Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Korea yang Terkoyak

SEJARAH Semenanjung Korea penuh sesak dengan intervensi kepentingan asing. Sejak masa masih berbentuk Kerajaan Choson (abad ke-14 sampai awal abad ke-20) hingga terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan, tercatat telah terjadi 9.000 kali invasi tentara luar negeri ke negeri di jantung Asia ini.

18 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1392-1910: Kerajaan Choson di bawah pengaruh Cina, baik ketika Dinasti Ming (1368-1644) maupun Dinasti Qing (1644-1911).

1592: Invasi Jepang. Sebagian besar Korea berada di bawah kekuasaan Jepang, tapi masih ada pengaruh Cina di berbagai kawasan.

1874: Perjanjian Kanghwa antara Cina dan Jepang, yang memungkinkan Korea lepas dari isolasi dan dominasi Cina, serta terbukanya hubungan dagang dengan Jepang.

1894-1895: Perang antara Cina dan Jepang yang intinya memperebutkan pengaruh atas Korea. Perang dimenangi oleh Jepang dan Korea menjadi negara protektorat di bawah Jepang.

1910: Korea menjadi koloni Jepang.

1922: Partai Komunis Korea (KCP) berdiri, tapi beraktivitas di Uni Soviet sebagai tempat pengasingan.

1945: Jepang kalah perang dalam Perang Dunia II.

1948: Perundingan reunifikasi gagal. Korea dibagi dua di garis paralel 38 derajat menjadi Korea Utara di bawah "perlindungan" Uni Soviet dan Korea Selatan dengan AS.

1 Mei 1948: Proklamasi Republik Korea (Korea Selatan) dengan Syngman Rhee sebagai presiden.

9 September 1948: Proklamasi Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara). Kim Il Sung—Presiden KCP sejak 1945—menjadi pemimpin nasional Korea Utara hingga 1994. Pada 1972, Kim menjadi presiden.

Juni 1949: AS menarik pasukan dari Korea Selatan.

25 Juni 1950: Tentara Korea Utara melakukan invasi ke Korea Selatan, bermaksud menyatukan dua Korea di bawah rezim komunis.

September 1950: Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang didominasi oleh AS yang dipimpin Jenderal MacArthur, datang ke Korea Selatan untuk menghadapi pasukan Korea Utara.

20 November 1950: Pasukan PBB/AS menyapu kawasan Korea Utara hingga ke perbatasan Cina.

26 November 1950: Pasukan Cina turut berperang, tidak saja untuk mempertahankan perbatasan, tapi juga untuk membantu Korea Utara. Pasukan PBB tersapu ke selatan.

4 Januari 1950: Seoul jatuh ke tangan Cina dan Korea Utara.

Februari-Maret 1950: Pasukan PBB kembali menyapu gabungan pasukan Korea Utara dan Cina kembali ke garis 38 derajat.

Juli 1951: Perundingan perlucutan senjata antara Utara dan Selatan, tapi gagal.

27 Juli 1953: Kesepakatan untuk membentuk zona bebas militer sepanjang garis 38 derajat dan membentuk kerangka solusi untuk penyelesaian perang secara permanen

1960: Rhee mundur akibat didesak demonstrasi mahasiswa Korea Selatan yang menuduhnya korupsi.

16 Mei 1961: Jenderal Park Chung Hee berkuasa di Korea Selatan melalui kudeta.

1972: Referendum yang memungkinkan Park menjadi presiden seumur hidup. Park terbunuh pada 1979.

26 Oktober 1979: Jenderal Chun Doo Hwan melanjutkan pemerintahan militer Park.

1983: Bom yang dipasang oleh agen intelijen Korea Utara meledak di Yangon, Myanmar, dan menewaskan 17 orang, termasuk empat menteri Korea Selatan. Presiden Korea Utara Kim Il Sung diduga keras menjadi dalang peledakan.

1986: Perekonomian Korea Selatan melonjak, menjadi salah satu macan Asia.

Pertengahan 1987: Karena protes-protes mahasiswa Korsel, Chun mengizinkan pemilihan presiden langsung.

1988: Korea Utara setuju menjadi tuan rumah pendamping Olimpiade musim panas, tapi kemudian memboikot.

Desember 1988: Roh Tae Woo menjadi presiden, suhu politik mendingin. Tuntutan reunifikasi meningkat dan keberadaan tentara AS diprotes keras.

1990: Perundingan-perundingan untuk reunifikasi dimulai, tapi jalan di tempat saja.

1992: Korea Selatan kembali membuka hubungan diplomatik dengan Cina. Kim Young Sam, tokoh oposisi sipil, menjadi presiden.

1993: Isu senjata nuklir di Korea Utara mengkhawatirkan dunia. Pemerintah Kim menolak rencana kunjungan komisi penilik senjata nuklir PBB ke Korea Utara dan menolak menandatangani Non-Proliferation Treaty.

1994: Presiden AS Jimmy Carter bertemu dengan Kim Il Sung.

Juni 1994: Kim Il Sung meninggal dunia.

1995: Kesepakatan agar Korea Utara menghancurkan senjata nuklir.

1996: Banjir besar melanda Korea Utara, mengakibatkan setengah juta orang kehilangan rumah. Korea Utara menerima bantuan dari Korea Selatan dan Jepang.

1997-1998: Perekonomian Korea Selatan ikut kena imbas krisis ekonomi.

1997: Kim Jong Il menggantikan ayahnya, Kim Il Sung, sebagai pemimpin Korea Utara.

18 Desember 1997: Kim Dae Jung menjadi Presiden Korea Selatan.

1998: AS curiga ada reaktor nuklir bawah tanah di Korea Utara.

31 Agustus 1998: Korea Utara melakukan tes senjata nuklir jenis Taepodong—diperkirakan bisa mencapai pantai barat AS—ke arah Lautan Pasifik dan melintasi wilayah Jepang.

Mei 1999: Presiden Kim Dae Jung berhasil memperbaiki perekonomian Korea Selatan dengan merekonstruksi chaebol (konglomerat raksasa).

Mei 1999: Kim Jong Il mengizinkan pemeriksaan senjata nuklir sebagai ganti dari bantuan bahan makanan. Diperkirakan, 2,3 juta penduduk Korea Utara mati kelaparan.

Juni 1999: Perundingan damai Korea Utara dan Selatan di Beijing gagal.

Akhir Mei 2000: Kim Jong Il mengunjungi Beijing, yang merupakan kunjungan pertama pemimpin tertinggi Korea Utara ke luar negeri dalam 17 tahun terakhir.

13-15 Juni 2000: Pertemuan tingkat tinggi Kim Jong Il dengan Kim Dae Jung di Pyongyang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum