Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Filipina telah memberi Amerika Serikat akses lebih luas ke pangkalan militernya, kata pimpinan pertahanan Filipina pada Kamis 2 Februari 2023. Seperti dilansir Reuters, keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran Filipina atas meningkatnya kehadiran Cina di Laut Cina Selatan dan ketegangan dengan Taiwan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Jika Diprovokasi, Filipina Siap Melawan Cina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di bawah Perjanjian Peningkatan Kerja Sama Pertahanan (EDCA) 2014, Filipina menambahkan empat akses lokasi untuk AS,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Filipina Carlito Galvez dalam konferensi pers bersama di Markas Besar Militer Filipina di Manila.
Austin yang berada di Filipina dalam rangka memperluas alternatif aksi keamanan untuk meningkatkan upaya menghalangi setiap langkah Cina menentang Taiwan, menyebut keputusan Filipina adalah keputusan yang penting.
Dia juga menegaskan kembali komitmen AS untuk memperkuat aliansi dengan Filipina.
"Aliansi kami membuat demokrasi kedua negara semakin aman dan mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ujar Austin, yang kunjungannya didahului oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris di Pulau Palawan, Laut Cina Selatan, pada November 2022.
Menurutnya, upaya tersebut bertujuan untuk memodernisasi aliansi dan dinilai penting untuk mengatasi aktivitas merusuhi di perairan sekitar Filipina.
"Kami membahas tindakan nyata untuk mengatasi aksi destabilisasi di perairan sekitar Filipina, termasuk Laut Filipina Barat. Kami juga berkomitmen untuk memperkuat kapasitas bersama untuk melawan serangan bersenjata," tutur Austin.
Namun, Austin dan Galvez tidak merinci lokasi yang akan dibuka untuk AS. Galvez yang merupakan mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina itu mengatakan AS meminta pembukaan akses ke pangkalan-pangkalan di Pulau Luzon, yang berdekatan dengan Taiwan, dan Palawan di barat daya, dekat Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.
Tak ayal angkah ini menuai kemarahan Cina. Beijing menegaskan akses AS yang lebih luas ke pangkalan militer Filipina dapat mengganggu stabilitas regional dan meningkatkan ketegangan.
"Ini aksi yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan dan membahayakan perdamaian dan stabilitas regional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning.
Di bawah perjanjian EDCA, AS dapat mengakses sebanyak sembilan pangkalan militer milik Filipina. AS juga akan mengalokasikan lebih dari US$82 juta untuk infrastruktur di lokasi yang ada.
Selain itu, perjanjian EDCA memperbolehkan akses AS ke pangkalan militer Filipina untuk tujuan pelatihan bersama, persiapan posisi peralatan, dan pembangunan fasilitas seperti landasan pacu, gudang bahan bakar, dan perumahan sementara untuk personel militer.
REUTERS