Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK mudah menjelaskan kepada orang luar tentang dalamnya dukacita yang melanda seluruh anak negeri Thailand selepas mangkatnya Bhumibol Adulyadej, raja yang amat mereka cintai.
Naik takhta pada Juni 1946, Bhumibol menegakkan satu monarki lemah menjadi pusat kehidupanyang meneguhkan identitasbangsa Thai. Dia adalah penengah yang tak ada duanya dalam konflik politik yang mendera Kerajaan Thailand. Sebagai pemimpin monarki konstitusional, dia pernah mengintervensi secara terbuka perlawanan mahasiswa terhadap pemerintah militer pada 1973. Demi mencegah perang saudara, dia melakukan hal yang sama pada 1981 dan 1992. Kewibawaan moralnya membuat Bhumibol dikenang dengan penuh hormat oleh seluruh rakyatnya: Thailand akan berkabung selama satu tahun.
Selama tujuh dekade pemerintahannya, raja kesembilan dinasti Chakri ini terjun langsung untuk mengubah wajah negerinya dari perdesaan sederhana menjadi negara modern dan makmur. Pemimpin monarki Thailand ini sejatinya naik takhta karena ¡±kecelakaan¡±. Kakaknya, Pangeran Mahkota Ananda Mahidol, terbunuh pada usia 20 tahun dalam insiden penembakan misterius di Istana Chitralada, 1946. Bhumibol masih berusia 18 tahun ketika itu. Dia tak bisa serta-merta dimahkotai. Thailand menanti empat tahun sebelum menobatkan sang Pangeran sebagai penerus monarki pada Mei 1950.
Rakyat Thailand menyebutnya Nai Luang (Bapa Agung). Bhumibol adalah sosok seriusbahkan senyum pun jarang terkembang di wajahnya. Sikap serius ini tecermin pula dengan benderang dalam cara dia memimpin kerajaan. Bhumibol memprakarsai berbagai proyek pembangunan dan memantaunya dengan cermat. Kesejahteraan petani dan masyarakat perdesaanmayoritas penduduk Thailandmenjadi prioritas utamanya. Dia membangun bendungan, memperbaiki sistem irigasi, dan mengembangkan industri olahan susu sapi. Halaman istana dia dedikasikan menjadi lokasi penelitian.
Energi Bhumibol yang meluap-luap membuat para pembantudan tamu-tamunyakerap kelimpungan mengikuti langkahnya. Dia membaca cermat aneka rencana dan laporan pembangunan. Dan dia mendesak para pembantunya mendalami tugas-tugas secara serius. Salah satu proyek yang sungguh menyita perhatiannya serta Ratu Sirikitpermaisuri Bhumiboladalah program tanaman pengganti di wilayah Thailand utara. Di sini para petani diajak mengganti ganja dengan tanam¡©an kopi dan tanaman pertanian lainnya.
Kerap turun ke daerah, Bhumibol tak pernah alpa berbicara kepada warga desa dalam setiap kunjungannya. Inilah hal yang selalu dia tanyakan: apa masalah mereka dan apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk menyelesaikannya. Putri Maha Chakri Sirindhornanak nomor tiga dari empat putra-putri Raja Bhumibol-Ratu Sirikitrajin mendampingi ayahnya dalam aneka kunjungan.
Di latar politik, Bhumibol dikenal punya kemampuan luar biasa meredakan krisis politik, khususnya selama 1981-1992. Pada masa itu, ada dua kelompok perwira dari Akademi Militer Chulachomklao berebut kekuasaan. Terjadi bentrokan senjata di antara para pengikut mereka pada 1992.
Dunia terpukau menyaksikan, pada masa itu, betapa para jenderal yang bertikai, seperti Jenderal Suchinda Kraprayoon dan JenderalChamlong Srimuang, luluh di hadapan Raja. Mereka membungkuk hormat di hadapan Bhumibol seraya takzim mendengarkan titahnya ini: ”Kita berkelahi di dalam rumah kita sendiri. Apa gunanya berdiam di atas puing-puing yang terbakar?”
Beberapa pengkritiknya menuding Bhumibol terlalu berpihak pada pemerintah militer. Mereka juga menganggapnya tak berbicara terbuka tentang pelanggaran hak asasi manusia di negeri itu. Namun penerapan hukum lèse-majesté (penghinaan terhadap raja) yang ketat membuat kritik semacam ini sirna dengan cepat. Ada hukuman berat bagi mereka yang berkata-kata dengan tidak patut terhadap raja dan keluarganya.
Sebagai pribadi, Raja Bhumibol boleh dikata ”sosok renaisans”. Dia gemar melukis, gandrung memotret, dan mahir bermain musik jazz. Memainkan klarinet dan saksofon, dia pernah tampil bersama ikon jazz Amerika semacam Benny Goodman.
Jenazah Bhumibol akan disemayamkan di Wat Phra Kaew, Kuil Buddha Hijau, sebelum upacara kremasi agung dilangsungkan pada akhir pekan ini. Jutaan rakyat diperkirakan hadir menyampaikan belasungkawa—ini rekor pelayat terbesar dalam sejarah perabuan anggota keluarga Kerajaan Thailand.
Berdasarkan Undang-Undang Istana Tahun 1924, mahkota Raja Thailand akan beralih kepada Putra Mahkota Pangeran Maha Vajiralongkorn—kini 64 tahun. Perdana Menteri Jenderal PrayuthChan-ocha, yang berkuasa setelah kudeta 2014, menjamin negara akan tetap stabil dan aman pada hari-hari mendatang.
Tapi rezim militernya dan para politikus yang tak putus bertikai kini harus menghadapi tanggung jawab besar, yakni merancang rekonsiliasi politik yang menentukan masa depan Thailand yang bebas dari rasa takut dan intimidasi. Mereka harus melakukan itu sendirian tanpa sentuhan tangan Nai Luang, Bapa Agung, yang telah tiada. YULI ISMARTONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo