Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ketika Mineral Jadi Senjata

4 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA sepekan lalu, industri mobil hibrida Jepang bak cacing kepanasan. Penyebabnya, pasokan mineral yang menjadi bahan utama mesin mobil elektrik itu terhenti total. Kelompok mineral langka di dunia, yang terdiri atas 17 jenis, memang paling banyak diproduksi Cina. Mineral seperti neodymium dan samarium sangat dibutuhkan untuk bahan peluru kendali dan baterai.

Jepang bersama Amerika adalah konsumen besar produk Cina. Negara yang memproduksi barang elektronik dan otomotif sangat bergantung pada mineral-mineral ini. Soalnya, mineral ini merupakan bahan dasar suku cadang elektronik untuk iPod, lampu hemat energi, mesin mobil listrik, serta perangkat sonar kapal perang dan kapal selam, pembidik meriam, tank, dan rudal.

Pemerintah Cina membantah kabar bahwa penghentian pasokan mineral itu merupakan tekanan kepada Jepang untuk membebaskan kapten kapal nelayan, Zhan Qixiong. Sejak awal September lalu, kedua raksasa ekonomi Asia ini bertikai karena insiden kapal nelayan Cina yang menabrak dua kapal patroli Jepang di Kepulauan Senkaku. ”Tak ada blokade, semua berjalan seperti biasa,” kata pejabat Kementerian Perdagangan Cina, Chen Rongkai.

Dudley Kingsnorth, Direktur Eksekutif Industrial Minerals of Australia, menjadi orang pertama yang melansir kabar ini. ”Banyak perusahaan yang prihatin atas penghentian itu,” ujarnya. Di Jepang, yang paling terpukul adalah perusahaan mobil hibrida, seperti Toyota dan Mitsubishi. Mobil Toyota Prius, yang sedang marak di pasar saat ini, setidaknya butuh satu kilogram mineral untuk setiap bagian mesinnya.

Cina adalah pengekspor terbesar kebutuhan dunia untuk mineral langka, karena 99 persen penambangan mineral ini ada di negeri itu. Setidaknya 93 persen pasokan dunia berasal dari Cina. Kelompok mineral ini selalu menyatu dalam unsur radioaktif uranium dan torium. Pemisahan mineral ini dari unsur radioaktif perlu keahlian tinggi, dan membuat prosesnya mahal. Tapi Cina bisa menjual dengan harga murah.

Jepang tak bisa melaporkan penghentian pasokan mineral langka ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Soalnya, secara lihai Cina mengatur agar persoalan ini tak terlihat sebagai embargo atau boikot, tapi sekadar masalah administrasi pengiriman di pelabuhan.

Toh, di Amerika, kasus itu membuat Komite Sains dan Teknologi Kongres Amerika meminta pembahasan khusus undang-undang yang memungkinkan Amerika memproduksi kembali ini. Sebelumnya, Amerika memiliki penambangan mineral ini di Mountain Pass, California. Tambang itu ditutup pada 2002 lantaran dianggap tak ramah lingkungan. Tak cukup dengan itu, Pentagon pun meminta Komisi Pertahanan Kongres membahas ketergantungan militer Amerika terhadap mineral pasokan Cina.

Selama ini, Abang Sam bergantung pada Jepang, yang memproduksi bahan magnet dan komponen yang mengandung mineral itu, untuk persenjataannya. Bila Jepang kehabisan stok sehingga tak bisa berproduksi, ”Amerika akan sangat bergantung pada Cina untuk impor mineral tersebut,” kata anggota Kongres, Jeff Green.

Yophiandi (New York Times, Washington Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus