Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil ketua Hamas, Saleh al-Arouri, yang tewas dalam serangan drone Israel di Beirut, merupakan tokoh kunci gerakan Palestina yang sangat diburu Amerika Serikat. Bahkan kepalanya oleh AS dihargai sampai 5 juta dolar atau Rp77 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arouri tewas di apartemennya, Selasa, 2 Januari 2023, dalam sebuah serangan drone. Kantor Berita Nasional Lebanon mengutuk "pembunuhan" Arouri dalam sebuah postingan di X, menyebutnya sebagai "serangan terhadap kedaulatan, stabilitas, dan perdamaian sipil" Lebanon. Dikatakan ledakan itu menewaskan total enam orang dan dilakukan oleh pesawat tak berawak Israel, demikian dikutip USAToday, Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aurori, 57 tahun, adalah pemimpin politik senior Hamas pertama yang tewas sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat menghancurkan Gaza setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Ia adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Izz-el-Deen al-Qassam.
Ia merupakan tokoh penting Hamas dan penghubung antara kelompok tersebut dengan Ioleh pejabat keamanan nasional Israel dan AS terlibat dalam pendanaan dan pelatihan anggota Hamas yang melakukan serangan teroris pada 7 Oktober di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan serangan lain.
Kantor berita milik pemerintah Lebanon juga mentweet sebuah pernyataan yang dikatakan telah dikeluarkan oleh Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon, yang menyatakan bahwa mereka berduka atas Arouri “dan sejumlah rekan mujahidinnya.”
“Kami menganggap pembunuhan Syekh Saleh al-Arouri dan rekan-rekannya yang mati syahid di jantung pinggiran selatan Beirut merupakan serangan serius terhadap Lebanon, rakyatnya, keamanan, kedaulatan, dan perlawanannya,” menurut pernyataan yang dikaitkan dengan Hizbullah.
Ratusan warga Palestina turun ke jalan Ramallah dan kota-kota lain di Tepi Barat untuk mengutuk pembunuhan Arouri, sambil meneriakkan, "Balas dendam, balas dendam, Qassam!"
REUTERS | USATODAY