Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMIMPIN Gereja Katolik Paus Fransiskus dikabarkan masih dalam keadaan kritis, Selasa, 25 Februari 2025. Namun, Vatikan menyatakan kondisinya sudah menunjukkan "sedikit perbaikan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kondisi klinis Bapa Suci menunjukkan sedikit perbaikan," demikian bunyi info pembaruan kesehatan tersebut. Paus, kata pernyataan yang dikutip Reuters itu, “masih menerima oksigen, meskipun dengan aliran dan persentase oksigen yang sedikit berkurang".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun ini telah menghabiskan malam ke-11 di Rumah Sakit Gemelli Roma. Ini adalah masa inap terlamanya dalam masa kepausannya selama hampir 12 tahun.
Yang menjadi pertanyaan adalah ketika seorang paus tidak dapat melakukan tugasnya dalam jangka lama, karena sakit atau hal lain, bagaimana kepemimpinan kepausan dialihkan?
Menurut artikel yang dilansir Times of India, Vatikan memiliki hukum dan ritual yang mapan untuk mengalihkan kekuasaan kepausan ketika seorang paus meninggal atau mengundurkan diri. Namun, tidak ada ketentuan seperti itu jika seorang paus jatuh sakit parah atau tidak sadarkan diri.
Jadi ini berarti, meskipun dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis karena infeksi paru-paru yang parah, Paus Fransiskus tetap bertanggung jawab atas Gereja Katolik.
Bagaimana Hukum Kanonik Mengatur Kekosongan Kepausan?
Hukum Kanonik mengatur dengan jelas ketika seorang uskup tidak dapat memimpin keuskupannya karena ketidakmampuan, pengasingan, atau alasan lainnya. Namun, tidak ada aturan seperti itu yang berlaku untuk paus.
Kanon 335 menyatakan bahwa jika Takhta Suci menjadi "kosong atau sepenuhnya terhalang," tidak ada perubahan yang boleh dilakukan pada tata kelolanya. Namun, kanon ini tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kepausan yang "sepenuhnya terhalang" atau menguraikan proses apa pun untuk menangani situasi seperti itu.
Pada 2021, sekelompok ahli hukum kanon berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan menyusun norma-norma yang diusulkan untuk mengatur situasi ketika paus tidak dapat memerintah. Usulan mereka menunjukkan bahwa jika terjadi "ketidakmampuan total," dewan kardinal akan mengambil alih pemerintahan.
Jika ketidakmampuan itu bersifat sementara, sebuah komisi akan mengawasi urusan gereja dengan evaluasi medis setiap enam bulan untuk menentukan apakah paus dapat melanjutkan kepemimpinannya.
Awalnya topik ini dipandang sensitif dan kontroversial. Namun, inisiatif ini kemudian mendapatkan dukungan, termasuk dari Kardinal Gianfranco Ghirlanda, pengacara hukum Paus Fransiskus. Dia mengakui perlunya pedoman jika seorang paus menjadi tidak mampu menjalani tugas secara permanen, meskipun pertanyaan kuncinya tetap ada: siapa yang memiliki wewenang untuk menyatakan bahwa seorang paus tidak dapat lagi memerintah?
Ghirlanda telah menyarankan agar sebuah panel ahli medis dapat menilai kondisi paus. Jika mereka memutuskan bahwa kondisinya tidak dapat dipulihkan, para kardinal yang berbasis di Roma kemudian dapat secara resmi menyatakan bahwa ia tidak mampu menjalani tugas, sehingga memulai proses pemilihan paus yang baru.
Apa Status Surat Pengunduran Diri yang Telah Diserahkan Paus?
Di awal kepausannya, Fransiskus telah menulis surat pengunduran diri, untuk digunakan jika ia secara medis tidak mampu lagi memimpin. Surat tersebut dikabarkan telah berada di tangan sekretaris negara saat itu, Kardinal Tarcisio Bertone.
Hukum kanonik mengharuskan pengunduran diri kepausan dilakukan secara bebas dan diketahui oleh publik, seperti yang terjadi saat Paus Benediktus XVI mengundurkan diri pada 2013. Namun, tanpa konfirmasi resmi mengenai kondisi yang dijelaskan dalam surat Fransiskus, tidak jelas apakah pengunduran diri tersebut akan dianggap sah dalam praktiknya.
Apa yang Terjadi ketika Seorang Paus Meninggal atau Mengundurkan Diri?
Transisi kepausan hanya terjadi ketika seorang Paus meninggal dunia atau mengundurkan diri. Selama periode yang dikenal sebagai "sede vacante" (vacant see) - periode waktu ketika keuskupan atau kepausan tidak memiliki pemimpin, Camerlengo, yang saat ini dijabat oleh Kardinal Kevin Farrell, mengelola administrasi dan keuangan Vatikan. Dia juga mengesahkan kematian paus, menyegel apartemennya, dan mengawasi persiapan pemakaman sebelum konklaf diadakan untuk memilih penggantinya.
Namun, camerlengo tidak memiliki otoritas jika seorang paus sakit atau tidak mampu menjalani tugas. Demikian pula, ketua dewan kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re, tidak memiliki peran resmi kecuali jika kepausan sedang kosong.
Bagaimana Pekerjaan di Vatikan Dilakukan Saat Ini?
Meskipun beberapa masalah doktrinal tertentu membutuhkan perhatian langsung dari Paus, para kardinal senior Katolik dan pejabat Vatikan lainnya dapat membuat banyak keputusan harian yang mengatur Gereja global, Reuters melaporkan.
Sekitar 70 departemen dan kantor di negara mikro di Roma juga tetap buka seperti biasa selama tujuh hari dalam perawatan di rumah sakit – seperti yang biasa terjadi selama masa-masa sulit kesehatan paus selama hampir 12 tahun kepausannya.
Selain mengeluarkan informasi terbaru tentang kondisi paus, kantor pers Vatikan juga menerbitkan buletin harian seperti biasa dengan pengumuman keputusan kepausan, yang sebagian besar kemungkinan telah disetujui oleh Fransiskus jauh sebelum ia dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan pada 14 Februari.
Pada Sabtu, hari pertama paus dirawat di rumah sakit, kantor pers mengumumkan bahwa Fransiskus telah menunjuk seorang wanita pertama, Raffaela Petrini, yang mengambil peran yang mirip dengan gubernur Kota Vatikan. Paus sebelumnya telah menyebutkan rencananya dan Petrini akan mulai bekerja pada Maret.
Sementara itu tokoh-tokoh terkemuka, termasuk para kardinal senior Katolik, melanjutkan peran mereka seperti biasa dan tetap menjalankan rencana perjalanan mereka.
Pilihan Editor: Paus Fransiskus Sedikit Membaik, Telepon Pendeta di Gaza