Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Konser Mengenang Brian Jones

Konser Rolling Stones di Hyde Park pada 1969 adalah konser legendaris sekaligus tragis. Dua hari menjelang konser, gitaris sekaligus pendiri band itu, Brian Jones, yang baru saja hengkang, ditemukan tewas.

28 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peace, peace! he is not dead, he doth not sleep,

He hath awaken'd from the dream of life;
'Tis we, who lost in stormy visions, keep
With phantoms an unprofitable strife,
And in mad trance, strike with our spirit's knife

Invulnerable nothings. We decay
Like corpses in a charnel; fear and grief
Convulse us and consume us day by day,
And cold hopes swarm like worms within our living clay.

Di atas pentas, Mick Jagger, vokalis Rolling Stones, membacakan penggalan puisi "Adonais" dengan raut wajah sendu. Puisi karya Percy Bysshe Shelley, penyair Inggris era Romantik, itu dibacakan Jagger di hadapan sekitar 500 ribu penonton sebelum memulai konser Rolling Stones di Hyde Park, London, pada 5 Juli 1969.

"Adonais", sebuah puisi ratapan atawa elegi Shelley atas kematian rekannya sesama penyair Inggris, John Keats, ditujukan Jagger untuk mengenang Brian Jones—salah satu pendiri Rolling Stones, yang ditemukan tewas di kolam renang di rumahnya di Sussex, dua hari menjelang konser di Hyde Park itu.

Ya, konser Rolling Stones di Hyde Park pada 1969 itu boleh dibilang sebagai konser legendaris sekaligus tragis. Sebulan sebelum konser, band rock 'n' roll ini mengadakan konferensi pers di taman itu dengan dua pengumuman penting. Pertama, posisi Brian Jones sebagai gitaris, yang hengkang pada Mei 1969 karena masalah kecanduan narkoba, diisi oleh Mick Taylor. Kedua, Rolling Stones mengumumkan akan menggelar konser gratis di Hyde Park, 5 Juli 1969.

Namun, dua hari menjelang konser digelar, Jones ditemukan tewas di kolam renang di rumah barunya di Ashdown Forest, Sussex. Saat itu, ahli forensik melaporkan tewasnya Jones sebagai "kematian karena kecelakaan". Dan hasil otopsi menemukan lever dan jantung Jones membengkak—diduga karena pengaruh obat-obatan dan alkohol.

Rolling Stones pun berkabung. Meski Jones sudah sekitar dua bulan keluar dari band ini, kematian itu membuat para personelnya—Mick Jagger, Keith Richards, Ronnie Wood, Bill Wyman, dan Charlie Watts—sangat terpukul. "Sebelum memulai konser ini, saya ingin menyampaikan beberapa patah kata sebagai ungkapan perasaan saya atas kematian Brian," tutur Jagger sebelum membacakan penggalan puisi "Adonais", seperti dalam tayangan film dokumenter berjudul The Stones in the Park.

Konser itu pun kemudian dijadikan tribute untuk mengenang almarhum Brian Jones. Beberapa hari sebelum tampil di Hyde Park, mereka berlatih intensif di studio milik band legendaris Inggris, The Beatles, di Jalan Savile Row, London.

Sejak rencana konser di Hyde Park itu diumumkan pada Juni 1969, para penonton sangat antusias untuk menghadirinya. "Pada waktu itu, saya pikir konser akan dibatalkan karena kematian Brian Jones," kata Alan Simms, yang nonton konser Rolling Stones pada 1969, seperti dikutip Guardian. "Saya datang sangat pagi agar bisa mendapat tempat di depan, tapi sudah ada sekitar 50 ribu orang di depan saya."

Alan Simms, yang juga nonton konser di Hyde Park pada 6 Juli lalu, menambahkan, meskipun konser sekarang tidak gratis seperti 44 tahun silam, setidaknya tersedia toilet buat para penonton. Konser sekarang juga lebih teratur. "Sedangkan konser pada 1969 terlihat tidak teratur, seperti tidak terorganisasi," ujar pria asal Nottinghamshire, Inggris, itu.

Dalam film dokumenter The Stones in the Park, tampak para personel Rolling Stones datang ke lokasi konser menggunakan ambulans militer. Ribuan orang yang menyemut berebut mengerumuni mobil itu saat berjalan ke arah belakang panggung pertunjukan.

Panggung pertunjukan di Hyde Park yang cukup sederhana itu didominasi poster besar bergambar Brian Jones dengan wajah pucatnya. Yang menarik adalah pakaian yang dikenakan Mick Jagger. Sang vokalis berbibir dower ini, kini 70 tahun, yang waktu itu tampak masih sangat muda, mengenakan sejenis jubah putih dipadu celana ketat berwarna senada. Pakaian putih yang lebih mirip gaun wanita tersebut hasil rancangan Tomy Smith, desainer kemeja terkenal saat itu.

Setelah Jagger membacakan penggalan puisi "Adonais", awak panggung membuka sebuah kardus besar dan melepas 2.000 kupu-kupu putih. Namun ratusan di antaranya langsung jatuh ke tanah karena kupu-kupu itu sudah mati akibat terlalu lama disimpan dalam kardus. Kejadian ini membuat Rolling Stones tak mengulangi atraksi kupu-kupu itu dalam konser 6 Juli lalu.

Dalam konser di Hyde Park pada 1969 itu, Rolling Stones membawakan 14 lagu. Konser dibuka dengan lagu Johnny Winter yang juga salah satu tembang favorit Brian Jones, I'm Yours and I'm Hers. Konser yang berlangsung sekitar dua jam itu ditutup dengan lagu Sympathy for the Devil dari album Beggars Banquet (1968).Yang menarik, Sympathy for the Devil saat itu dibawakan dalam versi panjang (sekitar 19 menit, durasi aslinya hanya sekitar 6 menit). Dalam membawakan lagu tersebut, Rolling Stones berkolaborasi dengan perkusionis yang didatangkan langsung dari Afrika Selatan.

Dengan penonton mencapai sekitar 500 ribu orang, konser Rolling Stones di Hyde Park pada 1969 boleh dibilang berlangsung sukses. Meski jumlah penonton sangat banyak, tak terjadi insiden yang menimbulkan kerusuhan. Hanya, sebanyak 425 penonton pingsan. Bisa jadi ini karena udara London waktu itu sangat terik.

Meski banyak media memberitakan pertunjukan di Hyde Park pada 1969 itu sebagai salah satu konser terbaik Rolling ­Stones, para personel band ini justru mengaku tidak bermain maksimal. "Konser Hyde Park penting tidak hanya karena musiknya, tapi juga lantaran menjadi salah satu acara yang berhasil mengumpulkan orang paling banyak," ujar Keith Richards. "Namun konser itu juga merupakan salah satu pertunjukan saat kami menghasilkan suara musik yang sangat buruk," sang gitaris menambahkan, seperti dikutip dalam otobiografi The Rolling Stones 50.

Di buku yang sama, Mick Jagger memandang konser 1969 itu dari sisi berbeda. Menurut dia, konser itu merupakan tantangan bagaimana bisa bermain bagus untuk para penonton. "Kami senang karena dapat bermain bagus dengan orang baru (Mick Taylor). Tanpa Brian, kami ibarat kuda yang hanya mempunyai tiga kaki," katanya.

Vishnu Juwono (London), Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus