Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jalan tanpa ujung

Penyelesaian damai timur tengah tambah runyam, hussein gagal mendapat mandat dari PLO. Tokoh PLO, Issam Sartawi, terbunuh di Portugal. sementara Israel membangun terus tepi barat. (ln)

16 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU jam sesudah penembakan, mayat Issam Sartawi masih tergeletak berlumur darah di lobi Hotel Montchro, Albufeira, Portugal. Tokoh moderat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) itu ditembak oleh seorang pria jangkung, identitasnya belum diketahui, ketika sedang bercakap-cakap dengan dubes Tanzania. Peristiwa naas itu terjadi Minggu siang lalu tiga hari sesudah pihak PLO menolak Raja Hussein dari Yordania mewakili rakyat Palestina dalam perundingan damai dengan Israel. Kehadiran Sartawi, 48 tahun, di Albufeira erat kaitannya dengan penyelesaian kemelut Palestina. Ia, terakhir menjabat koordinator PLO di Eropa, mengemban tugas khusus dari ketua PLO Yasser Arafat untuk mendekati golongan kiri Israel. Mereka ini, seperti halnya Sartawi, hadir dalam Konperensi Sosialis Internasional ke-16 yang berlangsung di Albufeira. Sartawi, yang selalu bepergian tanpa pengawal, memang tokoh yang tepat untuk missi tersebut. Ia sebelumnya telah berhasil merintis hubungan baik dengan kelompok moderat Israel yang bersimpati terhadap penderitaan rakyat Palestina - hubungan baik ini dijajaki Sartawi lewat wakil-wakil Dewan Israel bagi perdamaian Israel-Palestina di tahun 1976. Tapi kali ini missinya ditentukan lain oleh tangan teroris. Terbunuhnya Sartawi, menurut Presiden Sosialis Internasional Willy Brandt, mungkin dikarenakan almarhum setuju jalan damai bagi penyelesaian masalah Palestina. "Kematiannya merupakan peringatan bagi kita agar usaha penyelesaian konflik Timur Tengah lebih ditingkatkan lagi," ujar Brandt. Komentar Brandt tersebut seperti mengisyaratkan adanya pihak tertentu yang dengan sengaja berusaha menggagalkan prakarsa perdamaian di Timur Tengah. Sekjen Dewan Nasional Palestina Mohammad Sebih, langsung menuding Mossad, dinas rahasia Israel, berdiri di belakang pembunuhan Sartawi. Israel membantah tudingan itu. Dan menuduh tokoh PLO garis keras, Abu Nidal, yang mendalangi perbuatan keji tersebut. Dengan terbunuhnya Sartawi penyelesaian damai krisis Timur Tengah tampak bertambah runyam. Perundingan penarikan mundur tentara Israel dari Libanon, yang terbentur pada soal Mayor Saad Hadad dengan 2.000 tentaranya, buntu. Sementara itu Israel terus melanjutkan perluasan pemukiman di wilayah Tepi Barat tanpa ada yang mampu menghentikannya. AS, sampai Sabtu lalu, masih belum memperlihatkan tanda-tanda memaksa Israel untuk menghentikan usaha pemukiman itu. Malah mereka menekan Palestina dengan syarat: Raja Hussein harus hadir dalam perundingan damai Timur Tengah. Mengapa AS memaksakan syarat itu? Jika PLO menerima persyaratan itu berarti mereka menyetujui rencana perdamaian Reagan - yang hanya mengakui hak otonomi Palestina dalam sebuah ikatan dengan Yordania. Jadi bukan hak untuk membentuk negara merdeka sebagaimana dituangkan dalam rencana perdamaian Fez dan dikukuhkan lagi oleh sidang Dewan Nasional Palestina di Aljir, Februari silam. Pertentangan yang mendasar antara usul Reagan dan rencana perdamaian Fez, yang disponsori oleh Arab Saudi, telah mengakibatkan perundingan damai di Timur Tengah jadi berlarut-larut. Sementara Israel tetap saja membangun pemukiman di Tepi Barat. Tidak heran bila Hussein terpaksa mengultimatum PLO agar dalam tempo 48 jam memberikan jawaban: memberi dukungan kepadanya atau tidak. Sebab, "waktu sudah mendesak," katanya. Tapi PLO tak mengacuhkannya - seperti diketahui Hussein tidak sedia berunding dengan Israel jika tidak mendapat mandat penuh dari PLO. Tidak diberikannya dukungan oleh PLO kepada Hussein, satu peluang lenyap sudah. Yang paling dirugikan bukan Yordania melainkan rakyat Palestina. Sebab Tepi Barat, yang diincar Palestina untuk tempat pemukiman, tiap hari digerogoti Israel. Seperti kata seorang politisi Yordania yang dekat dengan Istana: "Bila kita tidak menekan Israel untuk melakukan negosiasi mengenai Tepi Barat sekarang, mereka yang akan memaksa kita berunding soal Tepi Timur sebentar lagi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus