Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat senior Korea Selatan pada Selasa 12 Desember 2023 mendesak Rusia agar membantu menjatuhkan sanksi baru terhadap Korea Utara atas peluncuran satelit mata-matanya baru-baru ini. Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yung-ho juga meminta Moskow menegakkan larangan yang ada terhadap ekspor tenaga kerja negara terisolasi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yung-ho, yang bertanggung jawab atas hubungan antar-Korea, mengatakan peluncuran satelit bulan lalu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi balistik oleh Korea Utara. “Namun Rusia sangat pasif dalam memberikan sanksi lebih lanjut kepada Pyongyang,” kata Kim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada “tanda-tanda jelas” kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskow, dan Seoul juga sedang menyelidiki apakah Rusia telah menerima lebih banyak pekerja Korea Utara yang bertentangan dengan resolusi PBB, kata Kim.
“Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, Rusia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan resolusi sanksinya dengan setia,” katanya pada konferensi pers.
Badan intelijen Korea Selatan mengatakan bulan lalu bahwa Korea Utara telah menerima bantuan Rusia untuk peluncuran satelit tersebut, yang merupakan upaya ketiga setelah dua kali gagal.
Menyusul kunjungan langka pemimpin Kim Jong Un ke Rusia pada September, Korea Utara telah mengirim ratusan pekerja konstruksi dan lainnya ke Timur Jauh Rusia untuk mendapatkan mata uang asing, surat kabar Korea Selatan Donga Ilbo melaporkan pada Selasa, mengutip pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya.
Menteri Kim juga mendesak Cina untuk memainkan peran yang lebih baik dalam memberikan sanksi kepada Korea Utara atas pengembangan senjatanya, dan mematuhi norma-norma internasional untuk tidak memulangkan secara paksa para pembelot Korea Utara.
Aktivis Korea Selatan mengatakan pekan lalu bahwa hingga 600 warga Korea Utara telah “menghilang” setelah dideportasi oleh Cina pada Oktober, yang mungkin merupakan repatriasi massal terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Kim juga mengatakan meningkatnya penampilan publik dan tingkat protokol Kim Ju Ae, putri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dapat bertujuan untuk meletakkan dasar bagi suksesi di masa depan.
Sejak debutnya pada November 2022, dia telah tampil di media pemerintah sebanyak 19 kali, sebagian besar menemani ayahnya di acara militer, katanya.
“Kemungkinan dia menjadi penerus tidak bisa dikesampingkan,” kata Kim. “Dengan menampilkannya ke publik lebih awal, mereka mungkin mencoba menunjukkan tekad mereka untuk suksesi generasi keempat.”
Pilihan Editor: Korea Utara Berhasil Luncurkan Satelit Mata-mata setelah Dua Kali Gagal, Dibantu Rusia?
REUTERS