Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Wakil Presiden Filipina Sara Duterte yang mengancam akan membunuh Presiden Feerdinand R. Marcos Jr., membuat suasana politik di negara itu makin panas. Putri eks Rodrigo Duterte, presiden sebelumnya, mengancam akan membunuh Marcos Jr., Ibu Negara Liza Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika dia sendiri terbunuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak berselang lama, Marcos Jr. menanggapi pernyataan Sara Duterte. Pada Senin, 25 November 2024, pria yang disapa Bongbong Marcos ini menyatakan bahwa masalah tersebut diawali dari Duterte yang menolak menjawab pertanyaan tentang dugaan penyalahgunaan dana oleh kantor wakil presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah pesan video yang dikutip dari Reuters, Bongbong Marcos menyatakan bahwa masalah tersebut tidak akan berkembang menjadi drama seperti ini, jika saja Duterte menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para anggota parlemen tersebut. "Kebenaran tidak boleh diungkapkan secara sembrono," katanya. Marcos mengacu pada perang narkoba yang kontroversial yang dilakukan oleh ayah Sara, Rodrigo Duterte.
Pernyataan Sara Duterte memicu kecaman besar-besaran dan mendorong lembaga penegak hukum untuk menyelidiki. Otoritas Filipina bergerak memastikan keselamatan presidennya.
Berikut adalah profil Sara Duterte:
Dilansir dari Rappler, perempuan yang memiliki nama lengkap Sara Zimmerman Duterte lahir pada 31 Mei 1978 di kota Davao. Ia adalah putri dari mantan presiden Rodrigo Duterte dan mantan istrinya, Elizabeth Zimmerman. Ia menikah dengan pengacara Manases Reyes Carpio dan dikaruniai tiga orang anak.
Sara Duterte adalah wakil presiden Filipina ke-15 dan yang termuda yang terpilih untuk jabatan tersebut. Pada tahun 2007, ia terpilih sebagai wakil wali kota Davao City, bekerja bersama ayahnya, yang telah lama menjabat sebagai wali kota. Pada tahun 2010, ia menggantikan ayahnya, yang telah mencapai batas masa jabatannya sebagai wali kota, dan menjabat hingga tahun 2013, ketika ayahnya diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota lagi.
Setelah satu periode menjabat sebagai wali kota, Sara Duterte berfokus menjadi pengacara. Ia kemudian menjabat sebagai wali kota lagi dari 2016 hingga 2022, saat ayahnya menjabat sebagai presiden Filipina.
Prioritas kebijakan Sara Duterte meliputi perdamaian dan ketertiban serta penyediaan dukungan mata pencaharian bagi konstituennya. Ia juga mendirikan saluran telepon khusus untuk laporan anonim tentang insiden pelecehan anak.
Dalam survei menjelang tahun pemilihan 2022, ia merupakan calon presiden potensial yang disukai oleh sebagian besar pemilih. Namun ia memilih maju sebagai wakil presiden Filipina. Keputusannya itu membuat ayahnya kecewa.
Bersamaan dengan perannya sebagai wakil presiden, Sara Duterte juga menjabat sebagai menteri pendidikan. Di bawah pengawasannya, Agenda MATATAG diluncurkan. Program tersebut bertujuan untuk merevisi kurikulum pendidikan dasar.
Namun, ia dikritik karena menolak seruan kenaikan gaji guru sekolah negeri. Ia juga disebut menerima dana rahasia dan intelijen sebesar jutaan peso serta menghabiskannya hanya dalam 11 hari. Ia mengundurkan diri dari jabatan sebagai menteri pendidikan dua tahun setelah diangkat.
Sara Duterte adalah sosok yang populer di Filipina. Survei terkini menunjukkan dia sebagai kandidat terdepan untuk kursi kepresidenan pada pemilihan 2028.