Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah lee dari pintu tertutup

Pilot kamboja, bin lee lim kuan, melarikan diri ke muangthai dengan helikopter. dalam jumpa pers, ia me nyebut ada seribu teknisi cina di kamboja. mereka membantu khmer merah sebagai pelatih pilot. (ln)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HELIKOPTER itu mendarat di propinsi Chanthaburi setelah menghindarkan diri dari kejaran pesawat-pesawat Khmer Merah. Dari perut heli Huey buatan Amerika dengan simbol merah Khmer Merah di tubuhnya, muncul Letnan Bin Lee Lim Kuan. Ia tegap, berambut pendek, 31 tahun. Pendaratan di dalam wilayah Muangthai itu terjadi hari Jumat dua pekan silam, dan pihak tuan rumah tentu saja segera disergap oleh kesibukan . Dari hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh keterangan penting ini: pilot Kamboja ini melarikan diri dari lapangan terbang Pochentong, tempat ia bertugas sebagai pelatih. Ia bekerja di lapangan terbang di pinggiran kota Phnompenh itu sejak rezim Lon Nol jatuh. Bin Lee Lim Kuan sudah menggabung pada Khmer Merah jauh sebelum jatuhnya Phnompenh, yakni pada saat ia baru saja melakukan serangan pemboman pada istana Lon Nol (tapi tidak berhasil menewaskan presiden tersebut). Kepada pihak tuan rumah, Bin Lee mengakui ketidakbetahannya hidup di bawah rezim Khmer Merah. Saya akan minta asilum dari pemerintah Perancis", katanya. Beberapa hari setelah dengan aman berada di Muangthai, pilot pelarian Lee Lim Kuan menyediakan diri untuk sebuah wawancara dengan watawan Bangkok Post, Veera Prateepchaikul. Kisahnya memperkuat laporan para pelarian lain yang kini banyak disiarkan pers Barat (TEMPO, 8 Mei). Berikut ini laporan wartawan tersebut. Komunis Muangthai Dan Teknisi Cina Sebuah delegasi Partai Komunis Muangthai melakukan pembicaraan dengan pemimpin Khmer Merah di Phnompenh beberapa saat sebelum Wakil Perdana Menteri lang Sary melakukan kunjungan ke Bangkok bulan Oktober tahun silam. Lee Lim menggambarkan pimpinan Partai Komunis Muangthai itu sebagai seorang dengan umur 50 tahun. rambut beruban, kecil dan kurus serta berbahasa Thai dengan aksen yang amat sempurna. Tapi ia tak tahu siapa. Partai Komunis itu bergerak di bawah tanah di Muangthai. Lee Lim mendapat tugas dari pemerintahan Khmer Merah untuk mengantar delegasi Komunis Muang Thai itu ke lapangan terbang-Pochentong melihat pesawat-pesawat buatan Amerika sitaan dari rezim lama. Dari lapangan terbang itu pula, 19 Nopember 1973, Lee Lim -- sbagai penerbang rezim Lon Nol-menerbangkan pesawat T-28 untuk menjatuhkan 4 bom di istana presiden sebelum melarikan diri ke Kratie, markas Khmer Merah. Tiga orang mati, sembilan luka-luka pada pemboman itu, tapi Lon Nol sendiri selamat. Pilot pelarian ini juga bercerita mengenai adanya seribu orang teknisi Cina di Phnompenh, Battambang, Kompong Som dan di berbagai tempat lainnya. Mereka itu membantu Khmer Merah di pabrik-pabrik, instalasi radar (li lapangan terbang, melatih pilot serta memperbaiki jaringan-jaringan kereta api. Orang-orang Cina itu sering memasukkan amunisi dan beras ke Kamboja lewat pelabuhan Kompong Som. Mengenai hubungan lamboja dengan Vietnam Utara, dikisahkan oleh Lee sebagai buruk, meskipun di ibu kota Kamboja ada perwakilan Vietnam Utara maupun Selatan. Sering terjadi bentrokan perbatasan dengan pihak Vietnam Utara. "Tidak ada seorang Rusia pun di Kamboja, sebab pemerintah sekarang menganggap Uni Soviet sebagai musuh rakyat lantaran sikap mereka yang dulu memihak Lon Nol", kata Lee. Pelarian Khmer Merah ini mengaku melihat mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan. Tapi dia sendiri tidak pernah menyaksikan pembunuhan. Teman-temannya orang Khmer Merah--mengisahkan padanya mengenai pembunuhan massal terhadap perwira-perwira bekas rezim Lon Nol, serdadu-serdadu mereka serta seluruh keluarga. Pembunuhan massal dilakukan dengan menggunakan dinamit dalam sebuah pertemuan yang diatur oleh Khmer Merah. Kadang-kadang juga pembunuhan dilakukan dengan senapan mesin, atau bahkan dengan siksaan yang berlangsung lebih lama. Rezim baru ini tidak punya niat untuk memberi kesempatan hidup kepada bekas-bekas pengikut Lon Nol dan keluarga mereka. "Banyak di antara mereka yang bersembunyi atau sekedar mengganti identitas mereka", kata Lim. Dikisahkan pula mengenai matinya sejumlah penduduk lantaran kekurangan makan dan penyakit menular beberapa saat setelah perang perebutan berakhir. "Penduduk harus makan pisang dan kentang" katanya. Tapi diakuinya bahwa keadaan sekarang sudah lebih baik. "Penduduk sekarang mendapat catu beras yang jumlahnya sesuai dengan hasil panen. Di daerah-daerah tertentu, tukang masak menyediakan makanan untuk orang banyak, sehingga catu beras ditiadakan", tambah pelarian itu pula. Akan halnya mereka yang berada di pedalaman yang jauh dari perbatasan kesibukan kerja keras mereka menghilangkan kesempatan untuk melarikan diri, meskipun tidak ada penjagaan ketat dari serdadu Khmer Merah. Di perbatasan dengan Muangthai, tentara membantu pertanian, namun sekaligus juga bertugas sebagai penjaga untuk mencegah pelarian. Nama Baru Lee menggambarkan Phnompenh sebagai kota yang amat sepi yang hanya dihuni oleh sejumlah serdadu Khmer Merah dan pekerja-pekerja pada beberapa pabrik. "Perintah-perintah dari atas diberikan secara lisan, tidak pernah jelas, dan diteruskan ke bawah lewat cara lisan pula. Dan setiap orang harus menggunakan nama baru - supaya tidak saling mengenal - agar tidak mudah melakukan hubungan satu dengan lainnya. Laki dan perempuan dipisahkan, dan hanya punya kesempatan kumpul yang amat terbatas, itu pun setelah mendapat izin dari penguasa", begitu cerita Lee. Mengenai struktur politik dari pemerinthan baru. beginilah gambaran pelarian ini: "Pemerintahan baru itu hanya nama saja, dan Kamboja diperintah oleh 5 orang di bawah pimpinan sekjen Partai Komunis, Saloth Sar. Khieu Samphan, Ketua Presidium Negara orang yang dianggap paling berkuasa di Kamboja, serta Perdana Menteri Pol Pat, sama sekali. tidak tergolong pimpinan yang menentukan". Atas pertanyaan, pelarian itu menjelaskan lima orang yang dianggapnya menguasai Kamboja sekarang. Selain Saloth Sar. disebut pula nama Nhunlang Sary, Son Sen, serta seorang yang hanya dikenal sebagai Yan. "Nhun dan Yan telah ganti nama. Sejak perang berakhir banyak orang Khmer Merah berganti nama. Ada yang kembali menggunakan nama asli - yang dulu mereka hindari agar tidak mudah ditangkap atau sama sekali memakai nama baru" kata Lee. Lima orang itulah yang menguasai organisasi--disebut Angka oleh penduduk Kamboja - yang misterius itu. Bekas kepala negara, Pangeran Sihanouk yang "mengundurkan diri" tanggal 4 April yang lalu, masih tetap beda di bekas istana kerajaan. "Khmer Merah tidak akan pernah mengizinkannya meninggalkan Kamboja. Ia dianggap musuh nomor satu", kata Lee Membicarakan pemilihan umum yang berlangsung tanggal 20 Maret yang lalu Lee menjelaskan: "Tidak ada pemilihan yang sebenarnya. Tidak ada kampanye. dan cuma pengikut Khmer Merah yang boleh memilih". Mengenai laporan yang tersiar di pers Barat yang menyebut sekitar setengah juta penduduk Kamboja disembelih olel Khmer Merah, Lee hanya berkomentar "barangkali". Ceritanya selanjutnya: "Ketika saya memasuki Phnompenh tanggal 30 April 1975, di jalan-jalan berserakan mayat". Penduduk Phnompenh merosot menjadi hanya 20 ribu akibat tindakan Khmer Merah yang memaksa penduduk meninggalkan kota "Tidak ada toko atau pun restoran yang buka di Phnompenh. Semua sekolah masih tertutup dan hanya sebuah rumah sakit yang bekerja. Tidak bakal ada restoran atau toko yang buka, sebab uang memang tidak ada. Semua pekerja dibayar dengan beras".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus