Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kerusuhan di ujung barat

Pemerintah cina terpaksa mengirimkan 100 ribu tentara pembebasan rakyat ke provinsi xinjiang karena ada kerusuhan etnis. diduga, 1.000 sampai 2.000 orang tewas. kaum muslim di xinjiang terkekang.

21 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CINA rusuh lagi. Pekan lalu Pemerintah RRC terpaksa mengirimkan 100 ribu Tentara Pembebasan Rakyat ke Provinsi Xinjiang gara-gara kerusuhan etnis. Berita terakhir menyatakan, kerusuhan-kerusuhan etnis itu telah menjalar ke Urumqi, ibu kota daerah otonomi itu. Menurut kabar resmi, 50 orang telah tewas. Tapi kata kabar yang tak bisa onfirmasikan, sekitar seribu sampai dua ribu orang yang tewas. Hingga pekan lalu hanya ada satu penjelasan dari Pemerintah Cina. Seorang pejabat departemen luar negeri yang diwawancarai wartawan asing mengatakan, "Pada hari Jumat (6 Maret) lalu, beberapa ratus orang Uighur melakukan pengacauan dan kami telah menggerakkan pasukan bersenjata ke sana untuk menguasai keadaan. Sampai sekarang keadaan masih belum aman." Kata seorang diplomat barat yang mengaku memperoleh bocoran dari sumber departemen luar negeri Cina, keributan itu dimulai di Kota Kashgar. Seorang turis Prancis yang berada di Urumqi mengabarkan ke Beijing lewat telepon, tiba-tiba saja pemandu rombongannya mengatakan, turtur ke Kashgar, kota paling barat di Cina, dibatalkan tanpa alasan jelas dan memuaskan. Ia mendapat pemberitahuan karena cuaca jelek dan keadaan jalan sangat buruk. Kashgar, sebuah kota yang berasal dari oasis, terletak di Jalan Sutera yang begitu terkenal dalam sejarah dan pernah dikunjungi oleh penjelajah legendaris dari Italia, Marco Polo. Sebagian besar penduduk kota yang berjumah 100 ribu itu terdiri dari orang Muslim Uighur. Di kota itu pula pada 1980 terjadi kerusuhan etnis menentang orang-orang Han, mayoritas penduduk Cina. Penduduk Muslim juga masih menganggap penguasaan Cina atas wilayah itu sebagai penjajahan asing. Xinjiang, provinsi paling ujung barat Cina dengan wilayah seluas 1,6 juta km2 (sekitar 12 kali Pulau Jawa), hanya berpenduduk sekitar 15 juta. Dari jumlah itu kurang dari enam juta terdiri dari orang Uighur yang beragama Islam, keturunan bangsa Turki. Selain itu terdapat juga bangsa-bangsa minoritas lain seperti Uzbek, Kazak, dan Tajik. Provinsi ini berbatasan dengan republik-republik Islam Soviet, tempat gelombang nasionalisme dan fundamentalisme Islam akhir -akhir ini muncul dengan deras. Kebetulan, Xinjiang punberbatasan dengan Tibet yang juga selalu bergolak. Dan kebetulan pula, sebegitu jauh Pemerintah Cina selalu menuduh kegiatan kaum separatis di Xinjiang dan Tibet itu sebagai komplotan Muslim dan pendeta Budha yang didalangi "imperialisme dan subversi asing". Orang-orang Uighur -- minoritas di kampungnya sendiri -- memang patut merasa tak puas. Sejak 1949 ketika RRC mulai berdiri, proses Sinifikasi di wilayah itu berjalan dengan efektif. Emigran suku mayoritas Han didatangkan, dan kegiatan keagamaan orang Uighur dikekang. Karena keluasan wilayahnya, Xinjiang merupakan tempat percobaan peledakan senjata nuklir Cina. Menurut kabar terakhir, keributan baruitu dicetuskan bukan oleh orang Uighur, tapi orang Kirgiz yang berjumlah sekitar 12.000 orang. Mereka memberontak karena pemerintah pusat memutuskan pelarangan pendirian masjid dan sekolah Islam. Sebenarnya, bukan orang Kirgiz saja yang tak puas dengan kebijaksanaan pemerintah. Kaum Muslim Xinjiang umumnya memprotes dipaksakannya kebijaksanaan satu anak yang dijalankan sebagai upaya menekan jumlah penduduk yang sudah melebihi 1,1 milyar itu. Kerusuhan menghebat dengan terbunuhnya dua wakil pemerintah yang tadinya berusaha menjadi perantara. Fakta bahwa Beijing perlu mengirimkan satuan tambahan menunjukkan bahwa keadaan di sana cukup genting. Duet yang tak serasi, antara Jiang Zemin dan LI Peng, tampaknya mesti menghadapi hal-hal yang serius. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus