Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ketika Korban Kudeta Bertambah Banyak

Korban kudeta gagal Turki mencari keadilan melalui pusat krisis yang dibangun di kantor gubernur di Istanbul. Menafikan keadilan.

17 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Istanbul, di sebuah antrean panjang di kantor gubernur, seorang lelaki tua bernama Necati menunggu giliran. Namun, tatkala namanya dipanggil, ia meminta nama keluarganya tak disebut. Sejak kudeta yang gagal dan lalu menantunya dipenjarakan, keluarganya kehilangan mata pencarian.

Menurut Necati, menantu laki-lakinya itu polisi yang tengah bertugas saat kejadian pada malam kudeta, 15 Juli lalu. Sang menantu kebetulan bertugas menjaga gedung pemerintahan Ankara agar tidak diambil alih militer pelaku kudeta.

Namun, setelah bertugas dan kembali ke rumah, sang menantu malah digelandang pada pukul 01.30 di depan keluarganya hingga mereka ketakutan. Tuduhannya terlibat gerakan Gulen. ”Dia bekerja untuk pemerintah. Dia tidak pernah berhubungan dengan gerakan Gulen atau sesuatu seperti itu. Ini benar-benar tidak adil,” ujar Necati.

Pembentukan pusat krisis ini muncul setelah pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang diduga terlibat dalam kudeta gagal itu. Pemerintah Erdogan menuding mereka terkait dengan gerakan Hizmet yang didirikan Fethullah Gulen, ulama Turki yang dituding sebagai dalang kudeta. Gulen, yang menetap di Pennsylvania, Amerika Serikat, sejak 1999, membantah terlibat aksi kudeta gagal tersebut.

Dikutip dari turkeypurge.com, Ankara memecat 104.914 pegawai pemerintahan, termasuk guru dan birokrat; menonaktifkan 3.531 hakim dan jaksa; serta menutup 2.099 sekolah. Rupanya, sejak pembersihan besar-besaran itu, Ankara mulai sangsi, dari ribuan orang yang ditangkap itu pasti ada yang tidak terlibat.

Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan, jika ada ”salah perhitungan”, mereka yang ditangkap akan kembali diperiksa dan setiap kesalahannya diperbaiki. Menurut Yildirim, dibentuklah pusat manajemen krisis. ”Pusat krisis itu muncul sebagai bagian dari upaya tersebut.”

Necati pun berharap pusat krisis akan membantu kasus yang menimpa anak menantunya itu. Namun dia khawatir terjadi sesuatu selama persidangan. Benar saja, ketika anak menantunya dibawa ke pengadilan, serta berdasarkan keterangan saksi dan bukti, hakim memutuskan dia harus dibebaskan. Tapi, baru lima menit berlalu, pemerintah Ankara memutuskan menangkapnya. ”Kami tidak tahu apa yang terjadi pada lima menit itu,” ujarnya. Pembentukan pusat krisis mendapat kritik, khususnya dari para guru dan birokrat. Soalnya, sektor yang paling banyak dibersihkan Ankara adalah para pendidik, bukan anggota militer Turki yang mencoba melakukan kudeta.

Hakan Kocak, akademikus, mengatakan keputusan tersebut absurd apalagi jika melihat jumlah 27 ribu guru. ”Sejumlah orang yang tidak Anda ketahui menyatakan Anda bagian dari organisasi yang sebenarnya Anda juga tidak ketahui. Mereka hanya menyebutkan ada tautan tanpa bisa menjelaskan. Tapi Anda kemudian kehilangan pekerjaan Anda dalam semalam,” katanya saat berunjuk rasa di Ankara.

Tapi, menurut Adil Tasatan, pejabat serikat guru, upaya pemerintah melakukan pembersihan itu tepat untuk mencegah kudeta di masa depan. Namun upaya pembersihan dengan ”menyapu” para guru telah mengubah prinsip dasar keadilan. ”Pusat krisis itu adalah lelucon,” ucapnya. Dia menilai hal yang janggal ketika seseorang yang dinyatakan bersalah lalu diberi tahu harus membuktikan sendiri bahwa mereka tidak bersalah. ”Bagaimana mungkin keadilan harus bekerja?” ujarnya.

Ankara berjanji bertindak hati-hati, termasuk membuang tuduhan anonim terhadap orang-orang yang ditangkap, kendati upaya pembersihan terus dilakukan. Buktinya, pembersihan dan pemecatan terus terjadi hingga pekan ini.

SUKMA LOPPIES (NPR.ORG, TURKISH MINUTE)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus