Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Pilot 9999

21 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deretan empat angka 9 terukir dalam brevet terbang yang tersemat di dada kanan pilot Ganahadi Ranuatmadja. Angka 9999 ini juga disulam rapi dengan benang emas pada bagian depan topi pilotnya yang berwarna hitam.

Tidak sembarang orang bisa menyandang empat deret angka ini—kecuali dia adalah pilot pribadi Kolonel Muammar Qadhafi, pemimpin besar Libya. Ini adalah deret angka ”keramat” kesukaan Qadhafi, yang berarti 9 September 1999. Hari itu dia menggagas terbentuknya Uni Afrika dan bermimpi menjadikan Afrika kekuatan baru dunia.

Ganahadi, akrab disapa Hadi, adalah satu dari tiga pilot pribadi sang Brother Leader. Semua bermula saat dia menjadi pilot Kerajaan Uni Emirat Arab pada 2002. Syekh Khalifa berbaik hati meminjamkan Airbus 300-340 kepada Qadhafi. Pesawat kepresidenan Qadhafi rusak dan tidak bisa diperbaiki karena embargo senjata. ”Tidak cuma pesawat, saya juga dipinjamkan sebagai pilot,” kata Hadi.

Penerbang lulusan Garuda Indonesia-Sotramat Flying School Belgia pada 1974 ini pun berkenalan dengan Qadhafi. Setelah sempat menolak berkali-kali, akhirnya pada 2003 dia menerima tawaran menjadi pilot pribadi Qadhafi.

Hadi begitu dipercaya oleh Qadhafi sehingga bisa mendapat akses tak terbatas. Selama lima tahun, dia bebas keluar-masuk Libya tanpa visa. Hadi tidak pernah terhalang protokoler. Berkeliling di kompleks istana atau sekadar bercengkerama dengan anak-anak Qadhafi adalah hal biasa. ”Qadhafi tidak pernah jaga image. Jarang ada seorang kepala negara datang ke kokpit sekadar berbasa-basi,” ujarnya.

WikiLeaks sempat membocorkan, Qadhafi memiliki bunker di istana dengan fasilitas dan persenjataan lengkap. Menurut Hadi, tidak ada bangunan mewah, bunker, atau penjagaan superketat di dalam kompleks istana. Hanya ada kebun dan tenda-tenda kain tempat tinggal Qadhafi.

Saat istananya diserbu demonstran, Qadhafi tidak berlindung di bunker. ”Tapi di tenda di tengah padang pasir yang jaraknya ribuan kilometer dari istana,” kata Hadi. Karena senang tidur di tenda, Qadhafi bisa dengan mudah menyusup masuk ke kota-kota kecil di seluruh Libya. ”Dia sering melakukan inspeksi mendadak.”

Kedekatan Hadi dan Qadhafi semakin erat dari hari ke hari. Saat putra pertama Hadi menikah, Qadhafi mengutus putranya, Sa’adi, dan Duta Besar Libya untuk Indonesia datang ke acara resepsi di Bandung. Hadi juga menjadi satu-satunya orang asing yang pernah meraih Al-Nawaad al-Wajib, penghargaan setingkat Bintang Mahaputra di Indonesia. Penghargaan ini lazimnya hanya diberikan kepada militer atau warga yang dianggap berjasa kepada Libya. ”Saya bangga sekali,” ujarnya.

Apa yang paling diingat selama bekerja di Libya? ”Saya pernah dimarahi Qadhafi sampai dipelototi,” katanya. Saat itu Hadi minta berhenti. Tapi Qadhafi menolak mentah-mentah. Permintaannya baru dikabulkan setelah Hadi menggunakan alasan bahwa ibunya ingin dia kembali ke Indonesia. ”Akhirnya saya diizinkan mundur, dan diberi cuti tidak dibayar. Tapi, kapan pun saya mau kembali ke Libya, diizinkan.” Pekan ini, pilot 9999 itu kembali bertugas di Libya. Ninin Damayanti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus