Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Tikiiri, Gajah Kurus di Sri Lanka Diduga Dipaksa Berparade

Tikiiri adalah gajah tua yang sudah berusia 70 tahun dan sangat kurus. Namun dalam kondisi ini, dia diduga dipaksa ikut keliling berparade.

16 Agustus 2019 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seekor gajah berusia 70 tahun terlihat sangat kurus dan kurang makan yang diduga dipaksa mengikuti parade. Sumber: Save Elephant Foundation/Facebook/mirror.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tikiiri, seekor gajah berusia 70 tahun terlihat sangat kurus dan kurang makan di Sri Lanka. Baris-baris tulang rusuknya dapat dilihat jelas pada tubuhnya. Yang saat ini menjadi perhatian publik, dalam kondisi seperti itu Tikiiri diduga dipaksa berparade bersama gajah-gajah lainnya dalam sebuah parade.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Festival Buddha di Sri Lanka umumnya menampilkan binatang-binatang yang didekorasi dengan pakaian tertentu. Mereka akan berparade dan menampilkan atraksi bersama puluhan penari, pemain sulap, pemadam kebakaran dan musisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto-foto Tikiiri yang sangat kurus dibagikan oleh Yayasan Save Elephant untuk menandai Hari Gajah Sedunia pada Senin, 12 Agustus 2019.

"Tikiri bergabung dalam pawai dari sore hari hingga larut malam setiap malam selama sepuluh malam berturut-turut, di tengah-tengah kebisingan, kembang api, dan asap. Dia berjalan beberapa kilometer setiap malam sehingga orang-orang akan merasa diberkati selama upacara. Tidak ada yang melihat tubuh kurusnya atau kondisinya yang melemah, karena kostumnya," tulis Yayasan Save Elephant.

Seekor gajah berusia 70 tahun terlihat sangat kurus dan kurang makan yang diduga dipaksa mengikuti parade. Sumber: Save Elephant Foundation/Facebook/mirror.co.uk

Yayasan Save Elephant juga menulis tidak ada yang melihat air mata di matanya yang terluka oleh cahaya terang yang menghiasi topengnya, tidak ada yang melihat kesulitannya untuk melangkah ketika kakinya dibelenggu saat dia berjalan.

"Bagaimana kita bisa menyebut ini suatu berkah, atau sesuatu yang suci, jika kita membuat nyawa makhluk hidup yang lain menderita?," tulis Yayasan Save Elephant.

Organisasi itu mengatakan Tikiiri bekerja untuk Kuil Tooth di kota Kandy. Yayasan Save Elephant mendesak masyarakat yang melihat hal ini agar menulis surat kepada Perdana Menteri Sri Lanka untuk mengakhiri kekejaman ini.

"Mencintai, tidak menyakiti, mengikuti jalan kebaikan dan kasih sayang, ini adalah Jalan Buddha. Inilah saatnya untuk mengikuti," tulis yayasan itu.

Organisasi nirlaba, Save Elephant Foundation berfokus pada penyediaan perawatan untuk populasi gajah. Perusahaan ini didirikan oleh Sangdeaun Lek Chailert, yang mulai mengadvokasi kesejahteraan gajah di Asia karena kecintaannya pada gajah dan kekhawatiran pada spesies yang terancam punah ini.

World Animal Protection memperkirakan sekitar tiga ribu gajah digunakan untuk hiburan di seluruh Asia. Dari jumlah itu, 77 persen diperlakukan tidak manusiawi.

MIRROR MEIDYANA ADITAMA WINATA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus