Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari masih siang, masih beberapa jam sebelum konser grup musik legendaris Rolling Stones dimulai pada Sabtu malam, 6 Juli lalu. Tapi Hyde Park, salah satu taman terbesar di jantung Kota London, sudah dijejali sekitar 65 ribu penonton, dari anak-anak hingga kaum sepuh, dari orang biasa hingga selebritas, seperti Wali Kota London Boris Johnson; personel band Duran Duran, Simon Le Bon; dan supermodel Eva Herzigova.
Tiket konser, yang harganya antara 104,5 pound sterling (sekitar Rp 1,6 juta) dan 218,9 poundsterling (Rp 3,3 juta), sudah ludes terjual sebulan sebelumnya. Karena minat penonton masih tinggi, panitia lantas menggelar konser kedua pada 13 Juli. Tiket pun kembali ludes, tapi para penggemarnya masih dapat mencoba peruntungan dengan mencarinya di pasar sekunder dengan harga yang sudah melonjak menjadi hampir Rp 3 juta untuk tiket umum dan Rp 11 juta lebih untuk tiket VIP.
Sambil menunggu konser dimulai, para penonton berkeliaran di taman, yang dipenuhi beberapa panggung konser dalam rangkaian British Summer Time, festival musim panas yang menawarkan berbagai konser, film, dan hiburan lain secara gratis. Beberapa band tampil, seperti Garry Clark Jr., The Temper Trap, dan The Vaccines. "Ini pertama kalinya saya datang menonton Rolling Stones dan saya sangat gembira melihat konser ini," kata Pascal, pria asal Bordeaux, Prancis, ketika sedang berbelanja cendera mata konser di sebuah gerai.
Siang itu juga istimewa karena cuaca London, yang biasanya mendung, hujan, dan basah, jadi panas dengan terik matahari yang menghunjam sepanjang hari. Taman itu pun jadi arena piknik keluarga. Tapi banyaknya pengunjung membuat antrean di depan gerai pizza, burger, atau makanan Meksiko jadi sangat panjang. Setidaknya butuh waktu satu jam hanya untuk mendapat sepotong pizza.
Beberapa kelompok atau keluarga menggelar tikar di rerumputan. Sebuah keluarga dari Kota Cardiff, Wales, datang lengkap: kakek, nenek, anak, dan cucu yang menginjak usia remaja. "Saya mengenal lagu-lagu Rolling Stones dari Ayah. Dan Ayah mengenalnya dari kakek dan nenek saya," ujar sang cucu, Kimberly, mahasiswi University of Wales.
Namun, di antara penonton, tampak seorang pria yang dandanannya sangat mencolok. Topi, jaket, dan celana hitamnya penuh dengan pernak-pernik Rolling Stones, seperti pin dan badge dengan lambang lidah menjulur. Ulrich Schroeder memang penggemar fanatik Rolling Stones, bahkan bersama penggemar lain membuka museum Rolling Stones di Kota Luchow, Jerman, tiga tahun lalu. "Hingga saat ini, saya sudah menonton konser mereka sebanyak 160 kali, terutama di kota-kota besar di Eropa," kata pria yang pertama kali menonton konser Rolling Stones di Kota Hamburg pada 1965 itu.
Konser kali ini adalah konser kenangan Rolling Stones. Band rock yang berdiri pada 1962 di London itu menggelar konser legendarisnya di taman ini 44 tahun lalu. Kala itu, mereka juga mengenang Brian Jones, gitaris Stones yang meninggal karena tenggelam di kolam renang rumahnya di Sussex dua hari sebelum konser. Untuk itu, Mick Jagger membacakan dua stanza karya Percy Bysshe Shelley di panggung dan melepas ribuan kupu-kupu putih ke angkasa.
Mick Jagger dan kawan-kawan kali ini hendak merekonstruksi konser pada 1969 itu. Lanskap taman tentu saja telah berubah dan banyak pohon yang sudah ditebang. Untuk menciptakan kembali suasana lampau, mereka menambah dekorasi panggung dengan beberapa pohon raksasa buatan dengan daunnya yang lebat. Di antara pepohonan itu terbentang layar-layar raksasa yang menampilkan tampak-dekat aksi para musikus serta animasi dan efek-efek visual lain, seperti gambar Hyde Park yang terbakar ketika mereka memainkan nomor Sympathy for the Devil.
Lima menit sebelum konser dimulai, layar itu menayangkan video hitam-putih rekaman konser mereka pada 1969. Lalu Mick Jagger, vokalis kelompok itu, muncul dengan jas, kemeja, dan celana jins hitam dipadu ikat pinggang emas. Dia berlari-lari mengelilingi panggung sambil menggeber Start Me Up.
Walau sering diberitakan bahwa mereka akan membawakan susunan lagu yang sama dengan konser 1969, kenyataannya mereka menyerahkan keputusan itu kepada penggemarnya melalui pemungutÂan suara online di situs Rollingstone.com dan aplikasi resmi mereka. Maka Start Me Up jadi lagu pembuka konser—yang dulu dibuka dengan I'm Yours and I'm Hers. Baru kali ini pula lagu itu jadi pembuka konser di antara berbagai konser yang mereka gelar sejak tahun lalu untuk merayakan 50 tahun berdirinya kelompok ini.
If you start me up
If you start me up I'll never stop
You got me ticking gonna blow my top...
Setelah menyapa penonton sejenak, Jagger langsung menyanyikan It's Only Rock 'n' Roll. "Adakah yang pernah datang ke sini pada 1969?" tanya penyanyi yang kini berusia 70 tahun itu. Sebagian penonton yang berambut perak pun berteriak mengiyakan. "Well, selamat datang kembali. Senang berjumpa dengan kalian lagi!"
Selama dua jam Jagger tampil di panggung dengan berganti-ganti jas atau kemeja berbagai warna. Kekuatan vokalnya masih terjaga baik untuk seorang penyanyi di usia senja. Dia beraksi bersama anggota band itu, yang rata-rata berusia hampir sama dengannya: gitaris Keith Richards, yang mengenakan ikat kepala hijau dan kostum hitam-hitam; gitaris Ronnie Wood, yang berjaket hitam juga; serta penabuh drum Charlie Watts, yang berganti-ganti kaus atau kemeja berbagai warna. Mereka dibantu dua personel pendukung, yakni pemain bas Darryl Jones dan pemain saksofon Bobby Keys.
Jagger tak banyak cakap. Ia hanya melontarkan beberapa komentar pendek, termasuk mengomentari panggungnya yang penuh pohon itu. "Seperti kombinasi antara Wimbledon dan hutan pantomim," katanya. Lalu dia langsung menggeber panggung dengan lagu-lagu seperti Tumbling Dice dan All Down the Line serta lagu baru Doom and Gloom dari album terakhir GRRR!, yang isinya dipenuhi lagu lawas mereka.
Penonton histeris begitu terdengar bunyi ketukan drum khas yang mengawali Paint It Black. Layar tiba-tiba berubah warna menjadi hanya hitam dan putih. Penonton pun turut bernyanyi bersama Jagger membawakan salah satu lagu populer kelompok itu. Penonton makin antusias bernyanyi ketika Honky Tonk ÂWomen dimainkan. "She's a honky tonk woman. Give me, give me, give me the honky tonk blues!" teriak penonton mengikuti refrain lagu tersebut.
Di pertengahan konser, Keith Richards sempat tampil menyanyikan You Got the Silver dan Before They Make Me Run. Lalu penonton diberi kejutan: muncul bintang tamu Mick Taylor. Gitaris yang menggantikan Brian Jones pada 1969 itu turut mengiringi Rolling Stones menyanyikan Midnight Rambler. "Kami ambil dia dari salah satu bar, kemudian langsung kami paksa dia bermain di depan 200 ribu orang," kata Jagger bercanda.
Setelah lagu Gimme Shelter, yang menjadi panggung bagi Darryl Jones dan Bobby Keys untuk memamerkan kelihaian bermain bas dan saksofonnya, penonton kembali turut bernyanyi ketika Jagger membawakan Jumpin' Jack Flash, lalu Sympathy for the Devil, dan diselesaikan dengan Brown Sugar.
I was born in a crossfire hurricane
and I howled at my ma in the driving rain
but it's all right now, in fact it's a gas…
but it's all right…
I'm Jumpin' Jack Flash, it's a gas, gas, gas…
Jagger adalah Mr Jumpin' Jack Flash. Setelah itu, Jagger mohon pamit dan melangkah ke belakang panggung. Penonton pun histeris dan, seperti biasa, meneriakkan, "We want more! We want more!" Tidak lama kemudian, terdengar alunan suara dari Voce Chamber Choir dan London Youth Choir, yang menyanyikan Ârefrain lagu You Can't Always Get What You Want. Jagger dan kawan-kawan pun kembali ke panggung dan bernyanyi bersama penonton.
Pada konser 1969, setelah Jagger membacakan puisi Percy Bysshe Shelley, ribuan kupu-kupu dilepas ke angkasa. Tapi sekarang Inggris menerapkan perlindungan yang ketat terhadap binatang, sehingga atraksi itu ditiadakan. Sebagai gantinya, saat Jagger mulai menyanyikan lagu pamungkas (I Can't Get No) Satisfaction, penonton di depan panggung disiram dengan potongan-potongan kertas berbentuk bunga. Lalu kembang api raksasa berwarna merah, putih, kuning, dan ungu meluncur ke angkasa menandai berakhirnya konser ini.
When I'm drivin' in my car
and a man comes in the radio
he's tellin' me more and more
about some useless information
supposed to fire my imagination
I can't get no. oh no no no,
Hey hey hey, that's what I say
I can't get no satisfaction
I can't get no satisfaction
'Cause I try and I try and I try and I try…
Beberapa penonton menyatakan kepuasannya terhadap konser ini, termasuk Anton Alifandi, warga Indonesia yang bekerja sebagai analis politik di London. "Saya tidak menyangka akan sepuas ini, terutama setelah mengeluarkan duit yang banyak buat beli tiket konsernya," ujar pria yang datang bersama seorang anaknya itu.
Malam itu jadi pertemuan antara masa lalu dan masa sekarang, antara yang muda dan yang tua. Konser ini menunjukkan bagaimana Rolling Stones masih jadi legenda hidup yang popularitasnya melintasi berbagai generasi. Band yang muncul bersamaan dengan The Beatles pada 1960-an ini masih menunjukkan taringnya.
Vishnu Juwono (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo