yang tak jauh dari Peshawar di Pakistan menjadi tempat yang aman bagi persembunyian para taliban. Militer AS memperkirakan masih sekitar 6.000 serdadu Taliban beroperasi di Afganistan. Basis mereka di sekitar perbatasan Pakistan yang tak bisa disentuh hukum, tribal area.
Di situlah, di bawah perlindungan para panglima perang yang menguasai kawasan-kawasan tertentu, kelompok Taliban bisa hidup nyaman. Belum lagi bantuan yang datang dari para guru-guru mengaji dan ulama-ulama Pakistan. Bukankah Taliban tidak lain dari produk madrasah-madrasah di pinggiran Pakistan itu?
Menurut juru bicara Taliban di Afganistan Selatan, Qari Muhammad Yusuf Ahmadi, Taliban belakangan ini makin kuat di setiap provinsi dan desa. Pernyataan itu sebenarnya berlebihan. Taliban hanya tersebar tak lebih di 10 provinsi dari 34 provinsi di Afganistan. Di antaranya: Paktika, Khost, Ghazni, Paktiya, Helmand, Kandahar, dan Lowgar.
Taliban diusir dari kekuasaannya oleh AS pada 2001, sebulan setelah peristiwa 11 September. Alasannya, mencari tokoh di balik penyerangan bangunan kembar WTC di New York dan tempat-tempat strategis di AS lainnya. Kemudian, AS mengalihkan tugas pemulihan keamanan di Afghanistan ke tangan NATO, pasukan dari 26 negara yang kini telah berkembang menjadi 37 negara. Tugasnya terutama, mencari pimpinan al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Alih-alih mampu mencari Usamah, malah kekuatan Taliban terus menguat di beberapa tempat di Afganistan.
Untuk menambah kekuatan di Afganistan, bekas Komandan Misi Afganistan Inggris, David Richards, sepakat dengan rencana Amerika Serikat. “Diperlukan 4.000 sampai 5.000 serdadu lagi,” ujarnya. Italia lewat Perdana menteri Romano Prodi sudah menyanggupi mengirim 1.800 tentaranya ke Kabul dan Afganistan Barat. Pemerintah Jerman juga sudah mengajukan tambahan pengiriman pasukan ke parlemennya. “Situasinya sangat berbahaya,” kata Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef Jung kepada Bild Zeitung. Kalau disetujui, jet-jet tempur Jerman akan berada di kawasan perang pertengahan April.
Bukan hanya pasukan sekutunya yang diinginkan AS. Presiden George Walker Bush pekan ini sudah mengajukan tambahan anggaran ke Kongres sebesar US$ 5,9 miliar. “Anggaran tersebut digunakan untuk melatih pasukan keamanan Afganistan,” begitu bunyi dokumen proposal anggaran Gedung Putih. Pada 2008, Bush memerlukan US$ 2,7 miliar untuk pelatihan di Afganistan. Presiden Bush juga mengajukan tambahan dana cepat 2007, sebesar US$ 698 juta untuk membangun jalan, tenaga listrik, bantuan pangan, dan keperluan lainnya.
Jelas, Bush tak mau malu seperti di Irak. Pengambilalihan pimpinan NATO di Afganistan serta gerojokan dana diharapkan mampu menaikkan kembali popularitasnya dan mendongkrak dukungan terhadap Partai Republik.
Ahmad Taufik (Reuters, DPA, Jihad Unspun)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo