PRESIDEN Francois Mitterand mulai tak ramah terhadap Uni Soviet.
Ia bahkan tak segan-segan mengusir. Pekan lalu, Mitterand
menyuruh pulang 47 diplomat dan ofisial perwakilan Uni Soviet di
Prancis termasuk sekretaris pertama, yang juga dikenal orang
KGB, Nikolai Chetverikov. Tuduhannya: melakukan kegiatan
mata-mata di bidang industri dan militer.
Surat kabar Le Figarro memperkirakan sekitar 30% pengetahuan
teknologi tinggi Prancis telah dicuri oleh agen-agen Uni Soviet.
Ini dikaitkannya dengan cukup banyaknya jumlah diplomat dan
ofisial mereka yang ditugaskan di Paris. Tempo 10 tahun terakhir
Uni Soviet telah meningkatkan anggota perwakilan mereka di
Prancis dari 200 menjadi 700 orang. "Dalam waktu dekat
pemerintah akan mengusir lebih banyak lagi orang Rusia," dugaan
harian petang France Soir.
Pengamatan lain muncul dari surat kabar sosialis Le Matin.
Harian in menduga Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB),
dinas rahasia Uni Soviet, telah berhasil mengumpulkan sejumlah
informasi penting mengenai kapal selam nuklir, bom neutron,
sistem peluru kendali, masalah aviasi, dan kegiatan militer
Prancis yang dikategorikan dokumen rahasia A1. Pihak militer
belum mengomentari dugaan yang dilontarkan Le Matin.
Juru bicara Max Gallo mengatakan pengusiran terhadap 47
warganegara Uni Soviet itu, sebagian besar diduga anggota KGB,
dilakukan setelah pemerintah Prancis mengetahui pasti kegiatan
yang mereka lakukan selama bertugas di sana. "Ini membuktikan
bahwa Prancis bukan negara yang lemah," ujar Gallo. Ia membantah
tindakan pengusiran merupakan hasil kerja sama dengan Amerika
Serikat.
Uni Soviet membantah keras tuduhan mata-mata yang dilontarkan
Prancis terhadap 47 warganegaranya. "Tuduhan itu sama sekali
tidak berdasr," tulis Kantor Berita Tass - pembawa suara resmi
pemerintah. ass menambahkan tindakan itu dilakukan sepihak dan
tanpa periksa.
Banyak yang berpendapat tindakan pengusiran yang diambil
Pemerintahan Mitterand sebagai langkah yang tepat, dan sekaligus
membuktikan Prancis sebagai negeri yang kuat. Tapi ada pula .
yang melihat tindakan tersebut sebagai pengalihan perhatian
masyarakat terhadap program penghematan yang dijalankan
pemerintah. Tahun lalu, defisit transaksi berjalan Prancis
tercatat US$12 milyar. Akibatnya: warganegara Prancis yang akan
berlibur ke luar negeri hanya diperbolehkan membawa uang asing
senilai US$275 dan uang lokal Fr. 1.000.
Ketua Partai Komunis Prancis (PCF) Georges Marchais, yang ketika
pengusiran terhadap orang-orang Uni Soviet dilakukan sedang
berada di Athena, memberikan komentar lunak. "Masalah cukup
kompleks," katanya. Ia berharap hubungan kedua negara tidak
rusak gara-gara itu.
Aksi agen-agen rahasia Uni Soviet tak cuma terbongkar di
Prancis. Juga di Inggris, Italia, Spanyol, Jerman Barat, Swiss,
Belanda, dan Jepang. Seminggu sebelum Mitterand unjuk gigi,
Spanyol telah mengusir seorang anggota KGB, dan Inggris
memulangkan dua diplomat serta seorang wartawan Uni Soviet.
Selama empat bulan terakhir tercatat 57 orang Rusia yang
dipersona non grata dari Eropa Barat.
Mengenai Jepang, menurut harian konservatif Nihon Jeizai Shimbun
edisi Sabtu lalu, diperkirakan ada sekitar 30 mata-mata Uni
Soviet melakukan kegiatan spionase industri di Tokyo. Yang
mereka curi adalah keterangan teknologi robot, komputer, dan
lainnya. Para agen tersebut dilaporkan mernbeli keterangan yang
mereka inginkan dari pekerja riset universitas dan lembaga
penelitian swasta. Bayaran untuk satu hasil riset disebut-sebut
sekitar Rp 200 juta. Surat kabar ini mengaku mengutip laporan
rahasia pemerintah. Tapi Pemerintahan PM Yasuhiro Nakasone
menolak mengomentari berita tersebut.
Tindakan balasan baru dilakukan Uni Soviet terhadap Inggris.
Yang diusir adalah Asisten Atase Angkatan Udara David Williams
dan koresponden surat kabar The Financial Times Anthony
Robinson. Kedua warganegara Inggris ini dituduh melakukan
kegiatan yang tidak bisa diterima Uni Soviet, dan diperintahkan
untuk angkat kaki dalam tempo sepekan. Keputusan pengusiran
disampaikan Uni Soviet, Sabtu lampau.
Tuduhan Uni Soviet yang tidak jelas terhadap Williams dan
Robinson, menurut Duta Besar Inggris Sir Ian Sutherland, terlalu
dicari-cari. "Ini tindakan balas dendam semata," kata Sutherland
seusai menyampaikan protes keras kepada pemerintah Uni Soviet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini